CERITA KU PAS SAAT KECIL
Aqu adalah bocah-satu-satunya dan kita tinggal di rumah susun di lantai paling atas. Kedua orang tuaqu kerja, sehingga sepulang sekolah aqu selalu sendirian di rumah. Aqu waktu itu masih kelas 5 SD. Biasanya makan sudah disediakan ibuku nasi di magic jar dan lauknya biasanya, nugget, telor . Kalau lauk tidak ada biasanya aqu ngambil di warung di bawah yg beda blok. Ibuku memang sudah pesan kepada Mpok warung untuk mencatat saja apa yg aqu ambil.
![]() |
VIPMANDIRIQQ |
Sepulang sekolah aqu biasa bermain dgn rekan-rekan sebayaqu. Saygnya di lantai atas tidak ada sebaya ku. Penghuninya semua ngontrak. Di lantai bawah juga tidak ada bocah-bocah sebayaqu. Bahkan di blok ku tidak ada bocah yg bisa kuajak bermain. Aqu harus jalan ke beberapa blok untuk menemui rekan-rekanku. Itulah keseharianku.
Suatu hari unit di depan rumahku ditempati orang baru. Sewaktu datang berkenalan ke rumah ku, mereka kuketahui adalah Ibu muda yg baru bercerai, mempunyai bocah satu orang perempuan, sepantaran dgn aqu, namannya Miska.
Ibu muda itu juga bekerja, sehingga Miska juga ditinggal sendiri di rumah jika siang hari. Ibunya mengikuti cara ibuku yakni meminta bocahnya beli lauk atau bahkan termasuk nasinya di bawah di warung Mpok warung.
Awalnya aqu malu mau mengajak main Miska, karena dia perempuan, sedang aqu lelaki. Tetapi Miska yg mulai mengajakku main. Dia mulanya menunjukkan kepada ku beberapa mainannya. Dia tidak seperti bocah perempuan sebab mainannya bukan boneka, tetapi robot-robot dan mobil model. Aqu tentu saja senang bermain seperti itu, karena aqu juga suka robot-robotan dan mobil-mobilan. Kita akhirnya setiap hari main berdua. Karena pintu rumah kita berhadap-hadapan, jadi kalau tidak main di rumahnya maka dialah yg main ke rumah ku.
Walaupun dia perempuan dan aqu lelaki, tidak ada rasa seperti orang berpacaran. Mungkin karena umur kita masih muda maka hal-hal seperti itu tidak terpikirkan. Malah kadang-kadang aqu tidur bareng, maksudku karena ngantuk kita sering tidur di sofa, tapi bukan tidur berhimpitan. Kadang aqu tidur di bawah dia tidur di sofa.
Lantai atas rumah susun tempat kita kalau siang sepi sekali. Selain karena tidak ada bocah-bocah yg main naik sampai ke lantai atas, penghuni rumah susun semuanya bekerja.
Kita sering memutar vcd, tetapi ya cerita yg berkaitan dgn kegemaran bocah-bocah. Sampai suatu hari aqu secara tidak sengaja menemukan VCD dewasa yg tertinggal di dalam player. Aqu terkejut dan antusias sekali menonton taygan yg baru pertama kali kulihat. Walaupun masih kecil aqu terangsang juga melihat adegan-adegan yg ditaygkan.
Setelah selesai menonton aqu penasaran ingin memberitahu Miska mengenai filem dewasa. Aqu mengajaknya menonton filem dewasa. Aqu memberi tahu Miska bahwa aqu punya filem baru yg bagus. Selesai makan siang aqu mulai memutar filem dewasa itu. Mulanya adegan mesra, aqu mengenalnya setelah dewasa adegan awal itu adalah x satu. Filemnya memang mempunyai alur cerita, menjelang pertengahan kemesraan bertambah hot dan adegan pasangan mulai bugil. Miska menutup mata, katanya jorok. Tapi itu hanya sebentar, karena aqu biarkan saja dia menutup matanya. Setelah itu kemudian dia juga nonton lagi. Menjelang bagian akhir terpampanglah adegan XXX yg memperlihatkan adegan orang berhubungan sex dgn taygan yg detil mengenai alat kelamin pria dan wanita. Miska kembali menjerit dan menutup mata, tapi dia nonton lagi sampai filemnya habis.
Selesai menonton kita terdiam. Aqu tanya Miska, apa dia pernah menonton filem seperti itu. Dia hanya menggelengkan kepala. Miska kelihatannya shock dgn adegan-adegan filem itu.
Setelah menonton filem kita kembali bermain seperti biasa. Dan tidak ada kejadian yg aneh. Besoknya Miska tanya, apa ada lagi filem seperti yg kemarin. Aqu mencari di tumpukan VCD, tidak ada lagi. Bahkan filem yg kemarin pun sudah tidak tahu disimpan dimana.
Aqu memang penasaran dgn filem dewasa, maka aqu mencari-cari di lemari orang tuaqu, sampai ke koper yg diletakkan di bagian atas. Ternyata di koper itu banyak sekali filem-filem dewasa. Orang tuaqu berpikir mungkin aqu tidak bakal menjangkau koper di atas lemari, karena tempat tinggi tidak mungkin dijangkau oleh bocah sebesar aqu.
Aqu datangi Miska dan mengatakan bahwa aqu punya filem dewasa lagi. Dia antusias mengajakku menonton lagi. Aqu memutar filem-filem koleksi orang tuaqu. Akhirnya hampir setiap siang kita berdua kerjanya menonton filem dewasa. Aqu memang terangsang karena kemaluanku berdiri waktu menyaksikan adegan sex, aqu tidak tahu Miska apakah dia juga terangsang. Aqu pikir perempuan tidak terangsang, karena setahuku tidak punya kemaluan jadi tidak ada yg menegang.
Sejak menonton filem dewasa rasa ingin tahuku mengenai sex jadi menggebu-gebu. Aqu ingin melihat kemaluan wanita itu sesungguhnya seperti apa. Mungkinkah Miska bisa dibujuk untuk memperlihatkan kemaluannya, rasanya aqu tidak punya keberanian meminta hal seperti itu kepada Miska.
Sampai suatu hari Miska bertanya kepadaqu, bagaimana sih bentuk kemaluan laki-laki. Aqu terkesiap dan menjawab, ya seperti yg difilem itu. “Boleh nggak aqu lihat kamu punya, “ katanya.
Mendengar pertanyaannya kemaluanku langsung menegang. Dalam benakku aqu juga ingin melihat kemaluan Miska. Aqu bilang boleh-boleh aja, tetapi tutup dulu pintu rumahmu dan di kunci, lalu aqu pun menutup pintu rumah ku dan ku kunci.
Dgn berdebar-debar aqu duduk di sofa dan pelan-pelan menurunkan celanaqu. Kemaluanku terpampang berdiri tegak. Miska memperhatikan kemaluanku dari dekat. Kata dia bentuknya lain tidak seperti di filem dan aqu punya kecil dan tidak berbulu. Aqu katakan karena masih bocah-bocah maka belum tumbuh bulu dan juga sesuai dgn besar badan bocah-bocah. Aqu memang sudah sunat sejak kelas 4 maka kemaluanku mengkilat di ujungnya.
“Ih lucu bentuknya, aqu boleh pegang nggak,” katanya. Sebelum aqu menjawab tangannya sudah meraih kemaluanku. Jarinya menekan-nekan kemaluanku yg sedang keras. Aqu merasakan sensasi kenikmatan sampai aqu tidak sadar mendesis. Miska terkejut. Dia bertanya, apakah aqu merasa sakit waktu dia pegang. Aqu katakan bukan sakit tapi rasanya enak.
Dia kemudian tidak hanya memegang batang kemaluanku tapi juga menyentuh kantong zakarku. Aqu merasa makin nikmat. Miska heran, kenapa keras seperti ada tulangnya dan dia bertanya mengenai kantung zakar. “Ini apaan ,” katanya sambil meraba kantong zakarku. Kujelaskan bahwa itu buah pelir, didalamnya ada sepasang buah pelir. Diberitahu seperti itu Miska malah menekan-nekan kantungku untuk meyakinkan apa memang benar ada dua buah di dalamnya. “ Ih lucu ya nggak kayak aqu punya,”.
Setelah dia puas memandangiku celana kunaikkan lagi. Rasa nikmat masih menjalari tubuhku. Rasanya sentuhan Miska tadi masih berbekas di kemaluanku. Aqu lalu minta Miska juga memperlihatkan kemaluannya. Dia menolak, malu katanya. Aqu langsung protes, karena Miska curang.
“Gimana ya, tapi sebentar aja ya,” katanya.
Aqu menganggukkan kepala.
Miska menurunkan celananya sampai ke lutut, lalu dia duduk di sofa. Roknya diangkat sampai ke pinggang. Aqu melihat kemaluan Miska seperti belahan pantat tetapi kecil. Kemaluan Miska juga tidak ada bulunya. Aqu makin penasaran karena yg terlihat hanya seperti belahan pantat saja. Aqu minta Miska membuka lebar kakinya, tapi dia menolak malah menaikkan celananya kembali.
Aqu kembali protes, karena Miska tadi kuperbolehkan memegang aqu punya, sedangkan dia hanya memperlihatkan sebentar saja. Aqu minta dia membuka kembali celananya sampai ke bawah sehingga bisa melebarkan kakinya. Miska terdiam sebentar lalu berdiri dan melepas seluruh celana dalamnya. Dia duduk di sofa sambil mengangkang. Aqu merangkak di depan kemaluan Miska. Terlihat bagian dalamnya berwarna merah dan di bagian bawah ada celah. Aqu juga ingin memegang kemaluan Miska. Sewaktu tanganku meraih kemaluannya, dia menepisku. Aqu kembali protes. Dia lalu membolehkan. Miska duduk bersandar sambil menutup kedua matanya dgn tangan.
Kemaluan Miska aqu buka, sehingga terlihat bagian dalamnya seperti ada daging tumbuh memanjang ke bawah. Lubang kemaluannya aqu buka, Miska protes katanya sakit. Jariku menekan-nekan bagian dalam kemaluannya . Pada bagian atas sewaktu aqu tekan-tekan Miska mendesis dan katanya geli. Aqu berpikir aneh sekali kemaluan wanita bentuknya tidak beraturan dan lubang kencingnya besar. Aqu mengira-ngira bagian lubang kencing itulah yg kalau difilem dimasuki oleh kemaluan laki-laki.
Aqu mencoba mencolok lubang kencing itu, tetapi tanganku ditarik Miska, katanya sakit. Tanganku terasa agak basah terkena cairan kemaluan Miska. Aqu kembali menekan-nekan daging yg seperti kelopak, kaqu di atasnya. Setiap kali kusentuh bagian atas itu, Miska mendesis dan katanya geli sekali.
Itulah awal kita melihat kemaluan, masing-masing . Kejadian siang itu terus terbayg-bayg. Aqu kemudian tahu setelah dewasa bahwa yg ku kira lubang kencing itu adalah kemaluan.
Kita masih sering nonton filem dewasa. Aqu tanya kepada Miska bahwa kelihatannya permainan di filem itu orangnya seperti merasa enak. Dia menjawab “kayaknya memang iya, apa nggak sakit ya.” Sebab menurut Miska sewaktu tanganku mencolok bagian dalamnya dia merasa sakit. Tapi dia mengaqu ada bagian yg kalau aqu sentuh rasanya geli-geli enak. Aqu jadi penasaran ingin tahu bagian yg mana yg dia maksud.
Aqu memintanya kembali memperlihatkan kemaluannya untuk kuperiksa bagian mana yg katanya kalau disentuh rasanya enak. Miska sekarang sudah tidak malu lagi, dia langsung membuka celananya dan duduk mengangkang di depanku. Dia menunjukkan bagian yg selalu terasa enak kalau disentuh. Aqu kemudian menekan-nekan bagian itu dgn satu jari. Miska setiap kali aqu tekan-tekan dia mendesis-desis, katanya enak sekali tapi juga geli. Aqu menekan-nekan terus, tapi lama-lama aqu bosan. Aqu minta Miska gantian memegang-pegang kemaluanku.
Kupelorotkan celanaqu dan Miska mulai mmegang-megang kemaluanku. Awalnya hanya ditekan-tekan dgn dua jari, Aqu kemudian minta dia menggenggam. Kemaluanku rasanya makin nikmat digenggam tangan Miska. Aqu minta dia menggoyg-goygkan tangan dgn gerakan seperti mengocok. Aqu sebenarnya waktu itu belum mengerti soal onani. Perintahku agar Miska mengocok waktu itu mungkin hanya naluriku saja, yg menginginkan begitu.
Aqu minta dia terus mengocok sampai datang rasa dorongan dari dalam seperti stroom dan kemaluanku berkedut-kedut. Setelah dewasa aqu tahu waktu itu aqu mengalami klimaks. Tapi kuingat waktu itu tidak ada air mani yg keluar. Aqu memang belum akil balik, sehingga mungkin belum mempunyai air mani.
Aqu sewaktu klimaks setengah berteriak. Miska terkejut dan dia langsung berhenti. Lalu bertanya. Aqu jawab rasanya enak banget, sampai diubun-ubun rasa enaknya, kata ku.
“Enak gimana sih,” tanya Miska penasaran.
Aqu tidak bisa menggambarkan bagaimana rasa enaknya, tapi pokoknya enak banget. Sejak itu setiap hari aqu minta dikocok sama Miska. Dia mau saja ku suruh begitu. Aqu kemudian ingin seperti di filem, kemaluanku ingin dioral, penasaran mau tahu rasanya.
Miska sewaktu akan meniru seperti yg difilem, dia menolak, katanya jijik. Aqu bilang aqu cuci dulu pakai sabun sampai bersih. Lama aqu membujuknya sampai akhirnya dia mau setelah kubersihkan dgn sabun. Pertama rasanya kurang enak dan agak sakit. Sebab kemaluanku seperti dia gigit. Aqu minta dia jangan menggigit, rasanya nggak enak, pakai bibir saja dan dijilat dan disedot. Miska yg mulanya agak jijik, lama-kelamaan bisa juga mengoral kemaluanku.
Aqu merasa lebih nikmat dibandingkan dgn menggunakan tangan. Semula Miska berhenti sebelum aqu mencapai nikmat. Lalu dia kuminta sampai aqu mencapai nikmat. Aqu mengerang-erang sewaktu klimaksku tiba.
Berkali-kali kemudian aqu selalu dioral Miska. Dia akkhirnya penasaran, mengenai bagaimana enaknya. Aqu menawarkan menjilati kemaluannya, tapi ku minta dicuci dulu. Dia menuruti dan setelah itu duduk mengangkang di sofa. Aqu duduk di bawahnya dan mulai mencoba menjilati. Mulanya aqu juga merasa jijik. Tapi karena tidak ada baunya aqu teruskan menjilat-jilat semua bagian kemaluannya. Miska merasa tidak nikmat, kecuali kalau lidahku menyentuh satu bagian. Dia tunjukkan bagian yg dia rasa nikmat tapi geli. Aqu mencoba menjilati bagian itu. Miska mengelinjang-gelinjang. Aqu kira dia kegelian. Aqu teruskan , tapi lama-lama lidahku capek . Sewaktu aqu berhenti Miska malah menekan kepalaqu dan menyuruh melanjutkan. Supaya lidahku tidak capek menjulur keluar mulut, maka mulutku kubekapkan saja ke kemaluan Miska, lalu lidahku kembali menjilati bagian yg diinginkan Miska. Miska kembali menggelinjang-gelinjang. Aqu memperhatikan bagian yg jika disentuh dia menggelinjang. Bagian itu terus aqu jilati sampai tiba-tiba Miska menekan kepalaqu dan dia minta aqu berhenti,
“Stop-stop,” katanya.
Miska juga mengerang lirih. Aqu bertanya mungkin dia merasa sakit. Kata dia nikmat sekali.
“ Kayak gini ya enaknya yg kamu rasakan kalau aqu isap, “kata Miska setelah itu.
“Enak banget ya.” Katanya.
Setelah itu rutiMiskas kita selalu melaqukan oral. Kadang-kadang aqu lupa habis makan pedas lalu mengoral Miska, Dia mengeluh kemaluannya terasa pedas. Aqu pun pernah begitu. Kita kemudian sepakat untuk gosok gigi dulu sebelum mengoral.
Kita sebaya belum genap berusia 10 tahun, tetapi sudah ahli mengoral masing-masing pasangan. Jika pertama dulu kita melaqukannya dgn tetap memakai baju, sekarang ikut seperti di filem kita telanjang bulat. Pada waktu itu kuingat Miska belum membesar buah dadanya, masih rata.
Setelah mengoral kita sepakat untuk mencoba memasukkan kemaluanku ke lubang kemaluannya. Miska juga ingin tahu rasanya. Setelah kita merasakan nikmatnya oral kita penasaran rasa nikmatnya jika kemaluan kita beradu.
Mengikuti apa yg digambarkan di filem, aqu mencoba menekan kemaluanku ke kemaluan Miska tapi selalu tidak berhasil. Miska juga merasa kesakitan. Setelah sekian kali gagal aqu berpikir mungkin perlu pelicin. Aqu mengolesi kepala kemaluanku dgn hand body lotion.
Aqu mencoba lagi dan menekan pelan-pelan tepat di lubang kemaluan Miska. Kepala kemaluanku tenggelam. Nikmat mulai menjalar di tubuhku. Aqu menekan terus, tetapi Miska menjerit kesakitan. Dia menangis, sakit, katanya. Kita pun berhenti. Aqu kecewa karena rasa nikmat sewaktu kepala kemaluanku tadi masuk tidak tuntas.
Besoknya aqu masih penasaran. Kita mencoba lagi dgn aqu mengolesi cream. Kepala kemaluanku bisa terbenam, Miska tetap mengeluh sakit, tetapi tidak seperti kemarin. Sewaktu kudorong lagi, Miska menahanku, katanya sakit sekali. Padahal kemaluanku terasa lebih banyak tengelam di kemaluan Miska. Kita berhenti lagi dan aqu kembali kecewa.
Kita laqukan hal itu berulang-ulang sampai mungkin seminggu. Sewaktu sudah seminggu kemaluanku bisa masuk sekitar setengah batang. Aqu tidak bisa maju lagi karena rasanya seperti buntu. Jika kupaksakan kata Miska sakit. Tapi kalau tidak kupaksa dia tidak merasa sakit. Aqu kemudian memaju mundurkan setengah batangku keluar masuk. Nikmatnya luar biasa, lebih nikmat dari pada di oral. Aqu sampai mencapai klimaks.
Aqu mengira lubang kemaluan Miska sudah buntu karena masih kecil. Jadi belum bisa menerima kemaluanku sepenuhnya. Miska tidak merasakan nikmat, jika aqu masukkan kemaluanku. Tapi aqu merasa nikmat sekali. Oleh karena itu aqu selalu memintanya.
Kita setiap waktu selalu melaqukan hubungan, sampai suatu waktu aqu tanpa sengaja dalam bergerak keluar masuk terlalu keras mendorong kemaluanku ke dalam kemaluan. Miska menjerit dan aqu pun terkejut, sebab kemaluanku bisa masuk semua. Aqu berhenti dan mengeluarkan batang kemaluanku. Ada darah di seputar kemaluanku, kemaluan Miska berdarah. Dia menangis lalu ke kamar mandi mencuci darah. Jalannya agak aneh, kata dia kemaluannya sakit.
Aqu jadi taqut. Kalau dia berjalan seperti itu, nanti ibunya curiga dan tanya kenapa jalannya agak ngengkang. Miska kuajak latihan jalan dan turun tanggal lalu jalan ke sekitar kompleks. Lama-lama jalannya mulai normal dan kita kembali ke rumah.
Sejak saat itu hampir sebulan kita tidak melaqukan aktivitas sex. Tetapi karena sudah mengenal rasa yg nikmat aqu kembali mengajak Miska untuk berkativitas sex lagi. Miska tidak menolak dan kata dia sakitnya sudah hilang. Aqu kembali mencoba memasukkan kemaluanku, tetapi gagal. Baru kuingat harus dioelsi cream. Setelah dioles cream, kemaluanku lebih mudah masuk ke dalam kemaluan Miska. Aqu pelan-pelan mendorong masuk kemaluanku dan ternyata sampai semua masuk tertelan. Aqu merasakan sensasi rasa yg nikmat. Miska masih merasakan sakit, tetapi katanya sudah tidak terlalu sakit seperti yg dulu. Aqu perlahan-lahan melaqukan gerakan memompa, rasanya enak sekali. Gerakan aqu percepat dan tidak lama kemudian aqu menapai klimaks dan kemaluanku melemas di dalam kemaluan Miska. Miska mengatakan dia tidak merasakan enak. Malah dia bilang lebih enak dioral, dari pada ditusuk-tusuk. Dia minta aqu mengoral setelah aqu mencapai klimaks tadi.
Kegiatan kita selanjutnya hampir setiap hari selalu melaqukan hubungan badan, tetapi Miska minta dioral dulu. Aqu merasakan jika aqu oral dulu, kemaluanku lebih mudah masuk karena kemaluannya terasa lebih licin.
Kita tidak lagi menonton filem dewasa karena sudah tahu dan merasakan nikmatnya seperti yg dimainkan di filem itu. Kita semakin akrab dan berlangsung sampai ke kelas 6. Badan Miska sudah semakin besar dan dia mulai mempunyai buah dada, walaupun pun kecil.
Suatu hari Miska memperkenalkan rekannya, Oktavia. Dia tinggal di kompleks rumah susun ini tetapi agak jauh dari blok kita. Oktavia adalah rekan sekelas Miska. Oktavia cantik, lebih putih dan kelihatannya lebih berkembang dibanding Miska.
Miska membocorkan kepada Oktavia, bahwa kita sering nonton filem dewasa. Oktavia menurut Miska belum pernah nonton filem gituan. Dia ingin tahu seperti apa, filem dewasa. Miska memintaqu memutar filem dewasa. Rumah kita kunci dan aqu memilih filem dewasa Asia.
Suara dari TV kita kecilkan, khawatir ada orang bisa mendengar dari luar. Oktavia duduk berdekatan dgn Miska sedang aqu duduk di kursi terpisah. Oktavia menutup mulut dan hidungnya setiap kali ada adegan yg vulgar. Reaksinya berbeda dgn Miska yg waktu itu menutup matanya.
Setelah filem selesai diputar muka Oktavia kelihatan bersemu merah. “ Serem,” katanya. Kita kemudian terlibat ngobrol seperti biasa obrolan bocah-bocah. Menjelang sore Oktavia pamit pulang.
Aqu menarik Miska, dan menegurnya kenapa dia sampai membocorkan rahasia di rumah ini. Kalau ketahuan apalagi di sekolah. Kita bisa malu. Miska mengatakan bahwa Oktavia adalah rekan sebangkunya. Oktavia sendiri yg bercerita bahwa dia pengin melihat filem dewasa. Menurut istilah mereka bokep. Di rumahnya walaupun ada DVD tapi karena banyak orang tidak mungkin memutar filem seperti itu. Di sekolah banyak temen-temennya punya filem bokep.
“ Jadi aqu tawari, kalau mau nonton filem gituan, di rumah ku ada,” kata Miska.
Dia berjanji akan menjaga rahasia.
“ Bocah perempuan kan malu kalau cerita-cerita soal filem bokep, emang lelaki yg mulutnya ngablak,” kata Miska. Perkataan Miska ada benarnya, perempuan lebih kuat menjaga rahasia soal onerdil dalam.
Acara kita jadi berubah sering nonton filem bokep. Kita jadi terbiasa dan muka Oktavia tidak merah lagi. Sampai suatu hari Oktavia ngomong, “gimana sih rasanya, kok kelihatannya mereka keenakan.”
Aqu langsung terdiam dan saling pandang dgn Miska. “ Emangnya kamu pengin tahu rasanya “ tanya Miska.
“Ehmm gimana ya, pengin tahu aja, abis penasaran liatnya kok mereka sampai teriak-teriak,” kata Oktavia polos.
Miska lancang sekali rasanya waktu itu. Dia bilang ama Oktavia, kalau mau tahu rasanya harus bisa pegang rahasia. “ Emang rasanya bisa dirahasiakan, gimana sih gue nggak ngerti,” kata Oktavia polos.
Dasar kita pada waktu itu masih bocah-bocah polos, jadi kurang bisa berbicara diplomatis. “ Kalau kamu janji pegang rahasia, nanti bakal tahu rasanya,” kata Miska. Aqu berdebar-debar dan salah tingkah. Aqu tidak menygka Miska bisa bicara senekat itu.
“Ya deh gue swuer bakal pegang rahasia, tapi apaan sih,” kata Oktavia polos.
Miska menjelaskan kepada Oktavia bahwa aqu bisa mengajari Oktavia untuk merasakan. Miska nyrocos begitu saja tanpa minta persetujuan ku. Aqu jadi belingsatan. Aqu merasa rikuh dan tidak tahu harus ngomong apa.
“ emang kamu ngerti bisa ngajari aqu supaya tahu rasa kayak yg difilem itu,” tanya Oktavia.
Belum aqu menjawab, Miska sudah memotong pembicaraan dgn mengatakan, “udahlah tenang aja.”
Miska menjelaskan untuk mau diajari, Oktavia tidak boleh malu, harus mau telanjang seperti di filem itu. Oktavia terperanjat, mukanya merah. Tapi dia sepertinya sudah terjebak oleh kata-katanya sendiri, sehingga tidak bisa berkata apa-apa. Miska mulai membuka kancing baju Oktavia. Diperlaqukan begitu Oktavia bingung. Dia agak menahan-nahan gerak Miska.
Melihat keraguan Oktavia, Miska lalu berdiri dan segera membuka semua bajunya sendiri dan celana dalamnya sampai dia telanjang bulat. Oktavia makin bingung dan terpaksa merelakan tubuhnya dikuliti Miska. Setelah mereka telanjang bulat, Miska mengajak Oktavia ke kamar mandi untuk mencuci bagian vitalnya. Oktavia kembali dan berjalan sambil menutup kemaluan dan dadanya.
Miska memerintahkan Oktavia yg masih kebingungan untuk duduk di sofa dan merenggangkan kedua kakinya. Tangannya masih tetap menutup kemaluannya. Oktavia lalu memerintahkan aqu untuk mengoral Oktavia. Aqu walaupun rikuh tapi terangsang juga. Body Oktavia harus kuaqui lebih bagus dari Miska yg cenerung kerempeng. Oktavia lebih berisi.
“Lu diam saja dan kalau malu tutup mata,” kata Miska sambil mendorong tubuh Oktavia agar bersandar ke sofa. Miska memerintahkan aqu segera memulai. Ku pegang kedua paha Oktavia. Oktavia terkejut, lalu diam. Badannya kaqu dan dingin.
Ketrampilanku mengoral sudah canggih berkat latihan lama bersama Miska. Aqu mulai menjilati sekitar kemaluan Oktavia yg tampak gemuk dan gundul. Oktavia memegang kepalaqu seperti gerakan menahan. Dia merasa kegelian. Aqu tahu karena mungkin belum dicium teteknya. Aqu lalu naik memegang kedua buah dadanya yg sudah tumbuh cukup besar, paling tidak lebih besar dari milik Miska yg baru tumbuh.
Sewaktu tanganku meremas buah dada Oktavia, tanggannya seperti agak menahan tanganku, tapi aqu tetap bisa meremas kedua buah dadanya. Aqu kemudian mulai menjilati kedua putingnya yg kecil. Oktavia merintih kegelian. Tetapi tidak lama kemudian dia memegang kedua kepala ku dan badannya mengeliat-geliat. Buah dada Oktavia rasanya kenyal sekali, aqu suka sekali.
Sambil menyiumi kedua susunya, tanganku memainkan kemaluannya dan menyentuh di bagian yg pada Miska dirasa paling geli dan enak. Setiap kali bagian itu tersentuh, Oktavia menggelinjang.
Setelah puas menciumi buah dada, aqu mulai turun ke perut dan langsung ke bagian kemaluan yg membuat Oktavia selalu bergelinjang jika tersentuh. Oktavia bingung, sampai dia bangkit ingin melihat apa yg akan aqu laqukan. “ Ih apa nggak jorok sih,” katanya. Miska mendorong tubuh Oktavia sampai dia bersandar lagi.
Aqu mulai memainkan lidah di kemaluan Oktavia . aqu paham benar bagian mana yg harus dijilat. Oktavia mengelinjang sambil terus berdesis-desis. Dia berkata lirih, “ aduh enak banget….”
Tidak lama kemudian Oktavia berteriak “ aqu mau pipis, aduh-aduh.”
Aqu tahu bahwa dia akan mencapai kepuasan, maka aqu terus membenamkan kepala keselangkangannya. Oktavia lalu bergetar badannya dan kakinya menjepit kepalaqu lalu tangannya menekan kepalaqu. Kemaluannya berdenyut-denyut.
Selesai klimaks Oktavia terduduk lemas. Miska menanyakan gimana rasanya, “Enak ?”
Oktavia hanya mengangguk . “ Gila enak bener, seumur-umur gua belum pernah ngrasain yg kayak gini.,” kata Oktavia.
Aqu lalu duduk kembali di kursi dan membiarkan kedua perempuan itu jalan ke kamar mandi. Mereka mencuci onderdilnya.
Sejak saat itu Oktavia rajin main bersama kita dan selalu mendapat service oral. Dia kemudian juga mengoralku diajari Miska. Tetapi aqu sekarang jadi melayani dua perempuan. Nggak disangka ternyata nafsu Oktavia lebih besar dari Miska. Sebab dia kadang-kadang minta sampai dua kali dioral dalam sehari. Lidahku jadi kelu menuruti kemauannya.
Aqu menawarkan Oktavia untuk bermain seperti di filem yaitu memasukkan kemaluan ke dalam kemaluannya. Oktavia ragu, karena dia merasa dia tidak punya lubang kemaluan sebesar yg tampil di filem. Aqu bilang bahwa milikku juga tidak sebesar yg difilem. Mungkin karena nafsunya dan rasa penasaran, Oktavia kemudian bersedia mencoba.
Seperti juga Miska, aqu tidak bisa sekali jalan membenamkan kemaluanku . Perlu waktu sampai hampir sebulan kemaluanku baru masuk penuh kedalam kemaluan Oktavia. Jadinya Oktavia malah ketagihan. Aqu pada waktu itu tidak mengerti bahwa wanita juga harus dilayani klimaksnya dalam persetubuhan. Tapi aqu perhatikan kadang-kadang Oktavia menjerit lirih, tapi kadang-kadang usai permainan dia diam saja. Oktavia hampir setiap hari selalu minta jatah. Kita sering main bertiga. Jadi aqu bisa sampai klimaks dua kali.
Sejauh itu aqu belum mengeluarkan air mani pada saat klimaks. Tetapi kuperhatikan kemaluanku selalu basah kuyup jika kulepas dari gengaman kemaluan mereka berdua. Katanya mereka juga belum mendapat menstruasi.
Kita terus berintim ria sampai aqu SMP dan mulai memancarkan air mani dan Mereka mendapat menstruasi. Aqu tidak tahu bahwa air mani yg kulepas di dalam kemaluan merka bisa mengakibatkan hamil. Tapi sejauh itu mereka tidak hamil, sampai akhirnya aqu pindah bersama orang tuaqu yg membeli rumah baru agak di pinggir kota. Miska pun kabarnya juga sudah tidak tinggal di rumah susun. Bagi Miska dan Oktavia jika membaca cerita ini, aqu minta maaf menyebut nama kamu tanpa kuganti. Kurasa tidak bakal ada orang yg tahu kisah kita. Itu juga sudah terjadi lama sekali, sewaktu kita masih kbocah-kbocah.
Suatu hari unit di depan rumahku ditempati orang baru. Sewaktu datang berkenalan ke rumah ku, mereka kuketahui adalah Ibu muda yg baru bercerai, mempunyai bocah satu orang perempuan, sepantaran dgn aqu, namannya Miska.
Ibu muda itu juga bekerja, sehingga Miska juga ditinggal sendiri di rumah jika siang hari. Ibunya mengikuti cara ibuku yakni meminta bocahnya beli lauk atau bahkan termasuk nasinya di bawah di warung Mpok warung.
Awalnya aqu malu mau mengajak main Miska, karena dia perempuan, sedang aqu lelaki. Tetapi Miska yg mulai mengajakku main. Dia mulanya menunjukkan kepada ku beberapa mainannya. Dia tidak seperti bocah perempuan sebab mainannya bukan boneka, tetapi robot-robot dan mobil model. Aqu tentu saja senang bermain seperti itu, karena aqu juga suka robot-robotan dan mobil-mobilan. Kita akhirnya setiap hari main berdua. Karena pintu rumah kita berhadap-hadapan, jadi kalau tidak main di rumahnya maka dialah yg main ke rumah ku.
Walaupun dia perempuan dan aqu lelaki, tidak ada rasa seperti orang berpacaran. Mungkin karena umur kita masih muda maka hal-hal seperti itu tidak terpikirkan. Malah kadang-kadang aqu tidur bareng, maksudku karena ngantuk kita sering tidur di sofa, tapi bukan tidur berhimpitan. Kadang aqu tidur di bawah dia tidur di sofa.
Lantai atas rumah susun tempat kita kalau siang sepi sekali. Selain karena tidak ada bocah-bocah yg main naik sampai ke lantai atas, penghuni rumah susun semuanya bekerja.
Kita sering memutar vcd, tetapi ya cerita yg berkaitan dgn kegemaran bocah-bocah. Sampai suatu hari aqu secara tidak sengaja menemukan VCD dewasa yg tertinggal di dalam player. Aqu terkejut dan antusias sekali menonton taygan yg baru pertama kali kulihat. Walaupun masih kecil aqu terangsang juga melihat adegan-adegan yg ditaygkan.
Setelah selesai menonton aqu penasaran ingin memberitahu Miska mengenai filem dewasa. Aqu mengajaknya menonton filem dewasa. Aqu memberi tahu Miska bahwa aqu punya filem baru yg bagus. Selesai makan siang aqu mulai memutar filem dewasa itu. Mulanya adegan mesra, aqu mengenalnya setelah dewasa adegan awal itu adalah x satu. Filemnya memang mempunyai alur cerita, menjelang pertengahan kemesraan bertambah hot dan adegan pasangan mulai bugil. Miska menutup mata, katanya jorok. Tapi itu hanya sebentar, karena aqu biarkan saja dia menutup matanya. Setelah itu kemudian dia juga nonton lagi. Menjelang bagian akhir terpampanglah adegan XXX yg memperlihatkan adegan orang berhubungan sex dgn taygan yg detil mengenai alat kelamin pria dan wanita. Miska kembali menjerit dan menutup mata, tapi dia nonton lagi sampai filemnya habis.
Selesai menonton kita terdiam. Aqu tanya Miska, apa dia pernah menonton filem seperti itu. Dia hanya menggelengkan kepala. Miska kelihatannya shock dgn adegan-adegan filem itu.
Setelah menonton filem kita kembali bermain seperti biasa. Dan tidak ada kejadian yg aneh. Besoknya Miska tanya, apa ada lagi filem seperti yg kemarin. Aqu mencari di tumpukan VCD, tidak ada lagi. Bahkan filem yg kemarin pun sudah tidak tahu disimpan dimana.
Aqu memang penasaran dgn filem dewasa, maka aqu mencari-cari di lemari orang tuaqu, sampai ke koper yg diletakkan di bagian atas. Ternyata di koper itu banyak sekali filem-filem dewasa. Orang tuaqu berpikir mungkin aqu tidak bakal menjangkau koper di atas lemari, karena tempat tinggi tidak mungkin dijangkau oleh bocah sebesar aqu.
Aqu datangi Miska dan mengatakan bahwa aqu punya filem dewasa lagi. Dia antusias mengajakku menonton lagi. Aqu memutar filem-filem koleksi orang tuaqu. Akhirnya hampir setiap siang kita berdua kerjanya menonton filem dewasa. Aqu memang terangsang karena kemaluanku berdiri waktu menyaksikan adegan sex, aqu tidak tahu Miska apakah dia juga terangsang. Aqu pikir perempuan tidak terangsang, karena setahuku tidak punya kemaluan jadi tidak ada yg menegang.
Sejak menonton filem dewasa rasa ingin tahuku mengenai sex jadi menggebu-gebu. Aqu ingin melihat kemaluan wanita itu sesungguhnya seperti apa. Mungkinkah Miska bisa dibujuk untuk memperlihatkan kemaluannya, rasanya aqu tidak punya keberanian meminta hal seperti itu kepada Miska.
Sampai suatu hari Miska bertanya kepadaqu, bagaimana sih bentuk kemaluan laki-laki. Aqu terkesiap dan menjawab, ya seperti yg difilem itu. “Boleh nggak aqu lihat kamu punya, “ katanya.
Mendengar pertanyaannya kemaluanku langsung menegang. Dalam benakku aqu juga ingin melihat kemaluan Miska. Aqu bilang boleh-boleh aja, tetapi tutup dulu pintu rumahmu dan di kunci, lalu aqu pun menutup pintu rumah ku dan ku kunci.
Dgn berdebar-debar aqu duduk di sofa dan pelan-pelan menurunkan celanaqu. Kemaluanku terpampang berdiri tegak. Miska memperhatikan kemaluanku dari dekat. Kata dia bentuknya lain tidak seperti di filem dan aqu punya kecil dan tidak berbulu. Aqu katakan karena masih bocah-bocah maka belum tumbuh bulu dan juga sesuai dgn besar badan bocah-bocah. Aqu memang sudah sunat sejak kelas 4 maka kemaluanku mengkilat di ujungnya.
“Ih lucu bentuknya, aqu boleh pegang nggak,” katanya. Sebelum aqu menjawab tangannya sudah meraih kemaluanku. Jarinya menekan-nekan kemaluanku yg sedang keras. Aqu merasakan sensasi kenikmatan sampai aqu tidak sadar mendesis. Miska terkejut. Dia bertanya, apakah aqu merasa sakit waktu dia pegang. Aqu katakan bukan sakit tapi rasanya enak.
Dia kemudian tidak hanya memegang batang kemaluanku tapi juga menyentuh kantong zakarku. Aqu merasa makin nikmat. Miska heran, kenapa keras seperti ada tulangnya dan dia bertanya mengenai kantung zakar. “Ini apaan ,” katanya sambil meraba kantong zakarku. Kujelaskan bahwa itu buah pelir, didalamnya ada sepasang buah pelir. Diberitahu seperti itu Miska malah menekan-nekan kantungku untuk meyakinkan apa memang benar ada dua buah di dalamnya. “ Ih lucu ya nggak kayak aqu punya,”.
Setelah dia puas memandangiku celana kunaikkan lagi. Rasa nikmat masih menjalari tubuhku. Rasanya sentuhan Miska tadi masih berbekas di kemaluanku. Aqu lalu minta Miska juga memperlihatkan kemaluannya. Dia menolak, malu katanya. Aqu langsung protes, karena Miska curang.
“Gimana ya, tapi sebentar aja ya,” katanya.
Aqu menganggukkan kepala.
Miska menurunkan celananya sampai ke lutut, lalu dia duduk di sofa. Roknya diangkat sampai ke pinggang. Aqu melihat kemaluan Miska seperti belahan pantat tetapi kecil. Kemaluan Miska juga tidak ada bulunya. Aqu makin penasaran karena yg terlihat hanya seperti belahan pantat saja. Aqu minta Miska membuka lebar kakinya, tapi dia menolak malah menaikkan celananya kembali.
Aqu kembali protes, karena Miska tadi kuperbolehkan memegang aqu punya, sedangkan dia hanya memperlihatkan sebentar saja. Aqu minta dia membuka kembali celananya sampai ke bawah sehingga bisa melebarkan kakinya. Miska terdiam sebentar lalu berdiri dan melepas seluruh celana dalamnya. Dia duduk di sofa sambil mengangkang. Aqu merangkak di depan kemaluan Miska. Terlihat bagian dalamnya berwarna merah dan di bagian bawah ada celah. Aqu juga ingin memegang kemaluan Miska. Sewaktu tanganku meraih kemaluannya, dia menepisku. Aqu kembali protes. Dia lalu membolehkan. Miska duduk bersandar sambil menutup kedua matanya dgn tangan.
Kemaluan Miska aqu buka, sehingga terlihat bagian dalamnya seperti ada daging tumbuh memanjang ke bawah. Lubang kemaluannya aqu buka, Miska protes katanya sakit. Jariku menekan-nekan bagian dalam kemaluannya . Pada bagian atas sewaktu aqu tekan-tekan Miska mendesis dan katanya geli. Aqu berpikir aneh sekali kemaluan wanita bentuknya tidak beraturan dan lubang kencingnya besar. Aqu mengira-ngira bagian lubang kencing itulah yg kalau difilem dimasuki oleh kemaluan laki-laki.
Aqu mencoba mencolok lubang kencing itu, tetapi tanganku ditarik Miska, katanya sakit. Tanganku terasa agak basah terkena cairan kemaluan Miska. Aqu kembali menekan-nekan daging yg seperti kelopak, kaqu di atasnya. Setiap kali kusentuh bagian atas itu, Miska mendesis dan katanya geli sekali.
Itulah awal kita melihat kemaluan, masing-masing . Kejadian siang itu terus terbayg-bayg. Aqu kemudian tahu setelah dewasa bahwa yg ku kira lubang kencing itu adalah kemaluan.
Kita masih sering nonton filem dewasa. Aqu tanya kepada Miska bahwa kelihatannya permainan di filem itu orangnya seperti merasa enak. Dia menjawab “kayaknya memang iya, apa nggak sakit ya.” Sebab menurut Miska sewaktu tanganku mencolok bagian dalamnya dia merasa sakit. Tapi dia mengaqu ada bagian yg kalau aqu sentuh rasanya geli-geli enak. Aqu jadi penasaran ingin tahu bagian yg mana yg dia maksud.
Aqu memintanya kembali memperlihatkan kemaluannya untuk kuperiksa bagian mana yg katanya kalau disentuh rasanya enak. Miska sekarang sudah tidak malu lagi, dia langsung membuka celananya dan duduk mengangkang di depanku. Dia menunjukkan bagian yg selalu terasa enak kalau disentuh. Aqu kemudian menekan-nekan bagian itu dgn satu jari. Miska setiap kali aqu tekan-tekan dia mendesis-desis, katanya enak sekali tapi juga geli. Aqu menekan-nekan terus, tapi lama-lama aqu bosan. Aqu minta Miska gantian memegang-pegang kemaluanku.
Kupelorotkan celanaqu dan Miska mulai mmegang-megang kemaluanku. Awalnya hanya ditekan-tekan dgn dua jari, Aqu kemudian minta dia menggenggam. Kemaluanku rasanya makin nikmat digenggam tangan Miska. Aqu minta dia menggoyg-goygkan tangan dgn gerakan seperti mengocok. Aqu sebenarnya waktu itu belum mengerti soal onani. Perintahku agar Miska mengocok waktu itu mungkin hanya naluriku saja, yg menginginkan begitu.
Aqu minta dia terus mengocok sampai datang rasa dorongan dari dalam seperti stroom dan kemaluanku berkedut-kedut. Setelah dewasa aqu tahu waktu itu aqu mengalami klimaks. Tapi kuingat waktu itu tidak ada air mani yg keluar. Aqu memang belum akil balik, sehingga mungkin belum mempunyai air mani.
Aqu sewaktu klimaks setengah berteriak. Miska terkejut dan dia langsung berhenti. Lalu bertanya. Aqu jawab rasanya enak banget, sampai diubun-ubun rasa enaknya, kata ku.
“Enak gimana sih,” tanya Miska penasaran.
Aqu tidak bisa menggambarkan bagaimana rasa enaknya, tapi pokoknya enak banget. Sejak itu setiap hari aqu minta dikocok sama Miska. Dia mau saja ku suruh begitu. Aqu kemudian ingin seperti di filem, kemaluanku ingin dioral, penasaran mau tahu rasanya.
Miska sewaktu akan meniru seperti yg difilem, dia menolak, katanya jijik. Aqu bilang aqu cuci dulu pakai sabun sampai bersih. Lama aqu membujuknya sampai akhirnya dia mau setelah kubersihkan dgn sabun. Pertama rasanya kurang enak dan agak sakit. Sebab kemaluanku seperti dia gigit. Aqu minta dia jangan menggigit, rasanya nggak enak, pakai bibir saja dan dijilat dan disedot. Miska yg mulanya agak jijik, lama-kelamaan bisa juga mengoral kemaluanku.
Aqu merasa lebih nikmat dibandingkan dgn menggunakan tangan. Semula Miska berhenti sebelum aqu mencapai nikmat. Lalu dia kuminta sampai aqu mencapai nikmat. Aqu mengerang-erang sewaktu klimaksku tiba.
Berkali-kali kemudian aqu selalu dioral Miska. Dia akkhirnya penasaran, mengenai bagaimana enaknya. Aqu menawarkan menjilati kemaluannya, tapi ku minta dicuci dulu. Dia menuruti dan setelah itu duduk mengangkang di sofa. Aqu duduk di bawahnya dan mulai mencoba menjilati. Mulanya aqu juga merasa jijik. Tapi karena tidak ada baunya aqu teruskan menjilat-jilat semua bagian kemaluannya. Miska merasa tidak nikmat, kecuali kalau lidahku menyentuh satu bagian. Dia tunjukkan bagian yg dia rasa nikmat tapi geli. Aqu mencoba menjilati bagian itu. Miska mengelinjang-gelinjang. Aqu kira dia kegelian. Aqu teruskan , tapi lama-lama lidahku capek . Sewaktu aqu berhenti Miska malah menekan kepalaqu dan menyuruh melanjutkan. Supaya lidahku tidak capek menjulur keluar mulut, maka mulutku kubekapkan saja ke kemaluan Miska, lalu lidahku kembali menjilati bagian yg diinginkan Miska. Miska kembali menggelinjang-gelinjang. Aqu memperhatikan bagian yg jika disentuh dia menggelinjang. Bagian itu terus aqu jilati sampai tiba-tiba Miska menekan kepalaqu dan dia minta aqu berhenti,
“Stop-stop,” katanya.
Miska juga mengerang lirih. Aqu bertanya mungkin dia merasa sakit. Kata dia nikmat sekali.
“ Kayak gini ya enaknya yg kamu rasakan kalau aqu isap, “kata Miska setelah itu.
“Enak banget ya.” Katanya.
Setelah itu rutiMiskas kita selalu melaqukan oral. Kadang-kadang aqu lupa habis makan pedas lalu mengoral Miska, Dia mengeluh kemaluannya terasa pedas. Aqu pun pernah begitu. Kita kemudian sepakat untuk gosok gigi dulu sebelum mengoral.
Kita sebaya belum genap berusia 10 tahun, tetapi sudah ahli mengoral masing-masing pasangan. Jika pertama dulu kita melaqukannya dgn tetap memakai baju, sekarang ikut seperti di filem kita telanjang bulat. Pada waktu itu kuingat Miska belum membesar buah dadanya, masih rata.
Setelah mengoral kita sepakat untuk mencoba memasukkan kemaluanku ke lubang kemaluannya. Miska juga ingin tahu rasanya. Setelah kita merasakan nikmatnya oral kita penasaran rasa nikmatnya jika kemaluan kita beradu.
Mengikuti apa yg digambarkan di filem, aqu mencoba menekan kemaluanku ke kemaluan Miska tapi selalu tidak berhasil. Miska juga merasa kesakitan. Setelah sekian kali gagal aqu berpikir mungkin perlu pelicin. Aqu mengolesi kepala kemaluanku dgn hand body lotion.
Aqu mencoba lagi dan menekan pelan-pelan tepat di lubang kemaluan Miska. Kepala kemaluanku tenggelam. Nikmat mulai menjalar di tubuhku. Aqu menekan terus, tetapi Miska menjerit kesakitan. Dia menangis, sakit, katanya. Kita pun berhenti. Aqu kecewa karena rasa nikmat sewaktu kepala kemaluanku tadi masuk tidak tuntas.
Besoknya aqu masih penasaran. Kita mencoba lagi dgn aqu mengolesi cream. Kepala kemaluanku bisa terbenam, Miska tetap mengeluh sakit, tetapi tidak seperti kemarin. Sewaktu kudorong lagi, Miska menahanku, katanya sakit sekali. Padahal kemaluanku terasa lebih banyak tengelam di kemaluan Miska. Kita berhenti lagi dan aqu kembali kecewa.
Kita laqukan hal itu berulang-ulang sampai mungkin seminggu. Sewaktu sudah seminggu kemaluanku bisa masuk sekitar setengah batang. Aqu tidak bisa maju lagi karena rasanya seperti buntu. Jika kupaksakan kata Miska sakit. Tapi kalau tidak kupaksa dia tidak merasa sakit. Aqu kemudian memaju mundurkan setengah batangku keluar masuk. Nikmatnya luar biasa, lebih nikmat dari pada di oral. Aqu sampai mencapai klimaks.
Aqu mengira lubang kemaluan Miska sudah buntu karena masih kecil. Jadi belum bisa menerima kemaluanku sepenuhnya. Miska tidak merasakan nikmat, jika aqu masukkan kemaluanku. Tapi aqu merasa nikmat sekali. Oleh karena itu aqu selalu memintanya.
Kita setiap waktu selalu melaqukan hubungan, sampai suatu waktu aqu tanpa sengaja dalam bergerak keluar masuk terlalu keras mendorong kemaluanku ke dalam kemaluan. Miska menjerit dan aqu pun terkejut, sebab kemaluanku bisa masuk semua. Aqu berhenti dan mengeluarkan batang kemaluanku. Ada darah di seputar kemaluanku, kemaluan Miska berdarah. Dia menangis lalu ke kamar mandi mencuci darah. Jalannya agak aneh, kata dia kemaluannya sakit.
Aqu jadi taqut. Kalau dia berjalan seperti itu, nanti ibunya curiga dan tanya kenapa jalannya agak ngengkang. Miska kuajak latihan jalan dan turun tanggal lalu jalan ke sekitar kompleks. Lama-lama jalannya mulai normal dan kita kembali ke rumah.
Sejak saat itu hampir sebulan kita tidak melaqukan aktivitas sex. Tetapi karena sudah mengenal rasa yg nikmat aqu kembali mengajak Miska untuk berkativitas sex lagi. Miska tidak menolak dan kata dia sakitnya sudah hilang. Aqu kembali mencoba memasukkan kemaluanku, tetapi gagal. Baru kuingat harus dioelsi cream. Setelah dioles cream, kemaluanku lebih mudah masuk ke dalam kemaluan Miska. Aqu pelan-pelan mendorong masuk kemaluanku dan ternyata sampai semua masuk tertelan. Aqu merasakan sensasi rasa yg nikmat. Miska masih merasakan sakit, tetapi katanya sudah tidak terlalu sakit seperti yg dulu. Aqu perlahan-lahan melaqukan gerakan memompa, rasanya enak sekali. Gerakan aqu percepat dan tidak lama kemudian aqu menapai klimaks dan kemaluanku melemas di dalam kemaluan Miska. Miska mengatakan dia tidak merasakan enak. Malah dia bilang lebih enak dioral, dari pada ditusuk-tusuk. Dia minta aqu mengoral setelah aqu mencapai klimaks tadi.
Kegiatan kita selanjutnya hampir setiap hari selalu melaqukan hubungan badan, tetapi Miska minta dioral dulu. Aqu merasakan jika aqu oral dulu, kemaluanku lebih mudah masuk karena kemaluannya terasa lebih licin.
Kita tidak lagi menonton filem dewasa karena sudah tahu dan merasakan nikmatnya seperti yg dimainkan di filem itu. Kita semakin akrab dan berlangsung sampai ke kelas 6. Badan Miska sudah semakin besar dan dia mulai mempunyai buah dada, walaupun pun kecil.
Suatu hari Miska memperkenalkan rekannya, Oktavia. Dia tinggal di kompleks rumah susun ini tetapi agak jauh dari blok kita. Oktavia adalah rekan sekelas Miska. Oktavia cantik, lebih putih dan kelihatannya lebih berkembang dibanding Miska.
Miska membocorkan kepada Oktavia, bahwa kita sering nonton filem dewasa. Oktavia menurut Miska belum pernah nonton filem gituan. Dia ingin tahu seperti apa, filem dewasa. Miska memintaqu memutar filem dewasa. Rumah kita kunci dan aqu memilih filem dewasa Asia.
Suara dari TV kita kecilkan, khawatir ada orang bisa mendengar dari luar. Oktavia duduk berdekatan dgn Miska sedang aqu duduk di kursi terpisah. Oktavia menutup mulut dan hidungnya setiap kali ada adegan yg vulgar. Reaksinya berbeda dgn Miska yg waktu itu menutup matanya.
Setelah filem selesai diputar muka Oktavia kelihatan bersemu merah. “ Serem,” katanya. Kita kemudian terlibat ngobrol seperti biasa obrolan bocah-bocah. Menjelang sore Oktavia pamit pulang.
Aqu menarik Miska, dan menegurnya kenapa dia sampai membocorkan rahasia di rumah ini. Kalau ketahuan apalagi di sekolah. Kita bisa malu. Miska mengatakan bahwa Oktavia adalah rekan sebangkunya. Oktavia sendiri yg bercerita bahwa dia pengin melihat filem dewasa. Menurut istilah mereka bokep. Di rumahnya walaupun ada DVD tapi karena banyak orang tidak mungkin memutar filem seperti itu. Di sekolah banyak temen-temennya punya filem bokep.
“ Jadi aqu tawari, kalau mau nonton filem gituan, di rumah ku ada,” kata Miska.
Dia berjanji akan menjaga rahasia.
“ Bocah perempuan kan malu kalau cerita-cerita soal filem bokep, emang lelaki yg mulutnya ngablak,” kata Miska. Perkataan Miska ada benarnya, perempuan lebih kuat menjaga rahasia soal onerdil dalam.
Acara kita jadi berubah sering nonton filem bokep. Kita jadi terbiasa dan muka Oktavia tidak merah lagi. Sampai suatu hari Oktavia ngomong, “gimana sih rasanya, kok kelihatannya mereka keenakan.”
Aqu langsung terdiam dan saling pandang dgn Miska. “ Emangnya kamu pengin tahu rasanya “ tanya Miska.
“Ehmm gimana ya, pengin tahu aja, abis penasaran liatnya kok mereka sampai teriak-teriak,” kata Oktavia polos.
Miska lancang sekali rasanya waktu itu. Dia bilang ama Oktavia, kalau mau tahu rasanya harus bisa pegang rahasia. “ Emang rasanya bisa dirahasiakan, gimana sih gue nggak ngerti,” kata Oktavia polos.
Dasar kita pada waktu itu masih bocah-bocah polos, jadi kurang bisa berbicara diplomatis. “ Kalau kamu janji pegang rahasia, nanti bakal tahu rasanya,” kata Miska. Aqu berdebar-debar dan salah tingkah. Aqu tidak menygka Miska bisa bicara senekat itu.
“Ya deh gue swuer bakal pegang rahasia, tapi apaan sih,” kata Oktavia polos.
Miska menjelaskan kepada Oktavia bahwa aqu bisa mengajari Oktavia untuk merasakan. Miska nyrocos begitu saja tanpa minta persetujuan ku. Aqu jadi belingsatan. Aqu merasa rikuh dan tidak tahu harus ngomong apa.
“ emang kamu ngerti bisa ngajari aqu supaya tahu rasa kayak yg difilem itu,” tanya Oktavia.
Belum aqu menjawab, Miska sudah memotong pembicaraan dgn mengatakan, “udahlah tenang aja.”
Miska menjelaskan untuk mau diajari, Oktavia tidak boleh malu, harus mau telanjang seperti di filem itu. Oktavia terperanjat, mukanya merah. Tapi dia sepertinya sudah terjebak oleh kata-katanya sendiri, sehingga tidak bisa berkata apa-apa. Miska mulai membuka kancing baju Oktavia. Diperlaqukan begitu Oktavia bingung. Dia agak menahan-nahan gerak Miska.
Melihat keraguan Oktavia, Miska lalu berdiri dan segera membuka semua bajunya sendiri dan celana dalamnya sampai dia telanjang bulat. Oktavia makin bingung dan terpaksa merelakan tubuhnya dikuliti Miska. Setelah mereka telanjang bulat, Miska mengajak Oktavia ke kamar mandi untuk mencuci bagian vitalnya. Oktavia kembali dan berjalan sambil menutup kemaluan dan dadanya.
Miska memerintahkan Oktavia yg masih kebingungan untuk duduk di sofa dan merenggangkan kedua kakinya. Tangannya masih tetap menutup kemaluannya. Oktavia lalu memerintahkan aqu untuk mengoral Oktavia. Aqu walaupun rikuh tapi terangsang juga. Body Oktavia harus kuaqui lebih bagus dari Miska yg cenerung kerempeng. Oktavia lebih berisi.
“Lu diam saja dan kalau malu tutup mata,” kata Miska sambil mendorong tubuh Oktavia agar bersandar ke sofa. Miska memerintahkan aqu segera memulai. Ku pegang kedua paha Oktavia. Oktavia terkejut, lalu diam. Badannya kaqu dan dingin.
Ketrampilanku mengoral sudah canggih berkat latihan lama bersama Miska. Aqu mulai menjilati sekitar kemaluan Oktavia yg tampak gemuk dan gundul. Oktavia memegang kepalaqu seperti gerakan menahan. Dia merasa kegelian. Aqu tahu karena mungkin belum dicium teteknya. Aqu lalu naik memegang kedua buah dadanya yg sudah tumbuh cukup besar, paling tidak lebih besar dari milik Miska yg baru tumbuh.
Sewaktu tanganku meremas buah dada Oktavia, tanggannya seperti agak menahan tanganku, tapi aqu tetap bisa meremas kedua buah dadanya. Aqu kemudian mulai menjilati kedua putingnya yg kecil. Oktavia merintih kegelian. Tetapi tidak lama kemudian dia memegang kedua kepala ku dan badannya mengeliat-geliat. Buah dada Oktavia rasanya kenyal sekali, aqu suka sekali.
Sambil menyiumi kedua susunya, tanganku memainkan kemaluannya dan menyentuh di bagian yg pada Miska dirasa paling geli dan enak. Setiap kali bagian itu tersentuh, Oktavia menggelinjang.
Setelah puas menciumi buah dada, aqu mulai turun ke perut dan langsung ke bagian kemaluan yg membuat Oktavia selalu bergelinjang jika tersentuh. Oktavia bingung, sampai dia bangkit ingin melihat apa yg akan aqu laqukan. “ Ih apa nggak jorok sih,” katanya. Miska mendorong tubuh Oktavia sampai dia bersandar lagi.
Aqu mulai memainkan lidah di kemaluan Oktavia . aqu paham benar bagian mana yg harus dijilat. Oktavia mengelinjang sambil terus berdesis-desis. Dia berkata lirih, “ aduh enak banget….”
Tidak lama kemudian Oktavia berteriak “ aqu mau pipis, aduh-aduh.”
Aqu tahu bahwa dia akan mencapai kepuasan, maka aqu terus membenamkan kepala keselangkangannya. Oktavia lalu bergetar badannya dan kakinya menjepit kepalaqu lalu tangannya menekan kepalaqu. Kemaluannya berdenyut-denyut.
Selesai klimaks Oktavia terduduk lemas. Miska menanyakan gimana rasanya, “Enak ?”
Oktavia hanya mengangguk . “ Gila enak bener, seumur-umur gua belum pernah ngrasain yg kayak gini.,” kata Oktavia.
Aqu lalu duduk kembali di kursi dan membiarkan kedua perempuan itu jalan ke kamar mandi. Mereka mencuci onderdilnya.
Sejak saat itu Oktavia rajin main bersama kita dan selalu mendapat service oral. Dia kemudian juga mengoralku diajari Miska. Tetapi aqu sekarang jadi melayani dua perempuan. Nggak disangka ternyata nafsu Oktavia lebih besar dari Miska. Sebab dia kadang-kadang minta sampai dua kali dioral dalam sehari. Lidahku jadi kelu menuruti kemauannya.
Aqu menawarkan Oktavia untuk bermain seperti di filem yaitu memasukkan kemaluan ke dalam kemaluannya. Oktavia ragu, karena dia merasa dia tidak punya lubang kemaluan sebesar yg tampil di filem. Aqu bilang bahwa milikku juga tidak sebesar yg difilem. Mungkin karena nafsunya dan rasa penasaran, Oktavia kemudian bersedia mencoba.
Seperti juga Miska, aqu tidak bisa sekali jalan membenamkan kemaluanku . Perlu waktu sampai hampir sebulan kemaluanku baru masuk penuh kedalam kemaluan Oktavia. Jadinya Oktavia malah ketagihan. Aqu pada waktu itu tidak mengerti bahwa wanita juga harus dilayani klimaksnya dalam persetubuhan. Tapi aqu perhatikan kadang-kadang Oktavia menjerit lirih, tapi kadang-kadang usai permainan dia diam saja. Oktavia hampir setiap hari selalu minta jatah. Kita sering main bertiga. Jadi aqu bisa sampai klimaks dua kali.
Sejauh itu aqu belum mengeluarkan air mani pada saat klimaks. Tetapi kuperhatikan kemaluanku selalu basah kuyup jika kulepas dari gengaman kemaluan mereka berdua. Katanya mereka juga belum mendapat menstruasi.
Kita terus berintim ria sampai aqu SMP dan mulai memancarkan air mani dan Mereka mendapat menstruasi. Aqu tidak tahu bahwa air mani yg kulepas di dalam kemaluan merka bisa mengakibatkan hamil. Tapi sejauh itu mereka tidak hamil, sampai akhirnya aqu pindah bersama orang tuaqu yg membeli rumah baru agak di pinggir kota. Miska pun kabarnya juga sudah tidak tinggal di rumah susun. Bagi Miska dan Oktavia jika membaca cerita ini, aqu minta maaf menyebut nama kamu tanpa kuganti. Kurasa tidak bakal ada orang yg tahu kisah kita. Itu juga sudah terjadi lama sekali, sewaktu kita masih kbocah-kbocah.
0 comments:
Post a Comment