Fgila October 2016 ~ KUMPULAN CERITA ASIK
WWW.METROQQ.COM HADIR DENGAN 5 BANK, BCA, MANDIRI, BNI, BRI, DANAMON

Monday, October 31, 2016

CERITA ASIK

AKU RELA ISTRIQU DI PAKE OLEH ORANG LAEN??

 Aku mempunyai istri yang mana kami baru 4 bulan melangsungkan pernikahan, istriku keturunan Cina namanya Aurora dan biasa dipanggil Aura, kami sama sama dari keturuanan china, aku senidir adalah pengusaha yang bisa dikatakan sukses, umurku yang masih muda 28 tahun dan istriku 26 tahun, bisa dibayangkan saja istriku dengan wajah yang cantik, putih, mulus membuat aku sempurna memiliki dia.

VIPMANDIRIQQ
Pernikahanku yang baru seumur jagung ini tentulah sangat dipenuhi oleh kemesraan dan kegembiraan yang nyata dalam kehidupan kami. Fasilitas rumah besar dan dua mobil mewah dari orang tua kami melengkapi semuanya itu.

Kehidupan sex kami juga cukup luar biasa, dimana hampir setiap malamnya (dan terkadang paginya) kami lalui dengan cumbuan, foreplay dan orgasme demi orgasme yang sangat memuaskan kami berdua. Tapi aku punya suatu fantasi yang agak keterlaluan sebetulnya; yaitu aku ingin menonton istriku yang cantik ini disetubuhi oleh lelaki lain yang dalam bayanganku adalah seseorang yang berusia muda, ganteng, tegap, dst.

Aku ingin melihat istriku mengalami orgasme dan memberikan kepuasan kepada lelaki itu di hadapanku. Fantasi itulah yang biasanya selalu berhasil mengantarku ke orgasme yang hebat, baik pada saat aku sedang bersanggama dengan istriku, maupun pada saat aku sedang melakukan onani seorang diri.

Pernah kusampaikan kepada istriku pada saat kami sedang berhubungan seks di suatu malam, dan tampaknya fantasi itu juga memicu birahinya, terbukti dengan bertambah terangsangnya dia saat itu. Ceritanya begini..

Pada saat posisinya di atas, dan penisku berada di dalam vaginanya dan sedang seru-serunya dia bergoyang, kuremas lembut buah dada 34C-nya dan kukatakan dengan napas terengah-engah karena kurasakan orgasmeku hampir tiba dan vaginanya juga sudah mulai mencengkram batang penisku.

"Sayanghh, aku ingin melihatmu ngentot sama cowok lainhh.. aahh..".

"Hmmhh? Emangnya boleh, say? Hmmhh?" Katanya sambil bergoyang dan memutar mutar pantatnya yang membuatku mendelik keenakan.

"Kalo boleh kamu mau? Ohh baby.. memek kamu ngejepit nihh. Ahh.." ujarku lagi sambil terus meremas dan mengelus putingnya yang sudah sangat tegang dan merah kecoklatan itu.

"Ahh.. tau ahh.. kamu ngaco ajahh.. ohh baby, kontol kamu udah makin keras. Gede banget, say. Oughh.."

"Aku pengen lihat kamu sepongin dia dan dia jilatin memek kamu.. Ouuhh yess.. terus sayangghh, puter terus pantat kamu.. aahh."

"Terushh? aahh.. kamu nggak cemburu emangnya? Ahh.. oohh.. gila, kontol kamu enak banget sih, say?" Goyangannya makin hot dan seru, sedangkan vaginanya makin mencengkram keras batangku.

"Nggak, babe.. aku nggak cemburu.. oohh.. aku udah mau sampai nih.. aku pengen kamu dientot cowok lain sambil aku tontonin.. aahh baby.. aku keluarr.. aagghh.."

Maniku menyembur di dalam vaginanya dengan deras sambil tanganku mencengkram erat pinggulnya. Dan tampaknya hal itu dan fantasiku ikut memicu orgasmenya juga.

"Ohh yess.. oohh yess.. aku keluar juga, sayangghh.. aagghh.." Tubuh mulus istriku ambruk di atas tubuhku, matanya terpejam dan vagina berkedutan cukup lama juga, sambil kupeluk dan kuelus punggung dan pantatnya.

Beberapa saat setelah itu, dengan tubuh basah berkeringat, kami berciuman mesra. Hawa AC yang dingin merasuki tubuh kami. Dengan gayanya yang khas dan manja, Aurora menyusup kebalik selimut dan tidur di dadaku. Tangannya mengelus-elus dadaku dan aku mengelus rambutnya, meresapi apa yang baru saja kami nikmati bersama.

Tiba-tiba dia sedikit mengangkat tubuhnya dan memandangku dalam-dalam, lalu berkata, "Yang kamu bilang tadi beneran apa cuma lagi napsu doang sih, say?" Tangannya yang iseng menarik-narik jembutku yang kusut dan basah terkena cairan vaginanya campur keringat.

"Emm.. beneran dong. Kenapa?" Aku iseng juga dan kupencet hidungnya yang mancung. Dengan bercanda dia berontak dan pura-pura mau menggigit tanganku yang iseng tadi.

"Gila ih. Itu kan nyeleweng dong artinya? Kok kamu malah nganjurin aku buat nyeleweng?"

"Nyeleweng atau nggak itu sih terserah deh. Namanya juga fantasi. Boleh dong?" Aku menjawab sekenanya lalu beranjak bangun dari ranjang mau ke kamar mandi. "Udah, mandi dulu, yuk? Udah gitu kita bobo." Dia kembali tiduran dan bengong memandangi langit-langit kamar.

Besok paginya aku terbangun oleh ciuman di bibirku. Istriku tampak baru selesai mandi dengan rambut yang masih basah dan tubuh hanya terbalut g-string putih.

"Jam berapa nih, kok udah keren?" kataku dengan suara serak khas orang baru bangun tidur.

"Yee.. udah jam 6 lho. Ayo bangun, nanti telat ngantor. Sikat gigi gih. B-a-u deh mulutnya. Hihi."

"Salah sendiri nyium. Pasti bau dong. Namanya juga fresh from the oven. Ngapain pake g-string segala?"

"Aku mau pake rok mini putih hadiah dari mami kamu. Itu rok rada tipis deh kayaknya. Kalo pada cel-dal biasa nanti jelek."

"Apa boleh ngantor pake rok seksi macam gitu?" tanyaku polos.

"Nggak tau juga. Biar aja ah. Model-modelnya kan juga suka pake mini-minian begini. Aku nggak mau kalah ceritanya. Hahaha." Aura bekerja di salah satu perusahaan advertising terkemuka di Jakarta,     yang memang sering menggunakan jasa para model (amatir dan pro).

Aku nggak jawab lagi dan langsung lompat ke kamar mandi yang kebetulan ada di dalam kamar tidur kami. Iseng, kucolek buah dadanya yang masih telanjang dan selalu bikin mataku jelalatan dan penisku     tegang, sambil tangan yang satunya lagi mengelus buah pantatnya.

"Idih, amit-amiit! Pelecehan seksual tuh, tau! katanya pura-pura marah, sambil nyentil penisku. Aku meringis kesakitan.

"Aduh.. atit ya, cayang?" katanya menyesal sambil mengelus penisku. "Sini aku sembuhin.." Sambil berkata begitu, dia melorotkan celanaku dan penisku yang memang tegang sejak bangun tadi, diremas dan dikulumnya sambil lidahnya berputar di kepala penisku.

"Oh my God.." aku kaget banget api seneng juga. Tapi baru beberapa isapan, dilepasnya lagi.

"Udah ah.. nanti dia GR. Kalo GR, dia suka pusing dan muntah lho!" katanya sambil mengedipkan matanya lucu.

Aku jadi gemas dan penasaran, tapi kulihat jam terus bergerak, dan aku ada janji ketemu seseorang untuk breakfast. Oleh karenanya kubiarkan dia lolos kali ini, dan terus bergegas mandi.

Tepat aku lagi mulai meeting direksi di kantorku jam 2 siang, telepon genggamku berbunyi. Aurora meneleponku.

"Halo?"

"Hi, sayang.. lagi ngapain kamu?"

"Aku lagi meeting nih. What's up, babe?" Para anggota direksiku saling lirik dan tersenyum.

"Pak Romi mesra banget ya? Maklum pengantin baru sih." Pak Jerry, direktur operasiku bercanda sedikit. Aku cuekin saja.

"Sayang, nanti malem temenku Si Ayu ngajakin double date di Fountain Lounge Grand Hyatt." Aurora menjawab renyah. "Mau ya? Pleasee.."

"Acara apaan sih? Ya OK lah. Dia mau traktir emangnya?"

"Tauk. OK ya, Jam sembilan kita ketemu mereka di sana. Have fun with the meeting, say. Bilangin direkturmu jangan iseng."

"Iya, iya. See you, babe." Kututup teleponku sambil melotot ke Pak Jerry yang tetap cengar-cengir.
Ayu ini sebenarnya adalah istri dari sahabatku, Sonny, yang adalah putra satu-satunya dari seorang pilot senior Garuda Indonesia yang sekarang menjabat sebagai direktur di salah-satu perusahaan penerbangan.

Beliau ini masih keluarga keraton Solo, tapi sudah amat sangat liberal dan sudah nggak ada lagi tanda-tanda kekeratonannya. Apalagi Sang Sonny sendiri yang cuek luar biasa di dalam pergaulan dan topik pembicaraan. Kalau obrolan yang menyerempet soal seks, Sonny ini juaranya. Aku kenal dia sejak masih SMP di bilangan Menteng.

Orangnya sangat ganteng dan berpenampilan macho. Perawakannya tidak jauh berbeda denganku, hanya dia lebih pendek sedikit saja. Ayu berperawakan rata-rata wanita Indonesia. Yang paling menarik darinya menurutku ialah bibir yang ranum dan matanya yang bulat cantik.

Sorenya kujemput istriku di kantornya di daerah Kuningan (kantorku sendiri di daerah Kebayoran Baru). Di perjalanan dia tertidur pulas sekali sambil merebahkan kepalanya di bahuku. Aku duduk sambil membaca majalah Times.

Kulirik sopirku. Dia kelihatan mulai senewen dengan kemacetan Kuningan. Maklumlah hari Jumat sore. Sudah pasti rush hour gila-gilaan. Sopirku ini sudah menjadi sopir pribadiku sejak aku kelas 2 SMA. Aku sudah sangat akrab padanya.

Dia adalah keponakan dari sopir papaku, usianya sekarang 34 tahun. Namanya Hermansyah, kusingkat Maman. Wajahnya cukup ganteng, tapi orangnya rada kecil untuk cowok. Tebakanku tingginya cuma 160 saja. Tapi badannya jadi. Maklum, dia kubuat jadi teman sparringku di kelas tinju dan fitness. Dia lulus SMA, ingin kuliah, tapi nggak ada biaya. Lalu jadilah dia sopirku.

"Santai aja, Man. Tapi kalo nabrak gue timpe lu. Mobil mahal nih."

"Iye, bos (dari dulu manggil aku dengan "Bos"). Udah, ente tidur aja kayak Mbak Aura. Ane jagain mobilnye. Lagian kalo kagak mahal, bukan mobil ente dong. Hehehe"

"Nah lu tau tuh. Hehehe. Bisa aja lu, Man. Gue kasih bonus deh lu. Gaji lu gue potong 25%."

"Waduh, bos. Apa kata bos aja dah. Ma kasih ye, bos!" Sambil ngomong gitu dia nengok ke belakang sambil matanya melirik ke paha istriku yang terbuka 1/2-nya akibat rok mini putih nan tipis itu. Kudiamkan saja.. penisku malah tegang. Aku rasa aku benar-benar punya kelainan seks.

"Hei, Son!" aku sedikit berteriak ke arah sahabatku yang celingukan mencari-cari kami di Fountain Lounge.

Kulihat Ayu berpenampilan cukup seksi dengan gaun malam coklat muda panjang sampai ke tengah betisnya, tapi dengan belahan cukup dalam sampai ke tengah pahanya. Waktu duduk ia menyilangkan kakinya dan posisiku cukup jelas untuk melihat paha putih mulusnya yang sedikit tersingkap.

"Rom, mata lu juling banget lihat paha bini gue." Sonny menyentakku. Sialan nih orang, pikirku.

"Ah, nggak.. gue kan dikasih lihat, bukannya ngelihat. Banyak bedanya lho."

Kami pun berderai-derai tertawa. Kulirik istriku, Aura, hanya mesem-mesem aja. Mungkin gondok juga kali dia.

Aura juga terlihat seksi dengan celana hitam ketat dan baju hijau muda tanpa lengan yang berdada agak rendah. Ditambah sepatu hak tinggi hitamnya, dia kelihatan sangat sophisticated.

"Bini lu makin mengkilap aja nih, Ren. Ra, peju Si Reno cocok buat lu ya?" Sonny menyambar cepat.
Memang begitulah orangnya. Bicaranya kacau abis.

"Gila lu, Son. Kalo orang denger, dikirain elu mabok kali." Aura menyahut kesal, tapi tetap bercanda, karena sudah tahu adat dan gayanya Sonny.

Kami pun minum-minum sambil ngobrol ke sana-kemari dengan serunya. Sampai akhirnya jam menunjukkan pukul 11 pm. Aku bangkit pengen pipis.

"Gue ke toilet dulu ah. Birnya mulai bekerja nih," kataku santai.

"Gue juga, man. Cewek-cewek tunggu di sini ya. Kalo ada yang nawar, kasih harga tinggi. Nanti Om Sonny yang atur persenannya buat you berdua. Hahahaha."

"Mau pipis aja kok heboh sih kamu, Mas." Intan berkata sambil mengeleng-gelengkan kepalanya dan memandang suaminya, Sonny, dengan tatapan setengah tidak percaya. "Cepetan ya. Nanti ada yang nawar beneran, baru tahu rasa."

Di toilet aku melirik Sonny yang sedang pipis di sebelahku, dan bilang, "Son, gue rasa gue punya kelainan seks. Gue punya fantasi pengen ngeliat bini gue digituin sama cowok laen. What do you think, man?"

"Yang bener lu? Hehehe, dari dulu gue udah rasa lu rada maniak. Tapi baru sekarang gue yakin. Ini fantasi dikala horny aja apa beneran?"

"Gue yakin ini beneran."

"Sarap lu ye. Gue bantuin deh lu. Mau kagak?"

"Aura sama lu? Bisa-bisa gue impoten ntar abis ngeliat. Thanks but no thanks, bro. Hehehe. Kenapa? Lu horny ya ngeliat bini gue? Sama dong. Hahaha."

"GR lu. Mau kagak? Gue banyak pesenan laen nih. Ini antara temen aja, free trial, gitu. Hahaha."

"OK."

"Hah? OK? Bener nih ya. Awas lu nyesel. Tapi bini gue gimana? Kagak boleh buat lu, setan. We're not exchanging anything here, buddy."

"Yah, terserah lu lah. Tapi gue pesen satu aja: pake kondom."

"Off course, my man. You think I'm dumb?"

"Yes. Hehehe. Let's go back out. Caranya gue serahin sama lu aja."

"Sip. Let's go."

Sekembalinya kami dari toilet, kulihat para istri kami sedang asik ngobrol dengan tiga orang lelaki keturunan India. Ayu diapit oleh dua orang dan yang seorang lagi duduk di sebelah Aura. Dari gayanya, kami tahu bahwa India-India iseng itu mengira istri-istri kami adalah cewek-cewek gampangan.

Tangan seorang yang duduk di sebelah Ayu malah sudah diletakkan di atas paha Ayu. Kulihat Ayu mencoba menepisnya, tapi tidak dengan sepenuh hati. Mungkin dia suka juga? Yang duduk di sebelah Aura masih agak sopan, dan hanya memeluk bahunya. Kulihat Aura agak menjauh sedikit dan melotot galak ke arah India gokil itu.

"Wow, dude.. bisa keduluan sama India-India bangsat itu nih, gue." Sonny nyeletuk asal sambil bergegas ke arah Ayu dan Aura. Aku mengikutinya perlahan. Kupikir, the more, the merrier. Kulihat Sonny berbicara sesuatu dengan orang-orang itu, dan lalu mereka ngeloyor pergi sambil tertawa-tawa. Kedua istri kami pun ikut tertawa lebar.

"What's up, Son?" tanyaku setelah duduk lagi, kali ini di sebelah Ayu.

"Nggak, gue bilangin aja kalo dua cewek ini udah kita sewa buat seminggu. Udah lunas, pula. And we're sorry but we're not sharing them with anybody."

"Emang gila deh lu, Son." Aura berkomentar sambil masih tertawa.

"Tapi suka kaann.." Sonny memandangi wajah Aura begitu dekatnya. Aura jadi rada kikuk, dan kulirik Ayu malah mesam-mesem doang.

"Idiihh.. apaan sih lu. Jauhan dong.. mulut lu bau. Jangan deket-deket muka gue. Reenn.. tolong dong. Temen kamu sinting nih. Minumnya cuma segelas, maboknya kayak minum sepetii."

Tawa kami meledak mendengar ucapan Aura. Dan kira-kira pukul satu, kami memutuskan untuk pulang.

Sebelum pulang, Sonny sempat membisikiku, "Ren, besok siang gue ke rumah lu. We will start to realize your fantasy, man." Penisku langsung tegang membayangkan apa yang akan terjadi nanti.

Pukul 11 siang bel rumahku berbunyi. Aku sedang menonton TV di kamarku. Aura mungkin sedang membantu Mbak Wani, salah seorang pembantu RT kami memasak makan siang kami. Aku mengintip dari kamarku yang di lantai dua yang kebetulan menghadap ke jalan dan ke pagar rumahku.

Sonny sudah di depan muka rumah bersama Ayu membawa keranjang berisi jeruk dan pisang. Segera aku bergegas turun dan membukakan pintu utama rumah kami.

"Siang, bos. Wah, gue kirain elu belom mandi. Ternyata sudah keren. Makanannya udah ready nih?" Si Sonny nyerocos begitu melihatku di pintu muka.

"Ampirlah. Masuk yuk. Wah, bawa pisang nih." Langsung kuambil keranjang buah itu dari tangan Ayu dan kucomot sebuah pisang yang langsung saja kumakan.

"Raa.. Mas Sonny dan Mbak Ayu udah dateengg." Setengah berteriak aku memanggil istriku yang sedang masak di dapur.

Aura melongokkan dari arah dapur. Astaga! Ternyata dia masih memakai baju tidurnya yang berupa kaos you-can-see dan hot pants warna biru muda dengan kaki telanjang. Bodynya yang aduhai hanya tertutup sepertiganya saja kalau begini.

"Bentar ya, sodara-sodara. Aku masih masak nih. Yu, bantuin gue yuk! Cobain nih kurang apa." Aura menyahut dengan semangat. Ayu langsung ngeloyor masuk dapur. Aku perhatikan Si Ayu memakai rok span warna merah darah dan kaos tanpa lengan warna kuning muda.

"So, what's up, my brotha, what do you have in mind?" Aku langsung saja sambil mengedipkan mataku ke Sonny yang duduk bersamaku di ruang tamu.

"Just chill, bro. I told you I'll handle it, I will handle it." Sonny mengangguk yakin kepadaku.

Nggak lama kemudian.."Cowok-cowok, lunch is served." Ayu memanggil kami di ruang tamu dengan gaya seorang chef kawakan dengan celemek dan serbet makan yang disampirkan di lengannya sambil setengah membungkuk.

"Nah, gitu dong. Although I'd rather eat you, love." Sonny berkata begitu sembari beranjak bangun menuju ke ruang makan sambil mencubit pipi istrinya mesra. Aku meringis saja.

"Kalian makan duluan deh. Gue mau mandi dulu sebentaar aja." Kata Aura sambil lari kecil naik tangga ke kamar kami.

"OK, ma'am. Tapi kita tungguin deh, asalkan beneran cuma sebentaar aja." Sonny menggoda istriku. Istriku meresponnya dengan memeletkan lidahnya ke arah Sonny.

"Lu diam di sini dulu, ya. Nanti kira-kira lima menit, lu susul gue ke kamar lu. OK?" Sonny membisikiku. Ayu kebetulan sedang ngobrol dengan Mbak Wani dan tidak melihat ke arah kami.

"Hah? Sinting apa lu? Tapi whateverlah. OK." Kataku perlahan.

Benar, kira-kira lima menit setelah Sonny naik ke kamarku, aku menyusulnya. Setibanya aku di depan pintu kamar mandi yang terbuka sedikit.. wow.. kulihat Sonny sedang mengintip Aura yang sedang melucuti bajunya yang hanya dua lembar itu satu persatu.

"Goddamn, bini lu bodynya bikin gue geregetan aja." Bisik Sonny.

"Eh, monyet, gue kagak pernah minta lu ngintip. Sial, lu." Aku agak kesal juga, merasa dikerjai.

"Tenang, broer. Ini step by step. Let the pro do it. You, horny bastard, just shut up and sit tight."

"Gue hajar lu. Kalo dia teriak, satu rumah denger, kita bisa cilaka, sompret."

"Soon! Reenn! Mana sih kalian?!" kudengar Ayu berteriak memanggil dari bawah. Istriku juga pasti dengar, tapi cuek saja, lalu dengan bertelanjang bulat masuk ke dalam bath up, siap-siap mau mandi. Kami mashi terus mengintip.

"Lu turun dulu ke bawah, tenangin bini gue, OK?" bisik Sonny.

"OK." Aku beranjak perlahan pergi. Nggak tau mau ngomong apa ke Ayu, tapi penisku sudah tegang abis, seperti mau pecah rasanya.

"Yu, Si Sonny lagi nonton basket di kamar gue. Seru juga sih, lagian Aura kan masih mandi. Lu mau nonton juga?" Aku yakin Ayu pasti nggak akan berminat, karena dia paling benci sama yang namanya pertandingan basket. Konyol, katanya.

"Nggak ah, gue di sini aja nonton TV di bawah. Buruan dong. Kan gue juga lapar nih."

"Beres, manis."

"Genit lu ya kalo nggak ada siapa-siapa." Ayu menyahut sambil tersenyum manis. Aku nyengir aja, sambil lari lagi naik ke kamarku.

Sampai di sana, aku masuk dan kukunci kamarku perlahan.

"Gimana, Son?"

"Udah selesai mandi tuh. Wuih, gila, gue ngaceng berat nih, pren. Kagak nyesel nih lu?"

Aku diam saja. Nggak lama Aura keluar dari kamar mandi, seperti kebiasaanya, telanjang total hanya bercelana dalam saja. Rambutnya masih basah karena keramas.

"Aahh!" Aura menjerit kaget setengah mati melihat ada Sonny di situ. Dia mau lari lagi masuk ke kamar mandi, tapi tangan Sonny cepat menangkapnya. Aura meronta-ronta dan aku diam saja sambil menelan ludah.

"Tenang, sayang.. tenang.. gue di sini cuma mau bantuin lakilu memuaskan fantasinya." Sonny berujar perlahan sambil tangannya tetap mencengkram tangan Aura.

"Ren, kamu bener-bener gila ya. Ini apa-apaan sih?" Aura marah sekali melihat ke arahku. Aku cuma membuang muka saja.

"OK, karena kamu benar-benar sinting, aku juga bisa sinting. Tapi jangan menyesal nanti." Aura berkata begitu sambil memeluk Sonny dan mencium bibirnya walaupun masih agak ragu. Tangan mereka bergerilya kemana-mana. Buah dada Aura yang ranum menjadi target bibir dan lidah Sonny yang dengan bernapsu menjilat dan menyedotnya. Aura menggelinjang nikmat. "Mmhh.. Son.. remes dong Son.. pelan aja.. ahh.." Aura rupanya naik juga birahinya.

"Mmhh.. yeaahh.." Sonny mendongak terpejam saat Aura meremas penisnya dari balik celana jeansnya. "Buka aja, sayang.."

Aku sudah napsu berat, kukeluarkan penisku, dan mulai mengocoknya sambil masih berdiri. Kulihat Aura jongkok di depan Sonny, masih di depan pintu kamar mandi yang terbuka sambil mengeluarkan penisnya dari balik resleting dan mulai menyepongnya habis-habisan. Lidahnya bermain di kepala dan kedua buah pelir Sonny. Dikulum, dihisap, dijilat, you name it, she is doing it. Dia melakukannya sambil melirik Sonny dan aku bergantian.

"Isep, sayang.. yeaah, gitu.. uuhh.. bini lu hebat, man. Hebaatthh.. aahh.. jebol deh gue.. aarrghh!" Sambil berkata begitu, air mani Sonny tumpah di dalam mulut Aura yang langsung ditelannya. Melihat itu, aku nggak tahan lagi, dan air maniku pun langsung menyembur ke lantai. Lemas, aku terduduk di ranjang. Aura pun bangkit berdiri sambil memandang Sonny.

"Enak, Son? Hmm?" kata Aura setengah berbisik.

Sonny masih terpejam dan menganggukkan kepala sambil menelan ludahnya.

"Kalah deh Si Ayu. Sedotan lu gila banget, Ra. Ren, you're a lucky motherfucker, you know?"

"I know, man. Thanks berat. Ini rahasia kita aja ya." Sahutku santai.

"Yuk, turun. Nanti Ayu curigation, lagi. Ra, kamu turun dulu, say. Bilangan Ayu "Pertandingan basketnya" sudah ampir selesai. Nanti kita nyusul."

"OK." Aura bergegas berpakaian dan langsung turun. Aku sedikit lega karena sebagian fantasiku sudah terpuaskan.

"Reno, my man. If you need us to go any further than that, just ask, buddy. Hehehe." Sonny ngomong gitu sambil membetulkan pakaiannya. Aku ngangguk saja, ikut berberes, dan membersihkan lantai yang terkena semburan maniku barusan.

Seusai makan siang yang dipenuhi dengan canda dan obrolan seperti biasanya, kami bersantai di kebun belakang rumah kami sambil makan buah-buahan yang dibawa Sonny dan Ayu. Kami duduk di meja bundar yang ada di tengah-tengah kebun kami. Aku, Aura, Sonny, Ayu. Sonny melirik Aura yang pura-pura tidak melihatnya sambil terus ngobrol denganku dan Ayu.

Tiba-tiba Aura beranjak bangun.

"Mau pipis", katanya.

Sambil berdiri begitu, sambil tangannya mengelus penis Sonny. Kurasa Ayu tidak memperhatikannya karena sibuk berkomentar tentang bunga-bunga yang kelihatan indah sekali sore itu. Sonny memandangiku sambil nyengir. Kukedipkan mataku kepadanya sambil meladeni ocehan Ayu. Sejam kemudian mereka pamit pulang.

"Do you like it?" aku bertanya pada istriku sebelum tidur malam itu.

"Hmm? I think I do." Aura membalas menjawab sambil memeluk dadaku dan merebahkan kepalanya di dadaku.

"Mau coba lebih lagi?" aku bertanya singkat.

"Terserah kamu, sayang." Balasnya sambil mengelus penisku yang sudah berdiri.

"Idih, kok udah ngaceng sih ininya?" katanya lagi sambil merogoh kedalam celana tidurku yang komprang tanpa celana dalam.

Dia mulai mengelus-elus kepala penisku dan mulai mengocoknya perlahan.

"Ahh, baby.. I want you to fuck him." Kataku dengan napsu yang sudah naik.

"I know, baby.." sambil berkata begitu, kepalanya menyusup kebalik selimut dan mengulum penisku.
"This is what I did to him. Tell me how you like it.." Kurasakan air maniku segera terkumpul akibat sedotan, jilatan dan kulumannya di penisku.

"Sayang, kamu bakalan bikin aku keluar nih.. telan ya.. mmhh.. oohh." Gila, belum pernah aku keluar secepat itu. Kurang dari 2 menit saja! Istriku memang luar biasa tehnik oralnya. Maniku ditelannya.

"Baby, I need you to fuck me. Pleasee.." Aura menggelinjang sambil tangannya meremas toketnya sendiri dan lalu mengelus vaginanya yang sudah basah. Sejak kapan dia nggak pakai baju lagi?

"Aku nggak mau.. the next fuck you'll get will be from Sonny, babe." Aku berkata dengan kejam sambil membereskan celanaku dan tidur pulas.

Dua hari kemudian, aku masih belum bersanggama dengan Aura. Malam harinya, sekitar pukul 7, Sonny menelponku saat aku baru selesai mandi.

"Ren, bini gue lagi ke Yogya, ada sodaranya yang meninggal. Gue udah cari alasan biar nggak ikut. So, I'll have 2 days Off. What's up?"

"Perfecto. Si Aura udah horny berat nih. Nggak gue masukkin udah dua hari. Lu dateng deh sekarang."

"Say no more, buddy." Sonny menutup teleponnya. Kira-kira setengah jam kemudian dia sudah sampai. Aura yang membukakan pintu.

Begitu melihat Aura, Sonny langsung memeluk dan mencium lehernya.

"Hello, doll. Miss me?" Ini orang cool juga, pikirku.

"Mmhh.." Aura menggelinjang senang. "A lot. You come for me, or what?"

"No, I come for my buddy. YOU will make me cum." Sonny menyeringai.

"And I will make you cum with me."

Sonny langsung menggandeng Aura ke kamar tidur kami. Aku mengikuti dari belakang.

"Strip for us. And masturbate, but stop when you are about to cum." Sonny memerintah Aura sesampainya di kamar. Aku menyetel CD jazz yang lembut untuk menunjang suasana.

Aura melucuti pakaiannya satu persatu sambil meliuk-liukan tubuhnya yang sintal mulus itu. Mau tidak mau, kami berdua menelan ludah berkali-kali. Lalu setelah bugil total, ia membelakangi kami dan membungkuk. Dengan tersenyum ia menoleh ke arah kami dan menjilat jari tengah kanannya. Lalu dengan sensualnya ia mengelus sepanjang bibir vaginanya dan dengan perlahan memasukkan jari tersebut ke dalam vaginanya keluar masuk kira-kira lima kali.

"Ouhh.. it's so wet, boys.." katanya seraya menjilat kembali jari itu.

"And it taste so yummy.." Kami kembali menelan ludah dengan tangan kami mengelus penis kami masing-masing.

Ia kemudian berbalik menghadap kami, dan berjalan menghampiri Sonny. Ia lalu berjongkok di antara selangkangan Sonny yang duduk di pinggir ranjang bersamaku menonton aksinya. Celana Sonny dibukanya dan penisnya dielus dan diremas lembut.

Kulihat kepala penis Sonny sudah sangat basah, dan makin basah karena sekarang Aura mulai menjilatinya.

"Ahh, Raa.. terus sayanghh.." Sonny menggelinjang nikmat dan aku mulai mengocok penisku perlahan.

"Enak, Son? Hmm? Mau diisep lagi kayak kemarin?" Aura dengan seksinya melirik ke arah Sonny.
"Yess.. please, babe.. suck my cock.."

Tidak perlu disuruh dua kali, Aura mengulangi aksinya. Tapi kali ini hanya sebentar saja. Mungkin dia takut Sonny keburu keluar lagi.

Tidak berapa lama kemudian, Aura menelentangkan tubuhnya di lantai kamar yang berlapis kayu sambil meremas-remas dadanya, dan tangan yang satunya bermain lincah di vaginanya. Kami ikut bertelanjang bulat sambil duduk di sebelah kanan dan kirinya.

Beberapa saat kemudian Aura mulai mengerang dan menggelinjang. Napasnya terengah-engah dan mukanya memerah. Pinggulnya terangkat-angkat dan membuat gerakan memutar perlahan. Remasan di     dadanya mulai agak kasar.

Puting susunya dipelintir olehnya sendiri, dan vaginanya mulai mengeluarkan cairan kental dan berbau khas. Dia sudah diambang orgasme. Sonny dengan sigap menangkap kedua tangannya dan langsung menindihnya.

Dengan satu hentakan, penisnya menyeruak ke dalam vagina istriku. Pinggul Sonny mulai bermain.

"Aahh.. aahh.. yess.. oouuhh.." Aura meracau nggak karuan.

Aku juga hampir pingsan karena napsuku. Tanganku mengocok penisku dengan cepat.

"Ohh.. Soonn.. kontol lu gede banget banget, sayang.. aahh.. ahh.. ahh.. gue mau sampe nih, Soonn.. oouugghh.. gue keluar, Soonn.. aarrgghh!" Aura menjerit-jerit merasakan nikmat yang menhantam seluruh sendinya.

"Ra.. di dalam apa di luar.." Shit.. aku baru sadar kalau Sonny lupa pakai kondom! "Di mana, Raa?" Sonny mempercepat goyangannya.

"Di luar, Son.. uuhh.." Aura udah lemas sehabis orgasme. "Wow.. anget banget, sayang.." ucap Aura lembut saat penis Sonny berkedutan di atas perut Aura yang putih dan rata. Tangan Aura cepat mengurut-urut penis Sonny yang sedang memuntahkan laharnya.

"Ooh fuucckk.." Sonny ambruk di atas tubuh istriku. Aku juga mempercepat kocokanku dan nggak lama..

"Baby, I'm coming.." aku terengah-engah mengarahkan penisku ke mulut Aura.

"Sini, sayang.. aku mau kamu punya.." Aura membuka mulutnya lebar dan kusemburkan maniku ke dalam mulutnya..

"Telen sayang.. yeaahh.. agghh!" Orgasmeku menghantamku dan penisku berkedutan di dalam mulut Aura. Dengan lembut Aura menjilati dan mengulum penisku.

Seluruh adegan itu memakan waktu hanya 1.5 jam saja. Sonny lalu pamit pulang segera.

"Thanks, Son." Kataku waktu mengantarnya ke depan pintu. Aura sudah tertidur di kamar kelelahan.

"Anytime, buddy. Memek bini lu luar biasa."

"Ayu punya gimana? Emangnya nggak seenak Aura?" ujarku iseng aja sebenarnya.

"Hehehe.. lu coba aja sendiri. My treat. Tapi itu kalau dia OK. Later, man. Let's do lunch tomorrow."
Aku tersenyum kecil dan menganggukan kepala.

Besoknya aku makan siang bersama dengan Sonny di daerah Kemang. Sambil ngobrol ngalor ngidul, Sonny berkata, "Besok malam Ayu sampai di rumah. Still interested?"

"Well, gue sih OK banget kalo lu berdua OK juga. Aura gimana?" kataku pelan.

"Ajak aja besok. Gue punya rencana nih. Kita bisa nonton live show barangkali. Hahaha."

Deg. Jantungku berhenti sejenak. Sonny memang gila, kayaknya. Tapi kegilaan yang mengasyikan.

"Are you serious? Gimana caranya? Mana mau mereka?"

"Serahin aja sama Om Sonny. Lu tau beres dan ngecret aja deh pokoknya. OK ya. Gue musti balik ke kantor nih. Masih ada urusan. See you tonite."

"See you, bro."

Akhirnya malam yang kunantikan tiba juga. Sekitar pukul 9 aku dan Aura sudah sampai di rumah Sonny dan Ayu di Permata Hijau. Kukatakan pada Aura bahwa another fantasy is waiting. Dia excited sekali dan siap dengan busana yang sangat frontal memamerkan keseksian tubuhnya.

Kaos hitam yang hanya berupa kemben seperut dan rok mini hitam ketat dari bahan kulit membalut tubuhnya. Sepatu hak tinggi hitam menghiasi sepasang kaki panjang mulusnya.

Ayu membukakan pintu rumahnya dengan pakaian yang tidak kalah seksinya. Rok sebetis dengan belahan di bagian belakang yang dalam ke tengah pahanya dan atasnya kemeja tipis longgar tanpa BH sehingga kami dengan jelas melihat putingnya yang tegak menantang.

"Come in," katanya seraya tersenyum manis pada kami.

"Kita main strip poker malam ini. I heard you guys were having a grand time while I was gone. Curang! Kok nggak ngajak-ngajak sih?"

Kami cuma bengong saja mendengar penuturannya.

"Emangnya OK buat lu, Yu?" Tanyaku. Aura sudah merah padam wajahnya.

"Sure, sex is a sport. And I need to have some exercise. Hahaha." Busyet, udah ketularan lakinya nih, pikirku.

Tanpa ragu-ragu, Ayu menggandeng Aura dan mencium pipinya yang masih kemerahan karena kaget campur malu.

"Come on, girl.. don't be like that. What are best friends for? To fuck each other brains out!" tawanya berderai-derai disambut dengan tawa Sonny dari dalam rumah.

"Bisa aja lu, Yu.." Aura yang sudah santai kembali sekarang menyahut.

"Abis ini nih, Reno, gara-garanya."

"Tapi suka kaan.." sekali lagi Sonny yang tiba-tiba sudah disamping Aura mendekatkan wajahnya ke wajah Aura.

"He-eh. Suka banget." Aura berkata begitu sambil meremas penis Sonny.

"Kontol laki lu ini bikin gue kelojotan kemaren malem nih, Yu."

"Kalo gitu kontol lakilu musti bikin gue kelojotan dong malem ini, biar satu sama." Ayu berkata sambil melirik nakal padaku. Aku jadi tertawa kecil, namun penisku sudah tegang sekali rasanya.

"But first let's have dinner!"

"Mmhh.. Ren.. jilat terus itil gue.. aahh iyaa.." Ayu mendesah lembut ketika aku mulai menjilati kelentitnya yang sudah membesar di atas sofa living roomnya. Aura dan Sonny menonton sambil keduanya mengelus-elus sendiri tubuh mereka yang sudah telanjang bulat.

"God.. suck my clit, honey.. yess.. you're gonna make me come.. oouuhh!" Jeritan lirih Ayu cukup keras. Untung saja para pembantu RT sudah di perintahkan untuk pergi keluar rumah malam ini. Jadi hanya tinggal kami berempat saja.

Kusodok-sodokan lidahku kedalam vagina Ayu yang sedang mengeluarkan cairan kenikmatannya. "Tell me what you want, babe." Kataku sekenanya. Penisku sudah mulai mengeluarkan cairan dan terasa hangat.

"I want you to fuck me and make me cum.. do it now.." Ayu meracau sambil menggeleng-gelengkan kepalanya akibat terserang birahi yang bertubi-tubi.

Kulirik Aura dan Sonny yang sedang bergumul 69 di lantai di bawah sofa itu. Erangan dan rintihan mereka cukup membuatku dan Ayu semakin beringas. Segera kuposisikan penisku ke lubang kewanitaannya. Bless.. aahh.. hangat sekali di dalam sini. Ayu dengan ahlinya mengencangkan otot vaginanya saat aku mulai menggenjotnya. Setelah beberapa kali ayunan pantatku, aku rasakan maniku mulai membludak.

"Yu.. gue bisa nggak tahan kalo lu gituin terus memeknya.. oohh.. uuhh.." aku mulai merasakan denyutan di pangkal penisku.

"Hmmhh.. biarin.. gue juga udah dikit lagi sampai kok.. hh.. lepas di dalem aja.. gue lagi aman kok.. aarrghh!" Ayu menjerit keras karena tiba-tiba aku menggenjotnya keras berkali-kali.

"Shit.. Yu.. terima nih, sayang.. shiitt.. aahh.. aahh.. gilaa.." Aku ikut teriak karena orgasmeku datang secara tiba-tiba.

"Renn.. ohh.. I'm cumming, honey.. I'm cummiinngg.. iihh.. oohh.." Denyutan memeknya sangat terasa memijat penisku. Aku ambruk di atas tubuh Ayu dan kami berdua saling berpagutan French kissing dan kuhisap dan kujilati toketnya yang montok berkeringat.

"Hhmm.. udah dulu dong, Ren.. ntar gue naik lagi nih." Kata Ayu lembut sambil menggelinjang geli.

"That's the idea, babe.. lihat tuh Aura sama Sonny.." bisikku di telinganya sembari menggigit kecil kupingnya.

Aura dan Sonny masih saling menjilat dan menghisap dengan serunya dalam posisi 69. Tubuh Aura mulai bergetar, mengerang-erang, dan tangannya mengocok penis Sonny dengan cepat. Tiba-tiba, Sonny yang berada di bawah mendorong tubuh Aura ke samping.

"Stop dulu sayang.. hhuuhh.. stop.." Sonny berdiri perlahan-lahan.

"Kenapa, Son? Nggak enak ya? Ayo dong.. tadi gue udah ampir tuh.. aaduuhh.. jangan gini dong.. tega deh lu.." Aura merajuk bercampur birahi yang membuat kepalanya pusing.

"Hehehe.. you can cum, but Ayu is the one that will do it to both of us." Deg. Jantungku berdegup kencang. Jadi ini maksudnya Si Sonny dengan live show.

Ayu tersenyum simpul mendengar itu.

"Ra, sekarang elu kangkangin muka gue. I'll take you there, honey." Ayu berkata dengan genitnya.
Aura yang sudah tidak sanggup lagi, diam sejenak, lalu mengangkangi wajah Ayu yang masih berkeringat.

"Aawwhh.. make me cum.. please make me cum.. ohh yeaasshh.. isep itil gue, sayang.. iyaahh gitu.. iyaahh.." Ayu menjerit-jerit kecil merasakan permainan lidah dan bibir Ayu di vaginanya.
Sementara itu Sonny kulihat memposisikan penisnya di vagina Ayu yang masih melelehkan air maniku.

"Aahh yess.. enak, Masshh." Ayu mulai merasakan genjotan suaminya.

"Honey.. I'm cumming.. oohh.." Aura mengerang dan mendesah panjang saat orgasmenya datang. Pinggulnya begoyang maju-mundur menggosokkan vagina dan kelentitnya ke bibir Ayu yang siap menyedot-nyedot cairan vagina Aura yang mengalir deras. Tubuh Aura yang basah berkeringat bergetar hebat dan tangannya meremas keras buah dadanya yang bergelayut manja.

Kulihat paha Sonny mulai bergetar hebat dan ia memeluk tubuh Aura dari belakang sambil terus menghentak-hentakan penisnya ke vagina istrinya. Suara becek berkecipak di dalam vagina Ayu seksi sekali.

"Oohh.. fuckin' fuck.. aku keluar, sayaanghh.." Sonny memuntahkan lahar panasnya yang pasti bercampur dengan milikku di dalam vagina Ayu. Tubuh Sonny berkelojotan dan tangannya meremasi buah dada Aura yang masih menikmati orgasme dashyatnya mengangkangi wajah Ayu.

"Yess.. anget sekali punya kamu, Masshh.. hheehh.." Ayu memejamkan matanya menikmati sensasi yang luar biasa. Bibirnya belepotan cairan Aura dan vaginanya berlelehan air maniku dan suaminya. Aku terhenyak lemas di bawah sofa dengan penis terkulai lemas dan perasaan sangat puas.

Keesokkan paginya di rumah kami, aku terbangun mendapati Aura yang tengah memeluku dari belakang. Kubalikan tubuhku, dan kulihat ada senyuman lembut di wajahnya.

"Ra, baby?"

"Hmm? Udah bangun, sayang?" istriku menjawab lembut.

"Are you happy?" tanyaku tulus.

"Very. Sini, bobo lagi.. aku pengen dipeluk terus sama kamu. I love you so much, sayang."

Sunday, October 30, 2016

CERITA ASIK

SAAT MENSTRUASI KEPERAWANAN KU HILANG

VIPMANDIRIQQ
Saat itu aku pulang skolah pas pertama ktemu aku mau tertabrak mobil yg di tumpanginya,untung aku gk knapa” cuma kesenggol bgian skutku saja.
“…ckiiiittt”mobil yg di tumpangi aldo ngerem mendadak.
“….aduh”aku kget dan mrintih kesakitan.
“..aldo langsung keluar dri mobil dan lngsung menghampiriku.
“…Mba gak knapa-napa??tanyanya..
…aku hanya trdiam dan kesakitan.
“…Aku anter ke rumah sakit ya??ujarnya.
“…hmmpp!!jwbku simpel.
…Aku langsung di bpong ke dalam mobilnya.
“…sesampainya di rumah sakit,aku langsung di perban yah untung cuma luka lecet saja.
“…mba aku minta maaf ya,gak sengaja?ujarnya.
…aku hanya terdiam,pdhl dlam hatiku mash marah tp aku coba untuk tenang.
“…Ya udahlah gpp,ini jg gk knapa-napa ko cuma lecet ja..”jwbku.
“..iya tp aku gk enak nich,tlong jangan di tuntut ya??aldo smbil memelas.
“…iya..iya gak.”jwbku.
“..ya udah aku anter pulang ya!”tawarnya.
“..hmmm,boleh deh..”jwbku.
“..aku langsung di anter pulang,selama di jalan menuju pulang aku ngobrol bnyak smbl kenalan,sling tkar no hp,kmipun lngsung akrb.
“…beberapa saat kemudian,akupun sampai di rumahku.
“..owh,dah smpai ya? Tanyanya.
“..iya,mampir dlu yuk di rumah cuma ada neneku aja..”jwbku.
“..lain x ja ya,alya aku tkut di marahin nenek kamu..”ujarnya.
“..ya gak lach neneku orngnya baik gk prnh marah..”jwbku.
“…ya udah..”blaznya.

…Diapun mampir dan ngbrol sma nenekku dan meminta maaf atas kejadian yg menimpaku.
…”Beberapa saat kemudian aldo pamitan untuk pulang.
“..nek,mon aku pamit pulang dlu ya,alya msh bnyak tgas yg hrus di selsaikan..”ujarnya.
“..owh iya..”jwb nenek dan aku.
“..sexali lgi minta maaf…” ujarny berulang x minta maaf.
“iya udah,dri tadi jga di maafin”..jwbku.
…aldo langsung salaman,trus menuju mobilnya.
“…Tar aku tlpn ya,bwt nanyain kbrmu..”ujarnya.
“..iya “…jwbku.
“owh,ok sippt”…blznya..

…Setelah beberapa minggu kami sling sms’n dan tlpn’n,kami merasa kaya pacaran.ntah kapan jadiannya,kmi berhubungan.
“..Saat itu hari minggu aku di ajak jalan-jalan,dan makan.hari demi hari,minggu demi minggu terlewati kami ngerasa smakin dekat dan ngerasa cocok bersmanya..

“…Beberapa waktu kemudian,aldo ada acara pernikahan temannya di daerah puncak bogor.
“..ay aku ada acara di puncak,temenku mwu nikahan..”ujarnya.
“owh,mang brapa lama?tanyaku.
“..paling cuma 1hri.” jwbnya.
“..ya trus?tanyaku.
“..ay aku lagi bingung,masa temenku yang lain pda bwa pasangan aku nggak.!!ujarnya,
“..ya trus aku hrus ikut gtu maksdnya?tanyaku.
“ya kalo boleh ma nenek..”ujarnya.
“.boleh sich asal jngan nginep..”jwbku.
“.iya aku janji gak nginep,”ujarnya.
..Pdahal ortunya aldo punya vila di daerah puncak,seandainya kemalaman jg.
…kamipun berangkt sama-sama menuju acara tmennya itu.
…stelah itu wktupun tk terasa udah mulai menjelang sore.
..”Tak di sangka cuaca di daerah puncak gk bisa di tebak begitu buruk cuaca di sana.hujan yang di sertai angin menghalangi untuk kembali pulang.
“..aduh ay cuaca di sini buruk bngt,pdhl tdi pas brngkt terang bnget,kayanya kita gak pulang alya aku gk brani dngan cuaca gni..”ujarnya.
“..ya trus nginep dimana,kn kita gk punya saudara disini msa mau nginep di rmah pengantin.”jwbku.
“..tenang ja ortuku punya vila di daerah sini..”ujarnya.
…”kami pun branjak pergi ke vila punya ortunya aldo.
..”ko sepi bnget vilanya,apa gak ada yg nempatin?”tanyaku.
“ada ko mang udin yg jaga disini.”jwbnya.
..”aldoptn mencari mang udin penjaga vila itu.
“eh den aldo,ko gak blang dlu kalo mwu ksini tumben banget,.”ujar mang udin.
“..iya mang aku ke sorean abiz ada acara tmen,mana ni cuacanya kaya gini jd gk brani pulang..”jwbnya.
…”stelah itu kmi msuk,tak menyangka vila sebagus ini gak di tempatin.
“..ay km tdur di kmr,aku di dlam ja”ujarnya.
“owh,iya dech trus kmr mandinya dmana?ujarku.
“owh,di kmarkan ada kmar mndi.”jwbnya.
“iya dech”ujarku.
..”aku pun bergegas ke kamar mandi krna tkut mens’ku tembus.
…”Sementara aku lagi di kamar mandi,ganti baju dan pembalu aku lupa gak menutup pintu kmar mandi aku biarkan terbuka lebar,aku tak tau kalau aldo masuk.
..”Ay “..aldo menghampir ke kmr mandi yg pintunya trbuka lebar.
“aduuh”..aku kaget smbil mnutupi tetekku dan memekku yg tak terbungkus sehelai bnang pun.
“..Maaf..maaf,gk sengaja aku kira gk lgi di kmar mandi,alya pintunya kebuka lebar..”jwbnya.
“..iya aku lupa krna buru-buru mwu ke kmar mandi”jwbku.
“..Aku cuma mwu nwari makan sma mau mnum apa??tanyanya.
“terserah aja”..jwbku.
“owh ya udah nasi goreng ma teh manis ja ya??tanyanya.
“ya udah”..jwbku.
..aldo mnuju kluar dn aku mlanjutkan pakai pembalut dan bjuku.

…stelah selesai mkan,matapun mulai ngantuk aku sempat berpikir dri tadi aldo gk bnyak ngomong cuma ngelirik-ngelirik bagian tetekku,dan aku menyangka aldo lgi mikirin kejadian tdi di kmar mandi.
“..aku ngantuk bget nich,bobo dlu ya!ujarku.
“owh iya,alya kita pulang pagi-pagi bget.”ujarnya.
“.aku masuk kmar dan merebahkan bdanku di kasur.
..Sementara itu ku dengar aldo msh ngbrol sma mang udin,kedengaranya sedang ngomongin aku tapi aku cu’x ja.
..tak terasa aku tdr trlelelap,tak kusangka aku ntah mimpi apa kenyataan,badanku trasa berat pas aku melek sontak aku kget,buah dadaku lagi di hisap aldo aku langsung branjak.
“..Apa..apaan nich,?km jht bgt tega ya bikin aku kya gni.”ujarku kget.
“.maaf ay aku gak tahan liat kjadian tadi,aku kpikiran trus”..jwbnya.
..Sementara itu aku lngsng branjak dri tmpt tdr,brencana mwu kluar kmr tak di sangka pintu pun di kuncinya.
“..plizz tlong hargain aku,aku gk mau kmu prlakukan aku kya gini”ujarku smbil menangis.
..”aldo lngsung menghampiriku,”ya udah maafin aku,anggap ja ni gk pernah trjadi”.jwbnya smbl memeluku.
..aku trbujuk ucapannya,trus aldo merebahkanku di kasur,tak kusangka lagi aldo malah lebih ganas,dia merusak bajuku dn clanaku di tariknya hingga sobek,aku tak menyangka di balik wajahnya yang alim dia maniak seks.
…dia menciumiku dari ujung rambut hingga ujung kaki,wlwpun aku brusaha brontak aldo tak menghraukanku di trus menciumiku dan menghisap pyudaraku,aku gak kuat hingga aku pasrah apapun yg akn terjdi.
…dia smakin gila,tngannya menggerayangi sluruh tbuhku,mengobok” memekku dia blm tau kalo aku lg menstruasi,tp ttp aja namanya lg nafsu dia tak menghiraukan,dia langsung menjilati memekku yg bau amis darah,aku tak kuasa.
..”ach.ach.ach”aku mengerang.
Aldo trus memainkan lidahnya,di memekku.
..”Tak lama kemudian aldo membuka bju dan clananya,ku lihat kontolnya yg sudah mengeras,langsung di tancapkanlah ke memekku yang bsah brcmpur darah,ludah,dan air memekku.
..oooh..sakit pelan” ..ujarku kesakitan.
Namun aldo ttp menghantamkan kntolnya ke memekku.”auuuww sakitt,”jeritku mrasakan memekku trasa perih.
..dan trnyata aldo tak bisa memasukan kontolnya,karna mungkin aku mash prawan.
..aldo memegang kontolnya lalu mengarahkn ke lubang memekku,”aduuuh sakiit”jritku.smakin aku mnjerit aldo semakin menekan kontolnya msuk.
“..Ay memekmu ko keset bnget??tanyanya.
“..aku langsung jwb,wlwpun merasa ksakitan.
“..iyalah aku lgi mens tau”jwbku.
Aldo,malah meluluri kontolnya dengan ludhnya.bleez kntolnya agak msuk, yg aku rasakan enak dan perih,lagi” aku menjrit ksakitan.
..stelah msuk ke memeku,aldo smakin kencang genjotannya “..ach.ach.ah.ah.ahah.”dan aldo pun tak kuat menahan “crot..crot..crot” kluarlah tak lamapun kami terkulai lemas,aku smpt menangis melhat darah berceceran di atas kasur.
Di sinilah keperawananku di renggut aldo dalam keadaan menstruasi.
Inilah pengalaman prtamaku merasakan memekku di masukin kontol.
Sampai akhirnya aku ketagihan hingga aku yg meminta untuk menyetubuhi tubuhku,dan merasakan kenikmatan walaupun hanya sesaat.

Saturday, October 29, 2016

CERITA ASIK

MEKI KU YANG MULUS DAN TUBUH KU YANG SEKSI

VIPMANDIRIQQ
Tapi lama kelamaan semua itu membuatku bosan. Ya…di Jakarta ini, walaupun aku merantau, ternyata aku punya banyak saudara dan karena kesibukan (alasan klise) aku tidak sempat berkomunikasi dengan mereka. Akhirnya kuputuskan untuk menelepon Mas Adit, sepupuku. Kami pun bercanda ria, karena lama sekali kami tidak kontak. Mas Adit bekerja di salah satu perusahaan minyak asing, dan saat itu dia kasih tau kalau minggu depan ditugaskan perusahaannya ke tengah laut, mengantar logistik sekaligus membantu perbaikan salah satu peralatan rig yang rusak. Dan dia memintaku untuk menemani keluarganya kalau aku tidak keberatan. Sebenernya aku males banget, karena rumah Mas Adit cukup jauh dari tempat kostku Aku di bilangan Ciledug, sedangkan Mas Adit di Bekasi. Tapi entah mengapa aku mengiyakan saja permintaannya, karena kupikir-pikir sekalian silaturahmi. Maklum, lama sekali tidak jumpa.

Hari Jumat minggu berikutnya aku ditelepon Mas Adit untuk memastikan bahwa aku jadi menginap di rumahnya. Sebab kata Mas Adit istrinya, mbak Lala, senang kalau aku mau datang. Hitung-hitung buat teman ngobrol dan teman main anak-anaknya. Mereka berdua sudah punya anak laki-laki dua orang. Yang sulung kelas 4 SD, dan yang bungsu kelas 1 SD. Usia Mas Adit 40 tahun dan mbak Lala 38 tahun. Aku sendiri 30 tahun. Jadi tidak beda jauh amat dengan mereka. Apalagi kata Mbak Lala, aku sudah lama sekali tidak berkunjung ke rumahnya. Terutama semenjak aku bekerja di Jakarta ini Ya, tiga tahun lebih aku tidak berjumpa mereka. Paling-paling cuma lewat telepon

Setelah makan siang, aku telepon mbak Lala, janjian pulang bareng Kami janjian di stasiun, karena mbak Lala biasa pulang naik kereta. “kalau naik bis macet banget. Lagian sampe rumahnya terlalu malem”, begitu alasan mbak Lala. Dan jam 17.00 aku bertemu mbak Lala di stasiun. Tak lama, kereta yang ditunggu pun datang. Cukup penuh, tapi aku dan mbak masih bisa berdiri dengan nyaman. Kamipun asyik bercerita, seolah tidak mempedulikan kiri kanan.

Tapi hal itu ternyata tidak berlangsung lama Lepas stasiun J, kereta benar-benar penuh. Mau tidak mau posisiku bergeser dan berhadapan dengan Mbak Lala. Inilah yang kutakutkan…! Beberapa kali, karena goyangan kereta, dada montok mbak Lala menyentuh dadaku. Ahh…darahku rasanya berdesir, dan mukaku berubah agak pias. Rupanya mbak Lala melihat perubahanku dan ?ini konyolnya- dia mengubah posisi dengan membelakangiku. Alamaakk.. siksaanku bertambah..! Karena sempitnya ruangan, si “itong”-ku menyentuh pantatnya yang bulat manggairahkan. Aku hanya bisa berdoa semoga “itong” tidak bangun. Kamipun tetap mengobrol dan bercerita untuk membunuh waktu. Tapi, namanya laki-laki normal apalgi ditambah gesekan-gesekan yang ritmis, mau tidak mau bangun juga “itong”-ku. Makin lama makin keras, dan aku yakin mbak Lala bisa merasakannya di balik rok mininya itu.

Pikiran ngeresku pun muncul, seandainya aku bisa meremas dada dan pinggulnya yang montok itu.. oh… betapa nikmatnya. Akhirnya sampai juga kami di Bekasi, dan aku bersyukur karena siksaanku berakhir. Kami kemudian naik angkot, dan sepanjang jalan Mbak Lala diam saja. Sampai dirumah, kami beristirahat, mandi (sendiri-sendiri, loh..) dan kemudian makan malam bersama keponakanku. Selesai makan malam, kami bersantai, dan tak lama kedua keponakanku pun pamit tidur.

“Ndrew, mbak mau bicara sebentar”, katanya, tegas sekali.
“Iya mbak.. kenapa”, sahutku bertanya. Aku berdebar, karena yakin bahwa mbak akan memarahiku akibat ketidaksengajaanku di kereta tadi.
“Terus terang aja ya. Mbak tau kok perubahan kamu di kereta. Kamu ngaceng kan?” katanya, dengan nada tertahan seperti menahan rasa jengkel.
“Mbak tidak suka kalau ada laki-laki yang begitu ke perempuan. Itu namanya pelecehan. Tau kamu?!”
“MMm.. maaf, mbak..”, ujarku terbata-bata.
“Saya tidak sengaja. Soalnya kondisi kereta kan penuh banget. Lagian, nempelnya terlalu lama.. ya.. aku tidak tahan”
“Terserah apa kata kamu, yang jelas jangan sampai terulang lagi. Banyak cara untuk mengalihkan pikiran ngeres kamu itu. Paham?!” bentak Mbak Lisa.
“Iya, Mbak. Saya paham. Saya janji tidak ngulangin lagi”
“Ya sudah. Sana, kalau kamu mau main PS. Mbak mau tidur-tiduran dulu. kalau pengen nonton filem masuk aja kamar Mbak.” Sahutnya. Rupanya, tensinya sudah mulai menurun.

Akhirnya aku main PS di ruang tengah. Karena bosan, aku ketok pintu kamarnya. Pengen nonton film. Rupanya Mbak Lala sedang baca novel sambil tiduran. Dia memakai daster panjang. Aku sempat mencuri pandang ke seluruh tubuhnya. Kuakui, walapun punya anak dua, tubuh Mbak Lala betul-betul terpelihara. Maklumlah, modalnya ada. Akupun segera menyetel VCD dan berbaring di karpet, sementara Mbak Lala asyik dengan novelnya.

Entah karena lelah atau sejuknya ruangan, atau karena apa akupun tertidur. Kurang lebih 2 jam, dan aku terbangun. Film telah selesai, Mbak Lala juga sudah tidur. Terdengar dengkuran halusnya. Wah, pasti dia capek banget, pikirku.

Saat aku beranjak dari tiduranku, hendak pindah kamar, aku terkesiap. Posisi tidur Mbak Lala yang agak telungkup ke kiri dengan kaki kana terangkat keatas benar-benar membuat jantungku berdebar. Bagaimana tidak? Di depanku terpampang paha mulus, karena dasternya sedikti tersingkap. Mbak Lala berkulti putih kemerahan, dan warna itu makin membuatku tak karuan. Hatiku tambah berdebar, nafasku mulai memburu.. birahiku pun timbul..

Perlahan, kubelai paha itu.. lembut.. kusingkap daster itu samapi pangkal pahanya.. dan.. AHH… “itong”-ku mengeras seketika. Mbak Lala ternyata memakai CD mini warna merah.. OHH GOD.. apa yang harus kulakukan… Aku hanya menelan ludah melihat pantatnya yang tampak menggunung, dan CD itu nyaris seperti G-String. Aku bener-bener terangsang melihat pemandangan indah itu, tapi aku sendiri merasa tidak enak hati, karena Mbak Lala istri sepupuku sendiri, yang mana sebetulnya harus aku temani dan aku lindungi dikala suaminya sedang tidak dirumah.

Namun godaan syahwat memang mengalahkan segalanya. Tak tahan, kusingkap pelan-pelan celana dalamnya, dan tampaklah gundukan memeknya berwarna kemerahan. Aku bingung.. harus kuapakan.. karena aku masih ada rasa was-was, takut, kasihan… tapi sekali lagi godaan birahi memang dahsyat.Akhirnya pelan-pelan kujilati memek itu dengan rasa was-was takut Mbak Lala bangun. Sllrrpp.. mmffhh… sllrrpp… ternyata memeknya lezat juga, ditambah pubic hair Mbak Lala yang sedikit, sehingga hidungku tidak geli bahkan leluasa menikmati aroma memeknya.

Entah setan apa yang menguasai diriku, tahu-tahu aku sudah mencopot seluruh celanaku. Setelah “itong”-ku kubasahi dengan ludahku, segera kubenamkan ke memek Mbak Lala. Agak susah juga, karena posisinya itu. Dan aku hasrus ekstra hati-hati supaya dia tidak terbangun. Akhirnya “itongku”-ku berhasil masuk. HH… hangat rasanya.. sempit.. tapi licin… seperti piston di dalam silinder. Entah licin karena Mbak Lala mulai horny, atau karena ludah bekas jilatanku.. entahlah. Yang pasti, kugenjot dia.. naik turun pelan lembut.. tapi ternyata nggak sampai lima menit. Aku begitu terpukau dengan keindahan pinggul dan pantatnya, kehalusan kulitnya, sehingga pertahananku jebol. Crroott… ccrroott.. sseerr.. ssrreett.. kumuntahkan maniku di dalam memek Mbak Lala. Aku merasakan pantatnya sedikit tersentak. Setelah habis maniku, pelan-pelan dengan dag-dig-dug kucabut penisku.

“Mmmhh… kok dicabut tititnya..” suara Mbak Lala parau karena masih ngantuk.
“Gantian dong..aku juga pengen..”
Aku kaget bukan main. Jantungku tambah keras berdegup.
“Wah.. celaka..”, pikirku.
“Ketahuan, nich…” Benar saja! Mbak Lala mambalikkan badannya. Seketika dia begitu terkejut dan secara refleks menampar pipiku. Rupanya dia baru sadar bahwa yang habis menyetubuhinya bukan Mas Adit, melainkan aku, sepupunya.
“Kurang ajar kamu, Ndrew”, makinya.
“KELUAR KAMU…!”

Aku segera keluar dan masuk kamar tidur tamu. Di dalam kamar aku bener-bener gelisah.. takut.. malu.. apalagi kalau Mbak Lala sampai lapor polisi dengan tuduhan pemerkosaan. Wah.. terbayang jelas di benakku acara Buser… malunya aku.

Aku mencoba menenangkan diri dengan membaca majalah, buku, apa saja yang bisa membuatku mengantuk. Dan entah berapa lama aku membaca, aku pun akhirnya terlelap. Seolah mimpi, aku merasa “itong”-ku seperti lagi keenakan. Serasa ada yang membelai. Nafas hangat dan lembut menerpa selangkanganku. Perlahan kubuka mata.. dan..

“Mbak Lala..jangan”, pintaku sambil aku menarik tubuhku.
“Ndrew..” sahut Mbak Lala, setengah terkejut.
“Maaf ya, kalau tadi aku marah-marah. Aku bener-bener kaget liat kamu tidak pake celana, ngaceng lagi.”
“Terus, Mbak maunya apa?” taku bertanya kepadaku. Aneh sekali, tadi dia marah-marah, sekarang kok.. jadi begini..
“Terus terang, Ndrew.. habis marah-marah tadi, Mbak bersihin memek dari sperma kamu dan disiram air dingin supaya Mbak tidak ikutan horny. Tapi… Mbak kebayang-bayang titit kamu. Soalnya Mbak belum pernah ngeliat kayak punya kamu. Imut, tapi di meki Mbak kerasa tuh.” Sahutnya sambil tersenyum.

Dan tanpa menunggu jawabanku, dikulumnya penisku seketika sehingga aku tersentak dibuatnya. Mbak Lala begitu rakus melumat penisku yang ukurannya biasa-biasa saja. Bahkan aku merasakan penisku mentok sampai ke kerongkongannya. Secara refleks, Mbak naik ke bed, menyingkapkan dasternya di mukaku. Posisii kami saat ini 69. Dan, Ya Tuhan, Mbak Lala sudah melepas CD nya. Aku melihat memeknya makin membengkak merah. Labia mayoranya agak menggelambir, seolah menantangku untuk dijilat dan dihisap. Tak kusia-siakan, segera kuserbu dengan bibirku..

“SSshh.. ahh.. Ndrew.. iya.. gitu.. he-eh.. Mmmffhh.. sshh.. aahh” Mbak Lala merintih menahan nikmat. Akupun menikmati memeknya yang ternyata bener-bener becek. Aku suka sekali dengan cairannya.
“Itilnya.. dong… Ndrew.. mm.. IYAA… AAHH… KENA AKU… AMPUUNN NDREEWW..”
Mbak Lala makin keras merintih dan melenguh. Goyangan pinggulnya makin liar dan tak beraturan. Memeknya makin memerah dan makin becek. Sesekali jariku kumasukkan ke dalamnya sambil terus menghisap clitorisnya. Tapi rupanya kelihaian lidah dan jariku masih kalah dengan kelihaian lidah Mbak Lala. Buktinya aku merasa ada yang mendesak penisku, seolah mau menyembur.

“Mbak… mau keluar nih…” kataku.
Tapi Mbak Lala tidak mempedulikan ucapanku dan makin ganas mengulum batang penisku. Aku makin tidak tahan dan.. crrootts… srssrreett… ssrett… spermaku muncrat di muutu Mbak Lala. Dengan rakusnya Mbak Lala mengusapkan spermaku ke wajahnya dan menelan sisanya.

“Ndrewww.. kamu ngaceng terus ya.. Mbak belum kebagian nih…” pintanya.
Aku hanya bisa mmeringis menahan geli, karena Mbak Lala melanjutkan mengisap penisku. Anehnya, penisku seperti menuruti kemauan Mbak Lala. Jika tadi langsung lemas, ternyata kali ini penisku dengan mudahnya bangun lagi. Mungkin karena pengaruh lendir memek Mbak Lala sebab pada saat yang sama aku sibuk menikmati itil dan cairan memeknya, aku jadi mudah terangsang lagi.

Tiba-tiba Mbak Lala bangun dan melepaskan dasternya.
“Copot bajumu semua, Ndrew” perintahnya.
Aku menuruti perintahnya dan terperangah melihat pemandangan indah di depanku. Buah dada itu membusung tegak. Kuperkirakan ukurannya 36B. Puting dan ariolanya bersih, merah kecoklatan, sewarna kulitnya. Puting itu benar-benar tegak ke atas seolah menantang kelelakianku untuk mengulumnya. Segera Mbak Lala berlutut di atasku, dan tangannya membimbing penisku ke lubang memeknya yang panas dan basah. Bless… sshh…
“Aduhh… Ndrew… tititmu keras banget yah…” rintihnya.
“kok bisa kayak kayu sih…?”
Mbak Lala dengan buasnya menaikturunkan pantatnya, sesekali diselingi gerkan maju mundur. Bunyi gemerecek akibat memeknya yang basah makin keras. Tak kusia-siakan, kulahap habis kedua putingnya yang menantang, rakus. Mbak Lala makin keras goyangnya, dan aku merasakan tubuh dan memeknya makin panas, nafasnya makin memburu. Makin lama gerakan pinggul Mbak Lala makin cepat, cairan memeknya membanjir, nafasnya memburu dan sesaat kurasakan tubuhnya mengejang.. bergetar hebat.. nafasnynya tertahan.

“MMFF… SSHSHH.. AAIIHH… OUUGGHH… NDREEWW… MBAK KELUAARR… AAHHSSHH…”
Mbak Lala menjerit dan mengerang seiring dengan puncak kenikmatan yang telah diraihnya. Memeknya terasa sangat panas dan gerakan pinggulnya demikian liar sehingga aku merasakan penisku seperti dipelintir. Dan akhirnya Mbak Lala roboh di atas dadaku dengan ekspresi wajah penuh kepuasan. Aku tersenyum penuh kemenangan sebab aku masih mampu bertahan…

Tak disangka, setelah istirahat sejenak, Mbak Lala berdiri dan duduk di pinggir spring bed. Kedua kakinya mengangkang, punggungnya agak ditarik ke belakang dan kedua tangannya menyangga tubuhnya.
“Ndrew, ayo cepet masukin lagi. Itil Mbak kok rasanya kenceng lagi..” pintanya setengah memaksa.
Apa boleh buat, kuturuti kemauannya itu. Perlahan penisku kugosok-gosokkan ke bibir memek dan itilnya. Memek Mbak Lala mulai memerah lagi, itilnya langsung menegang, dan lendirnya tampak mambasahi dinding memeknya.
“SShh.. mm.. Ndrew.. kamu jail banget siicchh… oohh…” rintihnya.
“Masukin aja, yang… jangan siksa aku, pleeaassee…” rengeknya.

Mendengar dia merintih dan merengek, aku makin bertafsu. Perlahan kumasukkan penisku yang memang masih tegak ke memeknya yang ternyata sangat becek dan terasa panas akibat masih memendam gelora birahi. Kugoyang maju mundur perlahan, sesekali dengan gerakan mencangkul dan memutar. Mbak Lala mulai gelisah, nafasnya makin memburu, tubuhnya makin gemetaran. Tak lupa jari tengahku memainkan dan menggosok clitorisnya yang ternyata benar-benar sekeras dan sebesar kacang. Iseng-iseng kucabut penisku dari liang surganya, dan tampaklah lubang itu menganga kemerahan.. basah sekali..

Gerakan jariku di itilnya makin kupercepat, Mbak Lala makin tidak karuan gerakannya. Kakinya mulai kejang dan gemetaran, demikian pula sekujur tubuhnya mulai bergetar dan mengejang bergantian. Lubang memek itu makin becek, terlihat lendirnya meleleh dengan derasnya, dan segera saja kusambar dengan lidahku.. direguk habis semua lendir yang meleleh. Tentu saja tindakanku ini mengagetkan Mbak Lala, terasa dari pinggulnya yang tersentak keras seiring dengan jilatanku di memeknya.

Kupandangi memek itu lagi, dan aku melihat ada seperti daging kemerahan yang mencuat keluar, bergerinjal berwarna merah seolah-olah hendak keluar dari memeknya. Dan nafas Mbak Lala tiba-tiba tertahan diiringi pekikan kecil.. dan ssrr… ceerr.. aku merasakan ada cairan hangat muncrat dari memeknya.

“Mbak.. udah keluar?”, tanyaku.
“Beluumm.., Ndreew.. ayo sayang.. masukin ****** kamu… aku hampir sampaaii..” erangnya.
Rupanya Mbak Lala sampai terkencing-kencing menahan nikmat.
Akibat pemandangan itu aku merasa ada yang mendesak ingin keluar dari penisku, dan segera saja kugocek Mbak Lala sekuat tenaga dan secepat aku mampu, sampai akhirnya..

“NDREEWW… AKU KELUAARR… OOHH… SAYANG… MMHH… AAGGHH… UUFF…”, Mbak Lala menjerit dan mengerang tidak karuan sambil mengejang-ngejang.
Bola matanya tampak memutih, dan aku merasa jepitan di penisku begitu kuat. Akhirnya bobol juga pertahananku..

“Mbak.. aku mau muncrat nich..” kataku.
“Keluarin sayang… ayo sayang, keluarin di dalem… aku pengen kehangatan spermamu sekali lagi…” pintanya sambil menggoyangkan pinggulnya, menepuk pantatku dan meremas pinggulnya.
Seketika itu juga.. Jrruuoott… jrroott… srroott..
“Mbaakk.. MBAAKK… OOGGHH… AKU MUNCRAT MBAAKK…” aku berteriak.
“Hmm.. ayo sayang… keluarkan semua… habiskan semua… nikmati, sayang… ayo… oohh… hangat… hangat sekali spermamu di rahimku.. mmhh…” desah Mbak Lala manja menggairahkan.
Akupun terkulai diatas tubuh moleknya dengan nafas satu dua. Benar-benar malam jahanam yang melelahkan sekaligus malam surgawi.

“Ndrew, makasih ya… kamu bisa melepaskan hasratku..” Mbak Lala tersenyum puas sekali..
“He-eh.. Mbak.. aku juga..” balasku.
“Aku juga makasih boleh menikmati tubuh Mbak. Terus terang, sejak ngeliat Mbak, aku pengen bersetubuh dengan Mbak. Tapi aku sadar itu tak mungkin terjadi. Gimana dengan keluarga kita kalau sampai tahu.”
“Waahh.. kurang ajar juga kau ya…” kata Mbak Lala sambil memencet hidungku.
“Aku tidak nyangka kalau adik sepupuku ini pikirannya ngesex melulu. Tapi, sekarang impian kamu jadi kenyataan kan?”
“Iya, Mbak. Makasih banget.. aku boleh menikmati semua bagian tubuh Mbak.” Jawabku.
“Kamu pengalaman pertamaku, Ndrew. Maksud Mbak, ini pertama kali Mbak bersetubuh dengan laki-laki selain Mas Adit. tidak ada yang aneh kok. Titit Mas Adit jauh lebih besar dari punya kamu. Mas Adit juga perkasa, soalnya Mbak berkali-kali keluar kalau lagi join sama masmu itu” sahutnya.
“Terus, kok keliatan puas banget? Cari variasi ya?” aku bertanya.
“Ini pertama kalinya aku sampai terkencing-kencing menahan nikmatnya gesekan jari dan tititmu itu. Suer, baru kali ini Mbak sampai pipisin kamu segala. Kamu nggak jijik?”
“Ooohh.. itu toh..? Kenapa harus jijik? Justru aku makin horny..” aku tersenyum.

Kami berpelukan dan akhirnya terlelap. Kulihat senyum tersungging di bibir Mbak Lalaku tersayang…

Friday, October 28, 2016

CERITA ASIK

AYAH YANG MENGAMBIL KEPERAWANAN KU

VIPMANDIRIQQ
Satu hari adikku Sal bertanya apakah yang dilakukan oleh ayah dan ibu, adakah mereka bergaduh atau sebab lain. Aku jawab sebenarnya mereka sedang berkasih sayang itu sebab kau nampak mereka bercium dan berpeluk, tapi kenapa ayah mesti masukkan kotenya ke dalam pantat emak? Aku terkedu tak tahu apa nak jawab…..sebab….sebab ayah nak kencing dalam pantat emak. Habis kalau gitu ayah boleh juga kencing dalam pantat kita sebab ayah juga sayangkan kita…ye tak? Nantilah akak tanyakan ayah sama ada boleh atau tidak.
Petang itu setelah ayah pulang aku menyampaikan apa yang ditanyakan oleh adikku kepada ayah dan dia tergelak sambil mengusap manja rambutku. Ayah seterusnya mencium bibirku dan terus mencempung aku masuk ke dalam bilik kebetulan mereka yang lain berada di belakang rumah sedang membersihkan kebun kecil yang subur dengan pelbagai jenis sayuran. Ayah berbisik yang dia nak kencing dalam pantatku. Kami tergesa-gesa melucutkan pakaian dan aku terus sahaja berbaring telentang sambil mengangkangkan kaki membuka ruang pantatku untuk di setubuhi oleh ayah. Sempat juga ayah menjilat dan mengulum biji kelentitku sebelum kembali mencium bibirku, aku tak perasan tiba-tiba sahaja terasa benda mengkar, besar dan keras menenyeh lubang pantatku untuk memasukkinya. Agak payah juga kote ayah nak masuk kerana sudahlah pantatku kecik ianya belum begitu bersedia untuk menerima kemasukan kote besar ayah. Bagaimana pun ayah menekan juga dengan keras dan aku terasa begitu sakit walaupun kote ayah telah memecahkan daraku sebelumnya. Ayah jadi tak sabar lalu menarik keluar sampai habis dan sebelum aku sempat menarik nafas ayah sekali lagi menojah dengan keras kotenya ke dalam lubang pantatku, berderit-derit rasanya kote ayah menyelinap masuk jauh ke dalam pantatku hingga santak ke pangkal rahim, aku menggigit bibir menahan jeritan kerana tojahan ayah terasa begitu sakit, airmataku merembas keluar tapi ayah tidak pedulikan semua itu lagi ia terus sahaja menojah keluar masuk dengan pantas dan bertalu-talu sehingga habis terhinggut-hinggut pangkin menahan hentakan ayah. Pantatku terasa macam nak pecah dikerjakan oleh ayah dan perlahan-lahan rasa sedap yang selalu aku bayangkan itu mula bertapak bermula dari kawasan pantat, naik ke ari-ari, turun ke kaki, naik ke dada dan merayap ke seluruh tubuh. Aku mula terasa lazatnya disetubuhi ayah buat kali kedua, tanganku memeluk erat tubuh ayah sambil kakiku memaut dengan kuat punggungnya sambil mulutku becok membebel sedap ayah….sedap ayah….sakin nak lagi…. Aku terus mengangkat punggung ke atas serapat mungkin dengan perut ayah dan tidak membenarkan ia bergerak lagi, aku melekap bagaikan anak kera di bawah perut ibunya.
Secara luar kawal rongga pantatku menyepit kote ayah beralun-alun sambil nafasku tersekat-sekat dan ayah hanya membiarkan aku begitu, barulah aku tahu rupanya itulah yang dikatakan klimaks atau cumming yang sering diperkatakan orang. Ayah hampir memancutkan kencingnya bila dari kejauhan aku mendengar suara emak memanggil namaku meminta tolong mencabut ubi, ayah terkejut lantas mencabut keluar batang pelirnya dari cengkaman lubang pantatku. Kote ayah begitu besar, panjang dan berkilat serta terhangguk-hangguk, ayah memejamkan matanya menahan pancutan aku kira kerana tak kesampaian. Aku kesian melihat ayah tak sempat memuntahkan kencing pekatnya dalam pantatku seperti kali pertama dulu, ayah menarik tanganku sambil menyuruh aku ke bilik air membasuh celah kangkangku yang berlendir sambil meminta aku berpakaian semula. Sebaik sahaja aku keluar dari bilik air ayah membuat isyarat agar menutup mulut dan berbisik lain kali ayah akan kencing dalam pantat Sakin hari ni tak sempat pegi cepat tolong emak di kebun nanti ayah datang.
Aku terus ke kebun dan membantu emak mencabut ubi nak buat kerepek katanya sebab itu banyak yang perlu dicabut. Sal adikku menghampiriku lalu bertanya mengapa lambat sangat aku jawab sakit perut jadi lama kat bilik air, ia hanya tersenyum sambil berbisik akak jangan bohong tadi Sal nampak akak dan ayah bertenggek tu mesti ayah nak kencing dalam pantat kakakkan? Sama macam ayah buat dengan mak setiap malam tu, ha la Sal selalu intai malam-malam nampak ayah dan emak bertenggek…. Aku cepat-cepat menarik tangan Sal agar beredar jauh sikit daripada emak bimbang dia mendengarnya, jadi selama ini Sal tahulah ayah selalu kencing dalam pantat emak? Ia angguk tapi baru tadi Sal nampak ayah buat dengan kakak. Aku panik dan sebaik sahaja nampak ayah keluar untuk membantu kami emak terus balik ke rumah untuk masak katanya jadi kami kena habiskan kerja-kerja yang belum selesai. Abah dan adik lelaki turut balik tinggallah kami bertiga sahaja, aku terus mengadu kat ayah yang Sal nampak apa yang kami lakukan tadi, muka ayah memerah bila mendengarnya tapi cepat-cepat memujuk Sal agar tidak menceritakannya kepada sesiapa juga. Sal hanya angguk tapi sempat berkata boleh dengan syarat ayah mesti kencing juga dalam pantat Sal, ayah memandang ku meminta kepastian aku angguk sambil berbisik ke telinga ayah Sakin rasa adik boleh sebab pantat Sal lebih kurang sama besar macam pantat Sakin. Ayah menyelak seluar dalam Sal yang sedang mencangkung untuk kepastian dan terserlah pantat Sal yang putih gebu dengan alornya yang merekah ayah berkata nanti ayah cari waktu yang sesuai dua-dua anak ayah ni memang baik kan…kann.
Malam itu kami merebus ubi agak banyak dan selepas disejukkan kami potong nipis-nipis supaya dapat dijemur untuk dijadikan kerepek ubi bersira. Ini merupakan pendapatan tambahan ibu kerana banyak tempahan yang diperolehi untuk memasarkannya, kerepek ubi emak sedap lembut dan manis. Kami tidur awal kerana pagi-pagi lagi ayah akan membawa kami berjalan-jalan menyusuri dusun melihat kalau ada buah-buah kayu yang telah ranum boleh dibawa pulang. Bangkit pagi kami terus sahaja berpakaian dan tergesa-gesa bersarapan tapi emak cepat-cepat memotong kalau semua pergi sapa nak tolong emak jemur kerepek yang telah disusun dalam dulang tu katanya. Akhirnya abang dan adik tinggal di rumah sebab ibu terpaksa menjemur kerepek sedangkan kami terus masuk ke dalam kereta ayah sambil melambai-lambaikan tangan kepada adik kecik yang menangis hendak ikut.
Dusun ayah agak jauh juga sebab melepasi kampung nenek dan selalunya ayah akan membawa senapang patah sambil-sambil tu boleh juga menembak ayam hutan atau napuh yang masuk ke dusun mengutip buah-buah kayu yang gugur. Memang dusun ayah bersempadankan hutan dengan anak sungai yang jernih airnya mengalir di pinggir dusun, pada awalnya banyak anak-anak tanaman yang dirosakkan oleh binatang liar tapi dengan bantuan kakitangan mergastua menghalau haiwan berkenaan, pokok-pokok tanaman beransur besar dan berbuah. Durian, rambutan, pulasan, langsat dan duku merupakan yang banyak sekali ditanam tapi buahnya banyak yang dimakan tupai serta pelbagai lagi binatang hutan namun ayah tak pernah merungut sebab dusunnya memang terletak dipinggir hutan cuma dapatlah juga kami sekeluarga merasanya bila musim buah mendatang.
Pagi tu sebenarnya musim buah sudahpun berlalu kalau adapun hanya tinggal rambai dan pulasan yang masak lewat jadi sesampai sahaja aku dan Sal terus sahaja menuju ke arah pokok-pokok pulasan manakala ayah memanjat pokok rambai. Banyak juga yang kami dapat pagi itu lalu menghimpunkannya di dalam pondok. Kami makan dan bermain dengan puasnya hari itu. Menjelang tengahari aku dan Sal bercadang untuk mandi di sungai, kami terus membuka pakaian telanjang bulat dan terjun ke sungai bukannya ada orang lain. Sedang enak kami mandi ayahpun sampai lalu join sama tapi ayah memakai seluar pendek dan mendapatkan kami, ayah memeluk dan menciumku tanpa menghiraukan kehadiran Sal aku dapat merasakan batang pelirnya keras mencucuk kawasan ari-ariku. Setelah itu ayah menarik tangan Sal dan mendakapnya pula sambil ayah mengesel-geselkan pipinya ke pipi Sal yang menyeringai kegelian, ayah terus mencium Sal dan agak lama untuk membolehkan Sal dapat merasa serta membalas ciuman seorang lelaki. Setelah puas bercium dan meraba kami berdua ayah menyuruh kami naik dan masuk ke pondok.
Rupanya ayah telah siap membentang tikar serta membersihkan habuk-habuk di lantai, ayah memberi isyarat supaya aku berbaring di atas tikar dan sebaik sahaja aku baring ayah terus menggomolku dengan rakusnya, ayah mencium bibirku sambil tangannya menjalar ke seluruh tubuhku dari puting tetekku hinggalah pantatku habis dikernyam oleh ayah dan aku menjadi begitu bernafsu sekali dengan air pantat merembes keluar membasahi kawasan cipap dan lubang pantatku. Setelah memastikan lubang pantatku bersedia ayah meletakkan kepala kotenya yang besar itu ke mulut lubang pantatku dan dengan sekali henjut batang pelirnya membelah masuk ke dalam lubang pantatku, ayah menarik keluar semula dan menekan masuk sekali lagi dengan keras menyebabkan kemasukan kali kedua ini santak sampai ke pintu rahimku, aku berasa begitu senak dengan batang pelir ayah yang besar dan panjang terbenam jauh dalam lubang pantatku. Ayah meneruskan menyorong-narik batang pelirnya dan dayungannya menjadikan aku begitu ghairah sekali tak lama akupun memeluk erat badan ayah dan klimaks menggigil-gigil tubuhku menahan rasa berahi yang membalut seluruh tubuhku. Sepanjang episod main tu Sal tergamam tapi tetap memerhatikan setiap pergerakan kami sambil tangannya memicit-micit kawasan pantatnya yang putih bersih tu.
Ayah menarik keluar batang pelirnya lalu menarik badan Sal seraya memeluknya, ayah mencium bibirnya sambil tangannya merayap di dada leper Sal. Tak lama Sal membalas ciuman ayah dan puting kecilnya tegak membolehkan ayah menggentelnya, Sal menggelepar menahan berahi buat pertama kali sambil jari-jari ayah kini bermain di celah-celah bibir pantat Sal yang dah membengkak cukup tembam aku kira. Ayah kemudiannya menjilat kawasan pantat Sal dan mengulum biji kelentit Sal yang sungguhpun kecil tapi nampak seolah-olah berdiri. Sal mengangkat naik punggungnya seraya menggesel-geselkan pantatnya ke muka ayah dan tak lama aku kira ia mencapai klimaknya yang pertama dengan nafasnya mendengus sambil ia merengek-rengek kecil tak tahu apa butirnya. Ayah mencelapak di celah kangkang Sal menguaknya supaya membuka lebih luas meletakkan kepala kotenya yang dah berkilat dengan air pantatku sambil menojah-nojah kecil di mulut lubang pantat Sal. Adikku terdongak menahan asakan kote ayah yang besar dan panjang dan sedikit demi sedikit kepala pelir ayah tenggelam ke dalam rekahan pantat Sal. Ayah menarik semula dan mengulanginya semula berkali-kali, ayah kemudiannya meminta agar Sal menahan kalau sakit. Ayah meletakkan tangannya di bawah punggung Sal yang begitu kecil berbanding dengan punggungku yang dah mula mengembang, ayah menarik nafas lalu mengangkat punggung Sal dan dalam masa yang sama menekan masuk dengan keras batang pelirnya ke dalam lubang pantat Sal yang amat kecik dan sempit, hasil pergerakan serempak punggung Sal dan kote ayah menyebabkan batang pelir ayah merobos masuk dengan cepat dan seterusnya memecahkan selaput dara Sal dengan tiba-tiba, Sal menjerit kesakitan meronta-ronta untuk melarikan dirinya tapi ayah sekali lagi menarik keluar dan menojah dengan cepat kotenya ke dalam lubang pantat Sal. Kini jelas kelihatan batang kote ayah terbenam tapi masih berbaki tak dapat masuk habis seperti lubang pantatku juga aku agak lubang pantat Sal juga masih cetek berbanding dengan kote ayah yang besar dan panjang.
Tanpa memperdulikan tangisan Sal ayah terus menyorong-narik batang pelirnya bertalu-talu sehingga Sal terdengik-dengik menahan hentaman ayah. Nampaknya dengan Sal ayah lebih ganas berbanding kali pertama ayah memecahkan daraku tempohari, namun selepas lima minit aku lihat tangan Sal sudah memeluk badan ayah dengan kejap sambil mulutnya berbunyi macam orang bersiul. Aku mendekatinya perlahan-lahan ku dengar suaranya tersekat-sekat …..sedap….sedap…..ayah main lagi….lagi. Agaknya akupun macam tu jugak tapi dalam kealpaan itu memang tidak perasan membebel yang bukan-bukan. Sama macam emak bila kena main dengan ayah mulutnya meracau entah apa-apa. Ayah melajukan pergerakan sorong tariknya dan aku kira Sal dah klimak lagi dan tak lama selepas itu ayah membenamkan terus batang pelirnya sedalam yang mampu ditembusinya lalu memancutkan air maninya ke dalam lubang pantat Sal yang kelihatan mencengkam batang pelir ayah, badan ayah melengkung berulang kali untuk setiap pancutan yang dilepaskan aku agak banyak juga air ayah yang memancut sehingga meleleh-leleh keluar dari lubang pantat Sal kerana masakan lubang kecik dan cetek milik kami mampu menampung pancutan penuh air mani lelaki dewasa seperti ayah. Sal terkapar bagaikan orang pengsan hanya dadanya sahaja yang berombak-ombak, bibir pantatnya terpokah luas sambil air mani ayah meleleh keluar jatuh ke punggung dan terus ke tikar.
Ayah menggamitku supaya menhampirinya kemudian ia mengambil air mani yang keluar daripada pantat Sal lalu melumurkannya di sekitar lubang duburku sambil aku berbaring mengiring dengan sebelah kakiku menegak di bahu ayah, ia juga melumurkannya kepada batang pelirnya yang masih keras walaupun dan memancutkan air. Aku tak pasti apa yang bakal dilakukan oleh ayah tetapi dengan tiba-tiba ayah meletakkan kepala kotenya yang besar tu di mulut lubang duburku lalu menekan perlahan-lahan tetapi kejap. Kepala kotenya membelah sedikit demi sedikit lubang dubur yang kian sebu ku rasakan, aku menahan ayah agar tidak memasukkan lagi sebab amat sakit ku rasakan. Ayah terus mengulit-ngulitkan batang pelirnya setakat hasyafah dan lubang duburku juga agak relaks seketika dan sedang aku berkira-kira apa nak jadi ayah dengan rakusnya menojah masuk berderit-derit rasanya melepasi cengkaman mulut duburku terbenam habis sampai ke pangkal kotenya sebab dapat ku rasa bulu di ari-ari ayah mencucuk-cucuk punggungku. Aku menjerit cukup kuat hingga bergema ke hutan di sebelah sebab sakitnya tak dapat ku bayangkan bagai dicarik dengan sembilu cukup pedih dan aku kira duburku terkoyak sedikit sebab terasa ada darah yang meleleh keluar. Ayah dah naik hantu terus sahaja membenamkan bertalu-talu ke dalam lubang duburku sehingga hampir pitam aku menahan asakan batang pelir ayah, sambil tu aku nampak ayah turut melumurkan air daripada pantat Sal ke lubang duburnya yang sedang dalam posisi merangkak (doggie). Ayah mencabut keluar batang pelirnya daripada lubang duburku lalu mengacukannya pula ke lubang dubur Sal, setelah mengulit-ngulit dan dapat membenamkan kepala kotenya ayah tanpa belas kasihan terus menghentak dengan keras bertalu-talu sehingga terbenam habis batang kotenya, sekali lagi gema jeritan memecah kesunyian hutan Sal meraung-raung sambil tangannya menumbuk-numbuk tikar menahan kesakitan dek radakan batang pelir ayah. Ayah terus memacu pergerakkannya keluar masuk lubang dubur Sal, ayah kemudiannya meminta aku turut merangkak di sebelah Sal yang terhinggut-hinggut menahan pacuan ayah tak lama ayah mencabut keluar lalu meletakkan kepala kotenya kembali ke mulut lubang duburku, aku menahan nafas seraya mengemutkan lubang dubur tak memberi izin untuk dipokah lagi. Ayah memicit-micit punggungku sambil berkata lepas jangan kemut nanti lagi sakit katanya aku merelakskan sedikit lubang duburku dan zaaap batang pelir ayah menerobos masuk tapi kali ini ayah membenamkan terus sampai ke pangkalnya. Aku dapat mengesan kote ayah bertambah besar dan keras dan terus menuntahkan air maninya buat kali kedua jauh dalam lubang duburku, menggigil pehaku menahan pancutan mani ayah yang sudah berkurangan jika dibandingkan dengan pancutan awal di lubang pantat Sal. Setelah agak mengendur barulah ayah mencabut keluar batang pelirnya.
Ayah mendakap kami berdua lalu mencium dahi dan pipi kami sambil berbisik ayah sayang kamu berdua kami juga amat sayangkan ayah, kami turun semula ke sungai membersihkan diri dan mandi sebelum berpakaian dan berkemas untuk pulang ke rumah. Selepas peristiwa di dusun tepi hutan itu ayah sering mengulangi memainkan pantat dan dubur aku dan Sal malah kekadang tu selepas menenggek emak ayah masih mampu menenggek kami pula. Bagaimana pun selepas kami mengalami haid ayah begitu berhati-hati hanya bila dia pasti kami dalam masa selamat sahaja barulah ia melepaskan pancutan maninya ke dalam lubang pantat kami jika tidak selalunya di luar ataupun lubang dubur kamilah yang jadi mangsa.

Wednesday, October 26, 2016

CERITA ASIK

PEMBANTUKU SEDANG CUCI BAJU MEMBUAT KU TERANGSANG

Sebut saja namaku Fredi, umurku saat ini 36 tahun, aku sudah mempunyai istri dan seorang
Silvik. Kehidupanku juga sudah sangat mapan dengan jabatanku sebagai manager sebuah
perusahaan besar. aku mempunyai kebiasaan yang lain daripada yang lain dengan sering kali
mengajak tukar pasangan kepada teman-temanku. Dan sering juga aku diajak tukar pasangan
dengan teman-temanku. Namun yang aku tukarkan bukan istriku tapi gadis-gadis ABG yang aku
kencani. Teman yang paling sering mengajaku untuk bertukar pasangan adalah Juna, jadi kita
sudah tau selera kita masing-masing.

VIPMANDIRIQQ
Malam itu setelah aku mengencani seorang gadis ABG muda, aku membawanya kesebuah hotel dan
terus menikmati tubuhnya yang sangat bergairah. ABG ini namanya Nita, umurnya masih 23
tahun, wajahnya sangat cantik, kulitnya putih bersih, memeknya masih ditumbuhi bulu-bulu
halus, klitoris yang merah merona, membuat persetubuhanku malam itu sangat memuaskanku
hingga aku tertidur lelap karena 10 rondeku bersama dengan Nita.
Pagi harinya setelah aku terbangun aku mendapatkan penawaran dari Juna, dia mengajakku
untuk bertukar pasangan dengannya karena Juna tau kalau semalam aku habis meniduri seorang
ABG. Tanpa memakai lama, aku langsung menyetujui ajakan Juna untuk bertukar pasangan
dengan syarat wanita yang dibawa Juna harus menarik dan bergairah, lalu aku meminta Juna
untuk mengirimkan foto wanita yang akan ditukarkan. Tak berapa lama Juna mengirimkan
sebuah foto wanita yang sangat menarik sekali. Kulitanya putih, bibirnya tipis, wajahnya
imut, dan yang pasti bentuk tubunya sangat menarik perhatianku. Tanpa lama aku lansgung
menelpon Juna dan langsung menyuruh Juna kehotel tempatku semalam meniduri Nita.
Pagi harinya setelah aku terbangun aku mendapatkan penawaran dari Juna, dia mengajakku
untuk bertukar pasangan dengannya karena Juna tau kalau semalam aku habis meniduri seorang
ABG. Tanpa memakai lama, aku langsung menyetujui ajakan Juna untuk bertukar pasangan
dengan syarat wanita yang dibawa Juna harus menarik dan bergairah, lalu aku meminta Juna
untuk mengirimkan foto wanita yang akan ditukarkan. Tak berapa lama Juna mengirimkan
sebuah foto wanita yang sangat menarik sekali. Kulitanya putih, bibirnya tipis, wajahnya
imut, dan yang pasti bentuk tubunya sangat menarik perhatianku. Tanpa lama aku lansgung
menelpon Juna dan langsung menyuruh Juna kehotel tempatku semalam meniduri Nita.
Sambil menunggu Juna datang, aku melihat Nita udah bangun. “Ada apa om, mau maen lagi
gak”, katanya sambil tersenyum. “Belum puas semalem ya Nit. Temen om tadi nelpon ngajakin
om tuker pasangan. Nita mau gak maen ama temennya om. Dia juga ahli kok nggarap cewek abg
kaya Nita”, jawabku. “Kalo nikmat ya Nita sih mau aja”, Nita bangun dari tempat tidur dan
masuk kamar mandi.
Aku menyusulnya. Sebenarnya aku napsu lagi ngeliat Nita yang masih telanjang bulat, tetapi
karena Silvi mau dateng ya aku tahan aja napsuku. Kita mandi sama sambil saling menyabuni
sehingga Penisku ngaceng lagi. “Om, kontolnya ngaceng lagi tuh, maen lagi yuk”, ajak Nita
sambil ngocok kontolku. “Kan Nita mau maen ama temennya om, nanti aja maennya.
Temen om ama ceweknya lagi menuju kemari”, jawabku. Sehabis mandi, kita sarapan dulu. Nita
tetep aja bertelanjang bulat sementara aku cuma pake celSilvi pendek saja. Selesai makan
aku menarik Nita saung dipinggir kolam renang yang ada dibelakang rumahku. Nita kupeluk
dan kuciumi sementara tanganku sibuk meremes2 toket montoknya. Nitapun gak mau kalah,
kontolku digosok2nya dari luar celSilvi ku.Cerita Sex Terbaru
Sedang asik, Juna dan Silvi datang. Juna sudah biasa kalo masuk rumahku langsung nyelonong
aja kedalem, karena kami punya kunci rumah masing2. Silvi ternyata cantik juga, seperti
bintang sinetron berdarah arab yang aku lupa namanya. Silvi make pakean ketat, sehingga
toketnya yang besar tampak sangat menonjol. Pantatnya yang besar juga tampak sangat
menggairahkan. Silvi terkejut melihat Nita yang bertelanjang bulat. Kuperkenalkan Nita
pada Juna, Juna langsung menggandeng Nita masuk ke rumah.
“An, Juna bilang dia nikmat banget ngentot sama kamu, Memek kamu bisa ngempot ya, aku jadi
kepingin ngerasain diempot juga”, kataku sambil mencium pipinya. “An, kamu napsuin banget,
tetek besar dan pantat juga besar”. “Nita kan juga napsuin pak”, jawabnya sambil duduk
disebelahku di dipan. “Jangan panggil pak dong, panggil om. Kan saya belum tua”, kataku
sambil memeluknya. Kucium pipinya sambil jemariku membelai-belai bagian belakang
telinganya.
Matanya terpejam seolah menikmati usapan tanganku. Kupandangi wajahnya yang manis,
hidungnya yang mancung lalu bibirnya. Tak tahan berlama-lama menunggu akhirnya aku mencium
bibirnya. Kulumat mesra lalu kujulurkan lidahku. Mulutnya terbuka perlahan menerima
lidahku. Lama aku mempermainkan lidahku di dalam mulutnya. Lidahnya begitu agresif
menanggapi permainan lidahku, sampai-sampai nafas kami berdua menjadi tidak beraturan.
Sesaat ciuman kami terhenti untuk menarik nafas, lalu kami mulai berpagutan lagi dan lagi.
Kubelai pangkal lengannya yang terbuka. Kubuka telapak tanganku sehingga jempolku bisa
menggapai permukaan dadanya sambil membelai pangkal lengannya. Bibirku kini turun menyapu
lehernya seiring telapak tanganku meraup toketnya. Silvi menggeliat bagai cacing
kepSilvisan terkena terik mentari.
Suara rintihan berulang kali keluar dari mulutnya di saat lidahku menjulur menikmati
lehernya yang jenjang. “Om….” Silvi memegang tanganku yang sedang meremas toketnya dengan
penuh napsu. Bukan untuk mencegah, karena dia membiarkan tanganku mengelus dan meremas
toketnya yang montok.”Sil, aku ingin melihat toketmu”, ujarku sambil mengusap bagian
puncak toketnya yang menonjol. Dia menatapku. Silvi akhirnya membuka tank top ketatnya di
depanku. Aku terkagum-kagum menatap toketnya yang tertutup oleh Bra berwarna merah.
Toketnya begitu membusung, menantang, dan naik turun seiring dengan desah nafasnya yang
memburu. Sambil berbaring Silvi membuka pengait Branya di punggungnya. Punggungnya
melengkung indah. Aku menahan tangan Silvi ketika dia mencoba untuk menurunkan tali Bra
nya dari atas pundaknya. Justru dengan keadaan Bra nya yang longgar karena tanpa pengait
seperti itu membuat toketnya semakin menantang. “toketmu bagus, Sil”, aku mencoba
mengungkapkan keindahan pada tubuhnya.

Perlahan aku menarik turun cup Branya. Mata Silvi terpejam. Perhatianku terfokus ke
pentilnya yang berwarna kecoklatan. Lingkarannya tidak begitu besar sedang ujungnya begitu
runcing dan kaku. Kuusap pentilnya lalu kupilin dengan jemariku. Silvi mendesah. Mulutku
turun ingin mencicipi toketnya. “Egkhh..” rintih Silvi ketika mulutku melumat pentilnya.

Kupermainkan dengan lidah dan gigiku. Sekali-sekali kugigit pentilnya lalu kuisap kuat-
kuat sehingga membuat Silvi menarik rambutku. Puas menikmati toket yang sebelah kiri, aku
mencium toket Silvi yang satunya yang belum sempat kunikmati. Rintihan-rintihan dan
desahan kenikmatan keluar dari mulut Silvi. Sambil menciumi toket Silvi, tanganku turun
membelai perutnya yang datar, berhenti sejenak di pusarnya lalu perlahan turun mengitari
lembah di bawah perut Silvi.

Kubelai pahanya sebelah dalam terlebih dahulu sebelum aku memutuskan untuk meraba
Vaginanya yang masih tertutup oleh celana jeans ketat yang dikenakan Silvi. Aku secara
tiba-tiba menghentikan kegiatanku lalu berdiri di samping dipan. Silvi tertegun sejenak
memandangku, lalu matanya terpejam kembali ketika aku membuka jeans warna hitamnya. Aku
masih berdiri sambil memandang tubuh Silvi yang tergolek di dipan, menantang. Kulitnya
yang tidak terlalu putih membuat mataku tak jemu memandang. Perutnya begitu datar.

Celana jeans ketat yang dipakainya telihat terlalu longgar pada pinggangnya namun pada
bagian pinggulnya begitu pas untuk menunjukkan lekukan pantatnya yang sempurna. Puas
memandang tubuh Silvi, aku lalu membaringkan tubuhku disampingnya. Kurapikan untaian
rambut yang menutupi beberapa bagian pada permukaan wajah dan leher Silvi. Kubelai lagi
toketnya. Kucium bibirnya sambil kumasukkan air liurku ke dalam mulutnya. Silvi
menelannya.Cerita Sex Terbaru

Tanganku turun ke bagian perut lalu menerobos masuk melalui pinggang celana jeans Silvi
yang memang agak longgar. Jemariku bergerak lincah mengusap dan membelai selangkangan
Silvi yang masih tertutup celSilvi dalamnya. jari tengah tanganku membelai permukaan
celSilvi dalamnya tepat diatas Vaginanya, basah. Aku terus mempermainkan jari tengahku
untuk menggelitik bagian yang paling pribadi tubuh Silvi. Pinggul Silvi perlahan bergerak
ke kiri, ke kanan dan sesekali bergoyang untuk menetralisir ketegangan yang dialaminya.

aku menyuruh Silvi untuk membuka celana jeans yang dipakainya. Tangan kanan Silvi berhenti
pada permukaan kancing celananya. Silvi lalu membuka kancing dan menurunkan reitsliting
celana jeansnya. Celana dalam hitam yang dikenakannya begitu mini sehingga jembut keriting
yang tumbuh di sekitar Vaginanya hampir sebagian keluar dari pinggir celana dalamnya. Aku
membantu menarik turun celana jeans Silvi. Pinggulnya agak Nitaikkan ketika aku agak
kesusahan menarik celana jeans Silvi. Akupun melepas celana pendekku. Posisi kami kini
sama-sama tinggal mengenakan celana dalam.

Tubuhnya semakin seksi saja. Pahanya begitu mulus. Memang harus kuakui tubuhnya begitu
menarik dan memikat, penuh dengan sex appeal. Kami berpelukan. Kutarik tangan kirinya
untuk menyentuh Penisku dari luar celana dalamku. “Oh..” Silvi menyentuh Penisku yang
tegang. “Kenapa, Sil?” tanyaku. Silvi tidak menjawab, malah melorotkan celana dalamku.
Langsung Penisku yang panjangnya kira-kira 19cm serta agak gemuk dibelai dan digenggamnya.

Belaiannya begitu mantap menandakan Silvi juga begitu piawai dalam urusan yang satu ini.
“Tangan kamu pintar juga ya, Sil,”´ ujarku sambil memandang tangannya yang mengocok
Penisku. “Ya, mesti dong!” jawabnya sambil cekikikan. “Om sama Nita semalem maen berapa
kali?” tanyanya sambil terus mengurut-urut Penisku. “Kamu sendiri semalem maen berapa kali
sama Juna?” aku malah balik berrtanya. Mendapat pertanyaan seperti itu entah kenapa
nafsuku tiba-tiba semakin liar.

Silvi akhirnya bercerita kalau Juna napsu sekali tadi malem menggeluti dia. Mau berapa
kali Juna meminta, Silvi pasti melayaninya. Mendengar perjelasan begitu jari-jariku masuk
dari samping celana dalam langsung menyentuh bukit Vagina Silvi yang sudah basah.
Telunjukku membelai-belai i tilnya sehingga Silvi keenakan. “Kamu biasa ngisep kan, An?”
tanyaku. Silvi tertawa sambil mencubit Penisku. Aku meringis.

“Kalo punya om mana bisa?” ujarnya. “Kenapa memangnya?” tanyaku penasaran. “Nggak muat di
mulutku,” selesai berkata demikian Silvi langsung tertawa kecil. “Kalau yang dibawah,
gimana?” tanyaku lagi sambil menusukkan jari tengahku ke dalam Vaginanya. Silvi merintih
sambil memegang tanganku. Jariku sudah tenggelam ke dalam liang Vaginanya. Aku merasakan
Vaginanya berdenyut menjepit jariku. Ugh, pasti nikmat sekali kalau Penisku yang diurut,
pikirku. Segera celana dalamnya kulepaskan.

Perlahan tanganku menangkap toketnya dan meremasnya kuat. Silvi meringis. Diusapnya lembut
Penisku keras banget. Tangannya begitu kreatif mengocok Penisku sehingga aku merasa
keenakan. Aku tidak hanya tinggal diam, tanganku membelai-belai toketnya yang montok.
Kupermainkan pentilnya dengan jemariku, sementara tanganku yang satunya mulai meraba
jembut lebat di sekitar Vagina Silvi. kuraba permukaan Vagina Silvi.

Jari tengahku mempermainkan itilnya yang sudah mengeras. Penisku kini sudah siap tempur
dalam genggaman tangan Silvi, sementara Vagina Silvi juga sudah mulai mengeluarkan cairan
kental yang kurasakan dari jemari tanganku yang mengobok-obok Vaginanya. Kupeluk tubuh
Silvi sehingga Penisku menyentuh pusarnya. Tanganku membelai punggung lalu turun meraba
pantatnya yang montok. Silvi membalas pelukanku dengan melingkarkan tangannya di pundakku.

Kedua telapak tanganku meraih pantat Silvi, kuremas dengan sedikit agak kasar lalu aku
menaiki tubuhnya. Kaki Silvi dengan sendirinya mengangkang. Kuciumi lagi lehernya yang
jenjang lalu turun melumat toketnya. Telapak tanganku terus membelai dan meremas setiap
lekuk dan tonjolan pada tubuh Silvi. Aku melebarkan kedua pahanya sambil mengarahkan
Penisku ke bibir Vaginanya. Silvi mengerang lirih. Matanya perlahan terpejam.

Giginya menggigit bibir bawahnya untuk menahan laju birahinya yang semakin kuat. Silvi
menatap aku, matanya penuh nafsu seakan memohon kepadaku untuk memasuki Vaginanya.”Aku
ingin mengentotmu, Sil” bisikku pelan, sementara kepala Penisku masih menempel di belahan
Vagina Silvi. Kata ini ternyata membuat wajah Silvi memerah. Silvi menatapku sendu lalu
mengangguk pelan sebelum memejamkan matanya. aku berkonsentrasi penuh dengan menuntun
Penisku yang perlahan menyusup ke dalam Vagina Silvi.

Terasa seret, memang, nikmat banget rasanya. Perlahan namun pasti Penisku membelah
Vaginanya yang ternyata begitu kencang menjepit Penisku. Vaginanya begitu licin hingga
agak memudahkan Penisku untuk menyusup lebih ke dalam. Silvi memeluk erat tubuhku sambil
membenamkan kuku-kukunya di punggungku hingga aku agak kesakitan.

Namun aku tak peduli. “Om, gede banget, ohh..” Silvi menjerit lirih. Tangannya turun
menangkap Penisku. “Pelan om”. Soalnya aku tahu pasti ukuran Penis Juna tidaklah sebesar
yang kumiliki. Akhirnya Penisku terbenam juga di dalam Vagina Silvi. Aku berhenti sejenak
untuk menikmati denyutan-denyutan yang timbul akibat kontraksi otot-otot dinding Vagina
Silvi.
Denyutan itu begitu kuat sampai-sampai aku memejamkan mata untuk merasakan kenikmatan yang
begitu sempurna. Kulumat bibir Silvi sambil perlahan-lahan menarik Penisku untuk
selanjutnya kubenamkan lagi. Aku menyuruh Silvi membuka kelopak matanya. Silvi menurut.
Aku sangat senang melihat matanya yang semakin sayu menikmati Penisku yang keluar masuk
dari dalam Vaginanya. “Aku suka Vaginamu, Sil.. Vaginamu masih rapet” ujarku sambil
merintih keenakan.Cerita Sex Terbaru

Sungguh, Vagina Silvi enak sekali. “Kamu enak kan, Sil?” tanyaku lalu dijawab Silvi dengan
anggukan kecil. Aku menyuruh Silvi untuk menggoyangkan pinggulnya. Silvi langsung
mengimbangi gerakanku yang naik turun dengan goyangan memutar pada pinggangnya. “Suka
Penisku, Sil?” tanyaku lagi. Silvi hanya tersenyum. Penisku seperti diremas-remas ditambah
jepitan Vaginanya. “Ohh.. hh..” aku menjerit panjang. Rasanya begitu nikmat. Aku mencoba
mengangkat dadaku, membuat jarak dengan dadanya dengan bertumpu pada kedua tanganku.
Dengan demikian aku semakin bebas dan leluasa untuk mengeluar-masukkan Penisku ke dalam
Vagina Silvi.

Kuperhatikan Penisku yang keluar masuk dari dalam Vaginanya. Dengan posisi seperti ini aku
merasa begitu jantan. Silvi semakin melebarkan kedua pahanya sementara tangannya melingkar
erat di pinggangku. Gerakan naik turunku semakin cepat mengimbangi goyangan pinggul Silvi
yang semakin tidak terkendali. “Sil.. enak banget, kamu pintar deh.” ucapku keenakan.
“Silvi juga, om”, jawabnya. Silvi merintih dan mengeluarkan erangan-erangan kenikmatan.
Berulang kali mulutnya mengeluarkan kata, “aduh” yang diucapkan terputus-putus.

Aku merasakan Vagina Silvi semakin berdenyut sebagai pertanda Silvi akan mencapai puncak
pendakiannya. Aku juga merasakan hal yang sama dengannya, namun aku mencoba bertahan
dengan menarik nafas dalam-dalam lalu bernafas pelan-pelan untuk menurunkan daya
rangsangan yang kualami. Aku tidak ingin segera menyudahi permainan ini hanya dengan satu
posisi saja. Aku mempercepat goyanganku ketika kusadari Silvi hampir nyampe. Kuremas
toketnya kuat seraya mulutku menghisap dan menggigit pentilnya.

Kuhisap dalam-dalam. “Ohh.. hh.. om..” jerit Silvi panjang. Aku membenamkan Penisku kuat-
kuat ke Vaginanya sampai mentok agar Silvi mendapatkan kenikmatan yang sempurna. Tubuhnya
melengkung indah dan untuk beberapa saat lamanya tubuhnya kejang. Kepalaku ditarik kuat
terbenam diantara toketnya. Pada saat tubuhnya menyentak-nyentak aku tak sanggup untuk
bertahan lebih lama lagi. “Siiiilll, aakuu.. keluaarr, Ohh.. hh..” jeritku.

Silvi yang masih merasakan orgasmenya mengunci pinggangku dengan kakinya yang melingkar di
pinggangku. Saat itu juga aku memuntahkan peju hangat dari Penisku. Kurasakan tubuhku
bagai melayang. Secara spontan Silvi juga menarik pantatku kuat ke tubuhnya. Mulutku yang
berada di belahan dada Silvi kuhisap kuat hingga meninggalkan bekas merah pada kulitnya.

Telapak tanganku mencengkram toket Silvi. Kuraup semuanya sampai-sampai Silvi kesakitan.
Aku tak peduli lagi. Pejuku akhirnya muncrat membasahi Vaginanya. Aku merasakan nikmat
yang tiada duanya ditambah dengan goyangan pinggul Silvi pada saat aku mengalami orgasme.
Tubuhku akhirnya lunglai tak berdaya di atas tubuh Silvi. Penisku masih berada di dalam
Vagina Silvi. Silvi mengusap-usap permukaan punggungku. “Silvi puas sekali dien tot om,”
katanya. Aku kemudian mencabut Penisku dari Vaginanya. Dari dalam Juna keluar sudah
berpakaian lengkap. “Pulang yuk An, sudah sore”, ajaknya.

Aku masuk kembali ke kamar. Nita ada di kamar mandi dan terdengar shower nyala. Aku bisa
mendengarnya karena pintu kamar mandi tidak ditutup. Tak lama kemudian, shower terdengar
berhenti dan Nita keluar hanya bercelSilvi pendek. Ganti aku yg masuk ke kamar mandi, aku
hanya membersihkan tubuhku. Keluar dari kamar mandi, Nita berbaring diranjang telanjang
bulat. “Kenapa Nit, lemes ya dientot Juna”, kataku. “Lebih enak ngentot sama om, Penis om
lebih besar soalnya”, jawab Nita tersenyum. “Malem ini kita men lagi ya om”.

Hebat banget Nita, gak ada matinya. Pengennya dien tot terus. “Ok aja, tapi sekarang kita
cari makan dulu ya, biar ada tenaga bertempur lagi nanti malem”, kataku sambil berpakaian.
Nita pun mengenakan pakaiannya dan kita pergi mencari makan malem. Kembali ke rumah sudah
hampir tengah malem, tadi kita selain makan santai2 di pub dulu.

Di kamar kita langsung melepas pakaian masing-masing dan bergumul diranjang. Tangan Nita
bergerak menggenggam Penisku. Aku melenguh seraya menyebut namanya. Aku meringis menahan
remasan lembut tangannya pada Penisku. Nita mulai bergerak turun naik menyusuri Penisku
yang sudah teramat keras. Sekali-sekali ujung telunjuknya mengusap kepala Penisku yang
sudah licin oleh cairan yang meleleh dari liangnya.
Kembali aku melenguh merasakan ngilu akibat usapannya. Kocokannya semakin cepat. Dengan
lembut aku mulai meremas-remas toketnya. Tangan Nita menggenggam Penisku dengan erat.
Pentilnya kupilin2. Nita masukan Penisku kedalam mulutnya dan mengulumnya. Aku terus
menggerayang toketnya, dan mulai menciumi toketnya. Napsuku semakin berkobar.

Jilatan dan kuluman Nita pada Penisku semakin menggSilvis sampai-sampai aku terengah-engah
merasakan kelihaian permainan mulutnya. Aku membalikkan tubuhnya hingga berlawSilvin
dengan posisi tubuhku. Kepalaku berada di bawahnya sementara kepalanya berada di bawahku.
Kami sudah berada dalam posisi enam sembilan! Lidahku menyentuh Vaginanya dengan lembut.
Tubuhnya langsung bereaksi dan tanpa sadar Nita menjerit lirih.

Tubuhnya meliuk-liuk mengikuti irama permainan lidahku di Vaginanya. Kedua pahanya
mengempit kepalaku seolah ingin membenamkan wajahku ke dalam Vaginanya. Penisku kemudian
dikempit dengan toketnya dan digerakkan maju mundur, sebentar. Aku menciumi bibir
Vaginanya, mencoba membukanya dengan lidahku. Tanganku mengelus paha bagian dalam. Nita
mendesis dan tanpa sadar membuka kedua kakinya yang tadinya merapat. Aku menempatkan diri
di antara kedua kakinya yang terbuka lebar. Penis kutempelkan pada bibir Vaginanya.
Kugesek-gesek, mulai dari atas sampai ke bawah. Naik turun. Nita merasa ngilu bercampur
geli dan nikmat. Vaginanya yang sudah banjir membuat gesekanku semakin lancar karena
licin.Cerita Sex Terbaru

Nita terengah-engah merasakannya. Aku sengaja melakukan itu. Apalagi saat kepala Penisku
menggesek-gesek i tilnya yang juga sudah menegang. “Om.?” panggilnya menghiba. “Apa Nit”,
jawabku sambil tersenyum melihatnya tersiksa. “Cepetan..” jawabnya. Aku sengaja mengulur-
ulur dengan hanya menggesek-gesekan Penis. Sementara Nita benar-benar sudah tak tahan lagi
mengekang birahinya. “Nita sudah pengen dien tot om”, katanya.

Nita melenguh merasakan desakan Penisku yang besar itu. Nita menunggu cukup lama gerakan
Penisku memasuki dirinya. Serasa tak sampai-sampai. Maklum aja, selain besar, Penisku juga
panjang. Nita sampai menahan nafas saat Penisku terasa mentok di dalam, seluruh Penisku
amblas di dalam. Aku mulai menggerakkan pinggulnya pelan2. Satu, dua dan tiga enjotan
mulai berjalan lancar. Semakin membanjirnya cairan dalam Vaginanya membuat Penisku keluar
masuk dengan lancarnya. Nita mengimbangi dengan gerakan pinggulnya.

Meliuk perlahan. Naik turun mengikuti irama enjotanku. Gerakan kami semakin lama semakin
meningkat cepat dan bertambah liar. Gerakanku sudah tidak beraturan karena yang penting
enjotanku mencapai bagian-bagian peka di Vaginanya. Nita bagaikan berada di surga
merasakan kenikmatan yang luar biasa ini. Penisku menjejali penuh seluruh Vaginanya, tak
ada sedikitpun ruang yang tersisa hingga gesekan Penisku sangat terasa di seluruh dinding
Vaginanya. Nita merintih, melenguh dan mengerang merasakan semua kenikmatan ini.

Nita mengakui keperkasaan dan kelihaianku di atas ranjang. Yang pasti Nita merasakan
kepuasan tak terhingga ngen tot denganku. Aku bergerak semakin cepat. Penisku bertubi-tubi
menusuk daerah-daerah sensitivenya. Nita meregang tak kuasa menahan napsuku, sementara aku
dengan gagahnya masih mengayunkan pinggulku naik turun, ke kiri dan ke kanan. Erangannya
semakin keras. Melihat reaksinya, aku mempercepat gerakanku. Penisku yang besar dan
panjang itu keluar masuk dengan cepatnya. Tubuhnya sudah basah bermandikan keringat.

Aku pun demikian. Nita meraih tubuhku untuk didekap. Direngkuhnya seluruh tubuhku sehingga
aku menindih tubuhnya dengan erat. Nita membenamkan wajahnya di samping bahuku. Pinggul
nya diangkat tinggi-tinggi sementara kedua tangannya menggapai pantatku dan menekannya
kuat-kuat. Nita meregang. Tubuhnya mengejang-ngejang. “om..”, hanya itu yang bisa keluar
dari mulutnya saking dahsyatnya kenikmatan yang dialaminya nersamaku. Aku menciumi wajah
dan bibirnya. Nita mendorong tubuhku hingga terlentang. Dia langsung menindihku dan
menciumi wajah, bibir dan sekujur tubuhku. Kembali diemutnya Penisku yang masih tegak itu.
Lidahnya menjilati, mulutnya mengemut. Tangannya mengocok-ngocok Penisku. Belum sempat aku
mengucapkan sesuatu, Nita langsung berjongkok dengan kedua kaki bertumpu pada lutut dan
masing-masing berada di samping kiri dan kSilvin tubuhku. Vaginanya berada persis di atas
Penisku. “Akh!” pekiknya tertahan ketika Penisku dibimbingnya memasuki Vaginanya.

Tubuhnya turun perlahan-lahan, menelan seluruh Penisku. Selanjutnya Nita bergerak seperti
sedang menunggang kuda. Tubuhnya melonjak-lonjak. Pinggulnya bergerak turun naik.
“Ouugghh.. Nit.., luar biasa!” jeritku merasakan hebatnya permainannya. Pinggulnya
mengaduk-aduk lincah, mengulek liar tanpa henti. Tanganku mencengkeram kedua toketnya,
kuremas dan dipilin-pilin. Aku lalu bangkit setengah duduk. Wajah kubenamkan ke dadanya.

Menciumi pentilnya. Kuhisap kuat-kuat sambil kuremas-remas. Kami berdua saling berlomba
memberi kepuasan. Kami tidak lagi merasakan panasnya udara meski kamar menggunakan AC.
Tubuh kami bersimbah peluh, membuat tubuh kami jadi lengket satu sama lain. Nita berkutat
mengaduk-aduk pinggulnya. Aku menggoyangkan pantatku. Tusukan Penisku semakin cepat
seiring dengan liukan pinggulnya yang tak kalah cepatnya.