SELINGKU DENGAN WANITA BERNAMA ERNA
Aqu sedang menonton televisi di kamarku ketika Sheila keluar dari kamar
mandi mengnikmatan baju tidur. Hm.. dia pasti habis cuci muka dan
bersih-bersih sebelum tidur. Di kamar tidur Kita memang terdapat kamar
mandi dan televisi, sehingga Aqu menonton televisi sambil tiduran. Sheila
berbaring di sampingku, dan memejamkan matanya. Lho? Dia langsung mau
tidur nih! Padahal Aqu sejak tadi menunggu dia. Lihat saja, si “ujang”
sudah bangun menantikan jatahnya.
mandi mengnikmatan baju tidur. Hm.. dia pasti habis cuci muka dan
bersih-bersih sebelum tidur. Di kamar tidur Kita memang terdapat kamar
mandi dan televisi, sehingga Aqu menonton televisi sambil tiduran. Sheila
berbaring di sampingku, dan memejamkan matanya. Lho? Dia langsung mau
tidur nih! Padahal Aqu sejak tadi menunggu dia. Lihat saja, si “ujang”
sudah bangun menantikan jatahnya.
VIPMANDIRIQQ |
Sheila! Koq langsung tidur sih?”
“Mm..?”
Sheila membuka matanya. Lalu ia duduk dan menatapku. Kemudian ia tersenyum
manis. Woow.. kemaluanku semakin mengeras. Sheila mendekatkan wajahnya ke
wajahku. Tangannya yang lembut halus membelai wajahku. Jantungku
berdetak cepat. Kurangkul tubuhnya yang mungil dan hangat. Terasa nyaman
sekali. Sheila mencium pipiku.
“Cupp..!”
“Tidur yang nyenyak yaa..” katanya perlahan.
Lalu ia kembali berbaring dan memejamkan matanya. Tidur! Nah lho? Sial
benar. Cuma begitu saja? Aqu terbengong beberapa saat.
“Sheila! Sheiill..!” Aqu mengguncang-guncang tubuhnya.
“Umm.. udah maleem.. Sheila ngantuk niih..”
Kalau sudah begitu, percuma saja. Dia tidak akan bangun. Padahal Aqu
sedang birahi tinggi dan butuh pernyaluran. Si “ujang” masih tegang dan
penasaran minta jatah.
Begitulah Sheila. Sebagai istri, dia hampir sempurna. Wajah dan fisiknya
nikmat dilihat, sifatnya baik dan menarik. Perhatiannya pada kebutuhanku
sehari-hari sangat cukup. Hanya saja, kalau di tempat tidur dia sangat
“hemat”. Nafsuku terbilang tinggi. Sedangkan Sheila, entah kenapa
(menurutku) hampir tidak punya nafsu seks. Tidak heran meskipun sudah
lebih setahun Kita menikah, sampai saat ini Kita belum punya anak. Untuk
pelampiasan, Aqu terkadang selingkuh dengan wanita lain. Sheila bukannya
tidak tahu. Tapi tampaknya dia tidak terlalu mempermasalahkannya.
Nafsuku sulit ditahan. Rasanya ingin kupaksa saja Sheila untuk melayaniku.
Tapi melihat wajahnya yang sedang pulas, Aqu jadi tidak tega. Kucium
rambutnya. Akhirnya kuputuskan untuk tidur sambil memeluk Sheila. Siapa
tahu dalam mimpi, Sheila mau memuaskanku? Hehehe..
Esoknya saat jam istirahat kantor, Aqu makan siang di Citraland Mall.
Tidak disangka, disana Aqu bertemu dengan Erna, sahabatku dan Sheila semasa
kuliah dahulu. Kulihat Erna bersama dengan seorang wanita yang mirip
dengannya. Seingatku, Erna tidak punya adik. Ternyata setelah Kita
diperkenalkan, wanita itu adalah adik sepupu Erna. Felly namanya. Heran
juga Aqu, koq saudara sepupu bisa semirip itu ya? Pendek kata, akhirnya
Kita makan satu meja.
Sambil makan, Kita mengobrol. Ternyata Felly seperti juga Erna, tipe yang
mudah akrab dengan orang baru. Terbukti dia tidak canggung mengobrol
denganku. Ketika Aqu menanyakan tentang Franky (suErna Erna, sahabatku semasa
kuliah), Erna bilang bahwa Franky sedang pergi ke Surabaya sekitar dua
minggu yang lalu untuk suatu keperluan.
“Paling juga disana dia main perempuan!” begitu komentar Erna.
Aqu hanya manggut-manggut saja. Aqu kenal baik dengan Franky, dan bukan hal
yang aneh kalau Franky ada main dengan wanita lain disana. Saat Felly
permisi untuk ke toilet, Erna langsung bertanya padAqu.
“Ndrew, loe ama Sheila gimana?”
“Baek. Kenapa?”
“Dari dulu loe itu kan juga terkenal suka main perempuan. Koq bisa ya Aqur
ama Sheila?”
Aqu diam saja.
Aqu dan Sheila memang lumayan Aqur. Tapi di ranjang jelas ada masalah.
Kalau dituruti nafsuku, pasti setiap hari Aqu minta jatah dari Sheila. Tapi
kalau Sheila dituruti, paling hebat sebulan dijatah empat atau lima kali!
Itu juga harus main paksa. Seingatku pernah terjadi dalam sebulan Aqu
hanya dua kali dijatah Sheila. Jelas saja Aqu selingkuh! Mana tahan?
“Koq diem, Ndrew?” pertanyaan Erna membuyarkan lamunanku.
“Nggak koq..”
“Loe lagi punya masalah ya?”
“Nggaak..”
“Jujur aja deh..” Erna mendesak.
Kulirik Erna. Wuih, nafsuku muncul. Aqu jadi teringat saat pesta di rumah
Franky. Karena nafsuku sudah sampai ke ubun-ubun, maka akal sehatku pun
hilang.
“Cerita doong..!” Erna kembali mendesak.
“Mi.., loe mau pesta “assoy” lagi nggak?” Aqu memulai. Erna kelihatan kaget.
“Eh? Loe jangan macem-macem ya Ndrew!” kecam Erna.
Aduh.., kelihatannya dia marah.
“Sorry! Sorry! Gue nggak serius.. sorry yaa..” Aqu sedikit panik.
Tiba-tiba Erna tertawa kecil.
“Keliatannya loe emang punya masalah deh.. Oke, nanti sore kita ketemu
lagi di sini ya? Gue juga di rumah nggak ada kerjaan.”
Saat itu Felly kembali dari toilet. Kita melanjutkan mengobrol sebentar,
setelah itu Aqu kembali ke kantor.
Jam 5 sore Aqu pulang kantor, dan langsung menuju tempat yang
dijanjikan. Sekitar sepuluh menit Aqu menunggu sebelum akhirnya telepon
genggamku berdering. Dari Erna, menanyakan dimana Aqu berada. Setelah
bertemu, Erna langsung mengajakku naik ke mobilnya. Mobilku kutinggalkan
disana. Di jalan Erna langsung menanyaiku tanpa basa-basi.
“Ndrew, loe lagi butuh seks ya?”
Aqu kaget juga ditanya seperti itu.
“Maksud loe?”
“Loe nggak usah malu ama gue. Emangnya Sheila kenapa?”
Aqu menghela nafas. Akhirnya kuputuskan untuk mengeluarkan uneg-unegku.
“Mi.. Sheila itu susah banget.. dia bener-bener pelit kalo soal begitu. Loe
bayangin aja, gue selalu nafsu kalo ngeliat dia. Tapi dia hampir nggak
pernah ngerespon. Kan nafsu gue numpuk? Gue butuh penyaluran dong!
Untung badannya kecil, jadi kadang-kadang gue paksa dia.”
Erna tertawa.
“Maksudnya loe perkosa dia ya? Lucu deh, masa istri sendiri
diperkosa sih?”
“Dia nggak marah koq. Lagi gue perkosanya nggak kasar.”
“Mana ada perkosa nggak kasar?” Erna tertawa lagi.
“Dan kalo dia nggak
marah, perkosa aja dia tiap hari.”
“Kasian juga kalo diperkosa tiap hari. Gue nggak tega kalo begitu..”
“Jadi kalo sekali-sekali tega ya?”
“Yah.. namanya juga kepepet.. Udah deh.. nggak usah ngomongin Sheila lagi ya?”
“Oke.. kita juga hampir sampe nih..”
Aqu heran. Ternyata Erna menuju ke sebuah apartemen di Jakarta Barat.
Dari tadi Aqu tidak menyadarinya.
“Mi, apartemen siapa nih?”
“Apartemennya Felly. Pokoqnya kita masuk dulu deh..”
Felly menyambut Kita berdua. Setelah itu Aqu menunggu di sebuah kursi,
sementara Felly dan Erna masuk ke kamar. Tidak lama kemudian Erna
memanggilku dari balik pintu kamar tersebut. Dan ketika Aqu masuk, si
“ujang” langsung terbangun, sebab kulihat Erna dan Felly tidak memakai
pakaian sama sekali. MatAqu tidak berkedip melihat pemandangan hebat
itu. Dua wanita yang cantik yang wajahnya mirip sedang bertelanjang
bulat di depanku. Mimpi apa Aqu?
“Koq bengong Ndrew? Katanya loe lagi butuh? Ayo sini..!” panggil Erna lembut.
Aqu menurut bagai dihipnotis. Felly duduk bersimpuh di ranjang.
“Ayo berbaring disini, Mas INdrew.”
Aqu berbaring di ranjang dengan berbantalkan paha Felly. Kulihat dari
sudut pandangku, kedua bagian bawah buah dada Felly yang menggantung
mempesona. Ukurannya lumayan juga. Felly langsung melucuti pakaian
atasku, sementara Erna melucuti pakaianku bagian bawah, sampai akhirnya
Aqu benar-benar telanjang. Batang kemaluanku mengacung keras menandakan
nafsuku yang bergolak.
“Gue pijat dulu yaa..” kata Erna.
Kemudian Erna menjepit kemaluanku dengan kedua buah dadanya yang montok
itu. Ohh.., kurasakan pijatan daging lembut itu pada kemaluanku. Rasanya
benar-benar nyaman. Kulihat Erna tersenyum kepadAqu. Aqu hanya mengamati
bagaimana kedua buah dada Erna yang sedang digunakan untuk memijat batang
penisku.
“Nikmat kan, Ndrew?” Erna bertanya.
Aqu mengangguk. “Nikmat banget. Lembut..”
Felly meraih dan membimbing kedua tanganku dengan tangannya untuk
mengenggam buah dadanya. Dia membungkuk, sehingga kedua buah dadanya
menggantung bebas di depan wajahku.
“Ndrew, perah susu gue ya?” pintanya nakal.
Aqu dengan senang hati melAqukannya. Kuperah kedua susunya seperti
memerah susu sapi, sehingga Felly merintih-rintih.
“Ahh.. awww.. akh.. terus.. Ndrew.. ahh.. ahh..”
Buah dada Felly terasa legit dan kenyal. Aqu merasa seperti raja yang
dilayani dua wanita cantik. Akhirnya Erna menghentikan pijatan
spesialnya. Berganti tangan kanannya menggenggam pangkal si “ujang”.
“Dulu diwaktu pesta di rumah gue, kontol loe belum ngerasain lidah gue
ya?” kata Erna, dan kemudian dengan cepat lidahnya menjulur menjilat si
“ujang” tepat di bagian bawah lubangnya.
Aqu langsung merinding kenikmatan dibuatnya. Dan beberapa detik kemudian
kurasakan hangat, lembut, dan basah pada batang kemaluanku. Si “ujang”
telah berada di dalam mulut Erna, tengah disedot dan dimainkan dengan
lidahnya. Tidak hanya itu, Erna juga sesekali mengemut telur kembarku
sehingga menimbulkan rasa ngilu yang nikmat. Sedotan mulut Erna
benar-benar membuatku terbuai, apalagi ketika ia menyedot-nyedot ujung
kemaluanku dengan kuat. Nikmatnya tidak terlukiskan. Sampai kurasakan alat
kelErnanku berdenyut-denyut, siap untuk memuntahkan air mani.
“Mi.. gue.. udah mau.. ke.. luar..”
Erna semakin intens mengulum dan menyedot, sehingga akhirnya kemaluanku
menyemprotkan air mani berkali-kali ke dalam mulut Erna. Lemas badanku
dibuatnya. Tanganku yang beraksi pada buah dada Felly pun akhirnya
berhenti. Erna terus mengulum dan menyedot kemaluanku, sehingga
menimbulkan rasa ngilu yang amat sangat. Aqu tidak tahan dibuatnya.
“Aahh.. Erna.. udahan dulu dong..!”
“Koq cepet banget keluar?” ledeknya.
“Uaah.., gue kelewat nafsu sih.. maklum dong, selama ini ditahan terus.”
Aqu membela diri.
“Oke deh, kita istirahat sebentar.”
Erna lalu menindih tubuhku. Buah dadanya menekan dadAqu, begitu kenyal
rasanya. Nafasnya hangat menerpa wajahku. Felly mengambil posisi di
selangkanganku, menjilati kemaluanku. Gairahku perlahan-lahan bangkit
kembali. Kuraba-raba kemaluan Erna hingga akhirnya Aqu menemukan daging
kenikmatannya. Kucubit pelan sehingga Erna mendesah perlahan. Kugunakan
jari jempol dan telunjukku untuk memainkan daging tersebut, sementara
jari manisku kugunakan untuk mengorek liang sanggamanya. Desahan Erna
semakin terdengar jelas. Kemaluannya terasa begitu basah. Sementara itu
Felly terus saja menjilati kemaluanku. Tidak hanya itu, Felly
mengosok-gosok mulut dan leher si “ujang”, sehingga sekali lagi bulu
kudukku merinding menahan nikmat.
Kali ini Aqu merasa lebih siap untuk tempur, sehingga langsung saja Aqu
membalik posisi tubuhku, menindih Erna yang sekarang jadi telentang. Dan
langsung kusodok lubang sanggamanya dengan batang kemaluanku. Erna
mendesis pendek, lalu menghela nafasnya. Seluruh batang kemaluanku
terbenam ke dalam rahim Erna. Aqu mulai mengocok maju mundur. Erna
melingkarkan tangannya memeluk tubuhku. Felly yang menganggur melAqukan
matsurbasi sambil mengamati Kita berdua yang sedang bersatu dalam
kenikmatan bersetubuh. Erna mengeluarkan jeritan-jeritan kecil, sampai
akhirnya berteriak saat mencapai puncak kenikmatannya, berbeda denganku
yang lebih kuat setelah sebelumnya mencapai orgasme.
Kucabut batang kemaluanku dari kemaluan Erna, dan langsung kuraih tubuh
Felly. Untuk mengistirahatkan si “ujang”, Aqu menggunakan jari-jariku
untuk mengobok-obok kemaluan Felly. Kugosok-gosok klitorisnya sehingga Felly
mengerang keras. Kujilati dan kugigit lembut sekujur buah dadanya, kanan
dan kiri. Felly meremas rambutku, nafasnya terengah-engah dan memburu.
Setelah kurasakan cukup merangsang Felly, Aqu bersedia untuk main course.
Felly nampaknya sudah siap untuk menerima seranganku, dan langsung
mengambil doggy style. Kemaluannya yang dihiasi bulu-bulu keriting nampak
sudah basah kuyup. Kumasukkan kemaluanku ke dalam liang kenikmatannya
dengan pelan tapi pasti. Felly merintih-rintih keras saat proses
penetrasi berlangsung. Setelah masuk seluruh penisku, kudiamkan beberapa
saat untuk menikmati kehangatan yang diberikan oleh jepitan kemaluan Felly.
Hangat sekali, lebih hangat dari milik Erna. Setelah itu kumulai menyodok
Felly maju mundur.
Felly memang berisik sekali! Saat Kita melAqukan sanggama,
teriakan-teriakannya terdengar kencang. Tapi Aqu suka juga mendengarnya.
Kedua buah dadanya bergelantungan bergerak liar seiring dengan gerakan
Kita. Kupikir sayang kalau tidak dimanfaatkan, maka kuraih saja kedua
danging kenyal tersebut dan langsung kuremas-remas sepuasnya. Nafsuku
semakin memuncak, sehingga sodokanku semakin kupercepat, membuat Felly
semakin keras mengeluarkan suara.
“Aaahh.. Aaahh.. Gue keluaar.. Aaah..” teriak Felly dengan lantang.
Felly terkulai lemas, sementara Aqu terus menyetubuhinya. Beberapa saat
kemudian Aqu merasa mulai mendekati puncak kepuasan.
“Fit.. gue mau keluar nih..”
Felly langsung melepaskan kemaluannya dari kemaluanku, dan langsung
mengulum kemaluanku sehingga akhirnya Aqu memuntahkan air maniqu di dalam
mulut Felly, yang ditelan oleh Felly sampai habis.
Aqu berbaring, capek. Nikmat dan puas sekali rasanya. Erna berbaring di
sisiku. Buah dadanya terasa lembut dan hangat menyentuh lengan kananku.
Felly masih membersihkan batang kemaluanku dengan mulutnya.
“Gimana Ndrew? Puas?” Erna bertanya.
“Puas banget deh.. Otak gue ringan banget rasanya.”
“Gue mandi dulu ya?” Felly memotong pembicaraan Kita.
Lalu ia menuju kamar mandi.
“Gue begini juga karena gue lagi pengen koq. Franky udah dua minggu pergi.
Nggak tau baliknya kapan.” Erna menjelaskan.
“Nggak masalah koq. Gue juga emang lagi butuh sih. Lain kali juga gue
nggak keberatan.”
“Huss! Sembarangan loe. Gue selingkuh cuma sekali-sekali aja, cuma
pengen balas dendam ama Franky. Dia suka selingkuh juga sih! Beda kasusnya
ama loe!”
Aqu diam saja. Erna bangkit dari ranjang dan mengingatkanku.
“Udah hampir setengah delapan malem tuh. Nanti Sheila bingung lho!”
Aqu jadi tersadar. Cepat-cepat kuknikmatan pakaianku, tanpa mandi terlebih
dahulu. Setelah pErnat dengan Felly, Erna mengantarku kembali ke Citraland.
Disana Kita berpisah, dan Aqu kembali ke rumah dengan mobilku. Di rumah,
tentu saja Sheila menanyakan darimana saja Aqu sampai malam belum pulang.
Kujawab saja Aqu habis makan malam bersama teman.
“Yaa.. padahal Sheila udah siapin makan malem.” Sheila kelihatan kecewa.
Sebenarnya Aqu belum makan malam. Aqu lapar.
“Ya udah, INdrew makan lagi aja deh.. tapi INdrew mau mandi dulu.” katAqu
sambil mencium dahinya.
Sheila kelihatan bingung, tapi tidak berkata apa-apa.
“Mm..?”
Sheila membuka matanya. Lalu ia duduk dan menatapku. Kemudian ia tersenyum
manis. Woow.. kemaluanku semakin mengeras. Sheila mendekatkan wajahnya ke
wajahku. Tangannya yang lembut halus membelai wajahku. Jantungku
berdetak cepat. Kurangkul tubuhnya yang mungil dan hangat. Terasa nyaman
sekali. Sheila mencium pipiku.
“Cupp..!”
“Tidur yang nyenyak yaa..” katanya perlahan.
Lalu ia kembali berbaring dan memejamkan matanya. Tidur! Nah lho? Sial
benar. Cuma begitu saja? Aqu terbengong beberapa saat.
“Sheila! Sheiill..!” Aqu mengguncang-guncang tubuhnya.
“Umm.. udah maleem.. Sheila ngantuk niih..”
Kalau sudah begitu, percuma saja. Dia tidak akan bangun. Padahal Aqu
sedang birahi tinggi dan butuh pernyaluran. Si “ujang” masih tegang dan
penasaran minta jatah.
Begitulah Sheila. Sebagai istri, dia hampir sempurna. Wajah dan fisiknya
nikmat dilihat, sifatnya baik dan menarik. Perhatiannya pada kebutuhanku
sehari-hari sangat cukup. Hanya saja, kalau di tempat tidur dia sangat
“hemat”. Nafsuku terbilang tinggi. Sedangkan Sheila, entah kenapa
(menurutku) hampir tidak punya nafsu seks. Tidak heran meskipun sudah
lebih setahun Kita menikah, sampai saat ini Kita belum punya anak. Untuk
pelampiasan, Aqu terkadang selingkuh dengan wanita lain. Sheila bukannya
tidak tahu. Tapi tampaknya dia tidak terlalu mempermasalahkannya.
Nafsuku sulit ditahan. Rasanya ingin kupaksa saja Sheila untuk melayaniku.
Tapi melihat wajahnya yang sedang pulas, Aqu jadi tidak tega. Kucium
rambutnya. Akhirnya kuputuskan untuk tidur sambil memeluk Sheila. Siapa
tahu dalam mimpi, Sheila mau memuaskanku? Hehehe..
Esoknya saat jam istirahat kantor, Aqu makan siang di Citraland Mall.
Tidak disangka, disana Aqu bertemu dengan Erna, sahabatku dan Sheila semasa
kuliah dahulu. Kulihat Erna bersama dengan seorang wanita yang mirip
dengannya. Seingatku, Erna tidak punya adik. Ternyata setelah Kita
diperkenalkan, wanita itu adalah adik sepupu Erna. Felly namanya. Heran
juga Aqu, koq saudara sepupu bisa semirip itu ya? Pendek kata, akhirnya
Kita makan satu meja.
Sambil makan, Kita mengobrol. Ternyata Felly seperti juga Erna, tipe yang
mudah akrab dengan orang baru. Terbukti dia tidak canggung mengobrol
denganku. Ketika Aqu menanyakan tentang Franky (suErna Erna, sahabatku semasa
kuliah), Erna bilang bahwa Franky sedang pergi ke Surabaya sekitar dua
minggu yang lalu untuk suatu keperluan.
“Paling juga disana dia main perempuan!” begitu komentar Erna.
Aqu hanya manggut-manggut saja. Aqu kenal baik dengan Franky, dan bukan hal
yang aneh kalau Franky ada main dengan wanita lain disana. Saat Felly
permisi untuk ke toilet, Erna langsung bertanya padAqu.
“Ndrew, loe ama Sheila gimana?”
“Baek. Kenapa?”
“Dari dulu loe itu kan juga terkenal suka main perempuan. Koq bisa ya Aqur
ama Sheila?”
Aqu diam saja.
Aqu dan Sheila memang lumayan Aqur. Tapi di ranjang jelas ada masalah.
Kalau dituruti nafsuku, pasti setiap hari Aqu minta jatah dari Sheila. Tapi
kalau Sheila dituruti, paling hebat sebulan dijatah empat atau lima kali!
Itu juga harus main paksa. Seingatku pernah terjadi dalam sebulan Aqu
hanya dua kali dijatah Sheila. Jelas saja Aqu selingkuh! Mana tahan?
“Koq diem, Ndrew?” pertanyaan Erna membuyarkan lamunanku.
“Nggak koq..”
“Loe lagi punya masalah ya?”
“Nggaak..”
“Jujur aja deh..” Erna mendesak.
Kulirik Erna. Wuih, nafsuku muncul. Aqu jadi teringat saat pesta di rumah
Franky. Karena nafsuku sudah sampai ke ubun-ubun, maka akal sehatku pun
hilang.
“Cerita doong..!” Erna kembali mendesak.
“Mi.., loe mau pesta “assoy” lagi nggak?” Aqu memulai. Erna kelihatan kaget.
“Eh? Loe jangan macem-macem ya Ndrew!” kecam Erna.
Aduh.., kelihatannya dia marah.
“Sorry! Sorry! Gue nggak serius.. sorry yaa..” Aqu sedikit panik.
Tiba-tiba Erna tertawa kecil.
“Keliatannya loe emang punya masalah deh.. Oke, nanti sore kita ketemu
lagi di sini ya? Gue juga di rumah nggak ada kerjaan.”
Saat itu Felly kembali dari toilet. Kita melanjutkan mengobrol sebentar,
setelah itu Aqu kembali ke kantor.
Jam 5 sore Aqu pulang kantor, dan langsung menuju tempat yang
dijanjikan. Sekitar sepuluh menit Aqu menunggu sebelum akhirnya telepon
genggamku berdering. Dari Erna, menanyakan dimana Aqu berada. Setelah
bertemu, Erna langsung mengajakku naik ke mobilnya. Mobilku kutinggalkan
disana. Di jalan Erna langsung menanyaiku tanpa basa-basi.
“Ndrew, loe lagi butuh seks ya?”
Aqu kaget juga ditanya seperti itu.
“Maksud loe?”
“Loe nggak usah malu ama gue. Emangnya Sheila kenapa?”
Aqu menghela nafas. Akhirnya kuputuskan untuk mengeluarkan uneg-unegku.
“Mi.. Sheila itu susah banget.. dia bener-bener pelit kalo soal begitu. Loe
bayangin aja, gue selalu nafsu kalo ngeliat dia. Tapi dia hampir nggak
pernah ngerespon. Kan nafsu gue numpuk? Gue butuh penyaluran dong!
Untung badannya kecil, jadi kadang-kadang gue paksa dia.”
Erna tertawa.
“Maksudnya loe perkosa dia ya? Lucu deh, masa istri sendiri
diperkosa sih?”
“Dia nggak marah koq. Lagi gue perkosanya nggak kasar.”
“Mana ada perkosa nggak kasar?” Erna tertawa lagi.
“Dan kalo dia nggak
marah, perkosa aja dia tiap hari.”
“Kasian juga kalo diperkosa tiap hari. Gue nggak tega kalo begitu..”
“Jadi kalo sekali-sekali tega ya?”
“Yah.. namanya juga kepepet.. Udah deh.. nggak usah ngomongin Sheila lagi ya?”
“Oke.. kita juga hampir sampe nih..”
Aqu heran. Ternyata Erna menuju ke sebuah apartemen di Jakarta Barat.
Dari tadi Aqu tidak menyadarinya.
“Mi, apartemen siapa nih?”
“Apartemennya Felly. Pokoqnya kita masuk dulu deh..”
Felly menyambut Kita berdua. Setelah itu Aqu menunggu di sebuah kursi,
sementara Felly dan Erna masuk ke kamar. Tidak lama kemudian Erna
memanggilku dari balik pintu kamar tersebut. Dan ketika Aqu masuk, si
“ujang” langsung terbangun, sebab kulihat Erna dan Felly tidak memakai
pakaian sama sekali. MatAqu tidak berkedip melihat pemandangan hebat
itu. Dua wanita yang cantik yang wajahnya mirip sedang bertelanjang
bulat di depanku. Mimpi apa Aqu?
“Koq bengong Ndrew? Katanya loe lagi butuh? Ayo sini..!” panggil Erna lembut.
Aqu menurut bagai dihipnotis. Felly duduk bersimpuh di ranjang.
“Ayo berbaring disini, Mas INdrew.”
Aqu berbaring di ranjang dengan berbantalkan paha Felly. Kulihat dari
sudut pandangku, kedua bagian bawah buah dada Felly yang menggantung
mempesona. Ukurannya lumayan juga. Felly langsung melucuti pakaian
atasku, sementara Erna melucuti pakaianku bagian bawah, sampai akhirnya
Aqu benar-benar telanjang. Batang kemaluanku mengacung keras menandakan
nafsuku yang bergolak.
“Gue pijat dulu yaa..” kata Erna.
Kemudian Erna menjepit kemaluanku dengan kedua buah dadanya yang montok
itu. Ohh.., kurasakan pijatan daging lembut itu pada kemaluanku. Rasanya
benar-benar nyaman. Kulihat Erna tersenyum kepadAqu. Aqu hanya mengamati
bagaimana kedua buah dada Erna yang sedang digunakan untuk memijat batang
penisku.
“Nikmat kan, Ndrew?” Erna bertanya.
Aqu mengangguk. “Nikmat banget. Lembut..”
Felly meraih dan membimbing kedua tanganku dengan tangannya untuk
mengenggam buah dadanya. Dia membungkuk, sehingga kedua buah dadanya
menggantung bebas di depan wajahku.
“Ndrew, perah susu gue ya?” pintanya nakal.
Aqu dengan senang hati melAqukannya. Kuperah kedua susunya seperti
memerah susu sapi, sehingga Felly merintih-rintih.
“Ahh.. awww.. akh.. terus.. Ndrew.. ahh.. ahh..”
Buah dada Felly terasa legit dan kenyal. Aqu merasa seperti raja yang
dilayani dua wanita cantik. Akhirnya Erna menghentikan pijatan
spesialnya. Berganti tangan kanannya menggenggam pangkal si “ujang”.
“Dulu diwaktu pesta di rumah gue, kontol loe belum ngerasain lidah gue
ya?” kata Erna, dan kemudian dengan cepat lidahnya menjulur menjilat si
“ujang” tepat di bagian bawah lubangnya.
Aqu langsung merinding kenikmatan dibuatnya. Dan beberapa detik kemudian
kurasakan hangat, lembut, dan basah pada batang kemaluanku. Si “ujang”
telah berada di dalam mulut Erna, tengah disedot dan dimainkan dengan
lidahnya. Tidak hanya itu, Erna juga sesekali mengemut telur kembarku
sehingga menimbulkan rasa ngilu yang nikmat. Sedotan mulut Erna
benar-benar membuatku terbuai, apalagi ketika ia menyedot-nyedot ujung
kemaluanku dengan kuat. Nikmatnya tidak terlukiskan. Sampai kurasakan alat
kelErnanku berdenyut-denyut, siap untuk memuntahkan air mani.
“Mi.. gue.. udah mau.. ke.. luar..”
Erna semakin intens mengulum dan menyedot, sehingga akhirnya kemaluanku
menyemprotkan air mani berkali-kali ke dalam mulut Erna. Lemas badanku
dibuatnya. Tanganku yang beraksi pada buah dada Felly pun akhirnya
berhenti. Erna terus mengulum dan menyedot kemaluanku, sehingga
menimbulkan rasa ngilu yang amat sangat. Aqu tidak tahan dibuatnya.
“Aahh.. Erna.. udahan dulu dong..!”
“Koq cepet banget keluar?” ledeknya.
“Uaah.., gue kelewat nafsu sih.. maklum dong, selama ini ditahan terus.”
Aqu membela diri.
“Oke deh, kita istirahat sebentar.”
Erna lalu menindih tubuhku. Buah dadanya menekan dadAqu, begitu kenyal
rasanya. Nafasnya hangat menerpa wajahku. Felly mengambil posisi di
selangkanganku, menjilati kemaluanku. Gairahku perlahan-lahan bangkit
kembali. Kuraba-raba kemaluan Erna hingga akhirnya Aqu menemukan daging
kenikmatannya. Kucubit pelan sehingga Erna mendesah perlahan. Kugunakan
jari jempol dan telunjukku untuk memainkan daging tersebut, sementara
jari manisku kugunakan untuk mengorek liang sanggamanya. Desahan Erna
semakin terdengar jelas. Kemaluannya terasa begitu basah. Sementara itu
Felly terus saja menjilati kemaluanku. Tidak hanya itu, Felly
mengosok-gosok mulut dan leher si “ujang”, sehingga sekali lagi bulu
kudukku merinding menahan nikmat.
Kali ini Aqu merasa lebih siap untuk tempur, sehingga langsung saja Aqu
membalik posisi tubuhku, menindih Erna yang sekarang jadi telentang. Dan
langsung kusodok lubang sanggamanya dengan batang kemaluanku. Erna
mendesis pendek, lalu menghela nafasnya. Seluruh batang kemaluanku
terbenam ke dalam rahim Erna. Aqu mulai mengocok maju mundur. Erna
melingkarkan tangannya memeluk tubuhku. Felly yang menganggur melAqukan
matsurbasi sambil mengamati Kita berdua yang sedang bersatu dalam
kenikmatan bersetubuh. Erna mengeluarkan jeritan-jeritan kecil, sampai
akhirnya berteriak saat mencapai puncak kenikmatannya, berbeda denganku
yang lebih kuat setelah sebelumnya mencapai orgasme.
Kucabut batang kemaluanku dari kemaluan Erna, dan langsung kuraih tubuh
Felly. Untuk mengistirahatkan si “ujang”, Aqu menggunakan jari-jariku
untuk mengobok-obok kemaluan Felly. Kugosok-gosok klitorisnya sehingga Felly
mengerang keras. Kujilati dan kugigit lembut sekujur buah dadanya, kanan
dan kiri. Felly meremas rambutku, nafasnya terengah-engah dan memburu.
Setelah kurasakan cukup merangsang Felly, Aqu bersedia untuk main course.
Felly nampaknya sudah siap untuk menerima seranganku, dan langsung
mengambil doggy style. Kemaluannya yang dihiasi bulu-bulu keriting nampak
sudah basah kuyup. Kumasukkan kemaluanku ke dalam liang kenikmatannya
dengan pelan tapi pasti. Felly merintih-rintih keras saat proses
penetrasi berlangsung. Setelah masuk seluruh penisku, kudiamkan beberapa
saat untuk menikmati kehangatan yang diberikan oleh jepitan kemaluan Felly.
Hangat sekali, lebih hangat dari milik Erna. Setelah itu kumulai menyodok
Felly maju mundur.
Felly memang berisik sekali! Saat Kita melAqukan sanggama,
teriakan-teriakannya terdengar kencang. Tapi Aqu suka juga mendengarnya.
Kedua buah dadanya bergelantungan bergerak liar seiring dengan gerakan
Kita. Kupikir sayang kalau tidak dimanfaatkan, maka kuraih saja kedua
danging kenyal tersebut dan langsung kuremas-remas sepuasnya. Nafsuku
semakin memuncak, sehingga sodokanku semakin kupercepat, membuat Felly
semakin keras mengeluarkan suara.
“Aaahh.. Aaahh.. Gue keluaar.. Aaah..” teriak Felly dengan lantang.
Felly terkulai lemas, sementara Aqu terus menyetubuhinya. Beberapa saat
kemudian Aqu merasa mulai mendekati puncak kepuasan.
“Fit.. gue mau keluar nih..”
Felly langsung melepaskan kemaluannya dari kemaluanku, dan langsung
mengulum kemaluanku sehingga akhirnya Aqu memuntahkan air maniqu di dalam
mulut Felly, yang ditelan oleh Felly sampai habis.
Aqu berbaring, capek. Nikmat dan puas sekali rasanya. Erna berbaring di
sisiku. Buah dadanya terasa lembut dan hangat menyentuh lengan kananku.
Felly masih membersihkan batang kemaluanku dengan mulutnya.
“Gimana Ndrew? Puas?” Erna bertanya.
“Puas banget deh.. Otak gue ringan banget rasanya.”
“Gue mandi dulu ya?” Felly memotong pembicaraan Kita.
Lalu ia menuju kamar mandi.
“Gue begini juga karena gue lagi pengen koq. Franky udah dua minggu pergi.
Nggak tau baliknya kapan.” Erna menjelaskan.
“Nggak masalah koq. Gue juga emang lagi butuh sih. Lain kali juga gue
nggak keberatan.”
“Huss! Sembarangan loe. Gue selingkuh cuma sekali-sekali aja, cuma
pengen balas dendam ama Franky. Dia suka selingkuh juga sih! Beda kasusnya
ama loe!”
Aqu diam saja. Erna bangkit dari ranjang dan mengingatkanku.
“Udah hampir setengah delapan malem tuh. Nanti Sheila bingung lho!”
Aqu jadi tersadar. Cepat-cepat kuknikmatan pakaianku, tanpa mandi terlebih
dahulu. Setelah pErnat dengan Felly, Erna mengantarku kembali ke Citraland.
Disana Kita berpisah, dan Aqu kembali ke rumah dengan mobilku. Di rumah,
tentu saja Sheila menanyakan darimana saja Aqu sampai malam belum pulang.
Kujawab saja Aqu habis makan malam bersama teman.
“Yaa.. padahal Sheila udah siapin makan malem.” Sheila kelihatan kecewa.
Sebenarnya Aqu belum makan malam. Aqu lapar.
“Ya udah, INdrew makan lagi aja deh.. tapi INdrew mau mandi dulu.” katAqu
sambil mencium dahinya.
Sheila kelihatan bingung, tapi tidak berkata apa-apa.
0 comments:
Post a Comment