Fgila CERITA ASIK ~ KUMPULAN CERITA ASIK
WWW.METROQQ.COM HADIR DENGAN 5 BANK, BCA, MANDIRI, BNI, BRI, DANAMON

Sunday, October 23, 2016

CERITA ASIK

VANIA SAYANK AYAH SELALU

Selepas SMA, Vania, waktu itu 20 tahun, melanjutkan studinya ke Akademi Sekretaris ternama di Bandung. Dgn wajah sangat cantik, badan tinggi semampai, dan kemampuan akademis yg cukup baik, pantaslah kalau Vania memasuki akademi tersebut. Kekasih Vania sejak SMA, Purnomo, tetap setia dan semakin serius dalam menjalin hubungan dgn Vania.

VIPMANDIRIQQ
Mau kemana lagi, Van?” tanya Purnomo sambil melirik ke Vania.

“Pulang, ah.. Aku capek sehabis ujian tadi,” jawab Vania sambil bersandar pada jok mobil, matanya terpejam.

Purnomo sekilas melirik pada paha Vania yg putih mulus. Rok mini yg dipakai Vania naik tersingkap dgn posisi duduk Vania tersebut.

“Van, kita ke motel dulu, ya..?” ajak Purnomo.

“Yee, kamu sange ya?” kata Vania melirik Purnomo sambil tersenyum.

“Habisnya aku tak tahan melihat kamu…” kata Purnomo sambil tersenyum pula.

“Ya sudah, mau dimana?” tanya Vania sambil tangannya mengelus paha Purnomo yg sedang mengemudi.

Purnomo tak menjawab. Hanya senyuman saja yg tampak di wajahnya sementara mobil diarahkannya menuju sebuah motel..

“Buka dong semua pakaian kamu,” kata Purnomo sementara dia sendiri melucuti semua pakaiannya.

“Ih dasar otak sange!” kata Vania tersenyum sambil melepas seragam kuliahnya.

“Aku cinta kamu..” kata Purnomo sambil memeluk badan telanjang Vania dari belakang.

Satu tangan meremas buah dada Vania, sementara satu tangan mengelus dan mengusap kemaluannya.

“Mmhh…” desah Vania sambil terpejam. Tangan Vania menggenggam kemaluan Purnomo yg sudah tegak dan sesekali mengenai belahan pantatnya.

“Mmhh.. Enak sayang…” bisik Purnomo ketika Vania mengocok kemaluannya.

Vania tersenyum dan langsung membalikkan badannya menghadap Purnomo lalu mengecup bibirnya. Purnomo membalas kecupan bibir Vania dgn hangat.

“Hisap, dong…” bisik Purnomo di telingan Vania.

Vania tersenyum sambil merendahkan badannya dan langsung berjongkok. Wajahnya tepat di depan kemaluan Purnomo yg sudah berdiri tegak. Lidah Vania mulai menjilati kepala kemaluan Purnomo sementara tangannya tetap mengocok gagangnya.

“Ohh.. Enak sayang…” bisik Purnomo sambil memompa kemaluannya pelan ketika Vania mulai mengulum gagang kemaluannya.Jilatan, hisapan serta kocokan tangan Vania pada kemaluannya membuat Purnomo mengejang menahan nikmat.

“Gantian dong…” kata Vania sambil bangkit setelah beberapa waktu.

Vania bersandar ke dinding sambil berdiri. Purnomo jongkok lalu diciumnya bulu kemaluan Vania. Vania memejamkan matanya dan melebarkan kakinya ketika lidah Purnomo mulai menelusuri belahan kemaluannya.

“Oww.. Enak banget, sayang,” kata Vania sambil memegang kepala Purnomo dan mendesakan ke kemaluannya.

Pinggulnya bergerak naik turun ketika lidah Purnomo bermain di lubang kemaluan dan kelentitnya bergantian.

“Ohh.. Sshh…” desis Vania merasakan kenikmatan yg tak terhingga.

Vania terpejam dan mendongak sambil mendesakkan kepala Purnomo lebih keras ke kemaluannya ketika ada sesuatu yg sangat nikmat tiada tara yg mau keluar..

“Ohh.. Ohh.. Ohh…” Vania menjerit pelan tertahan ketika mencapai puncak orgasmenya.

Terasa ada yg menyembur hangat enak di dalam kemaluannya.

“Mmhh.. Enak sekali sayang,” kata Vania sambil agak membungkuk lalu mencium bibir Purnomo yg masih basah oleh cairan kemaluannya.

Purnomo sepertinya sudah tak tahan lagi. Setelah membalas ciuman Vania sesaat, segera ditariknya badan Vania ke atas ranjang. Vania telentang sambil membuka kakinya lebar. Dgn tak sabar Purnomo segera menaiki badannya lalu mengarahkan kemaluannya ke kemaluan Vania. Tangan Vania segera menggenggam dan membimbing kemaluan Purnomo ke lubang kemaluannya. Dgn sekali desakan, kemaluan Purnomo sudah masuk ke kemaluan Vania. Kemaluan Purnomo keluar masuk kemaluan Vania disertai bunyi khas..

“Mmhh…” Vania mendesah sambil terpejam sementara pinggulnya bergoyg mengimbangi gerakan Purnomo.

“Enak sekali, sayangghh…” desah Purnomo.

Setelah beberapa waktu dan beberapa posisi bersebadan mereka lakukan, Purnomo hampir mencapai puncak kenikmatannya. Kemaluan Purnomo semakin cepat keluar masuk kemaluan Vania. Ketika puncaknya, Purnomo segera mencabut kemaluannya lalu turun dan berdiri di pinggir ranjang. Vania yg sudah terbiasa, langsung mengerti. Kemaluan Purnomo yg masih basah oleh cairan kemaluannya segera dikulum han dihisap kuat sambil dikocok pelan. Purnomo terpejam sambil memegang kepala Vania dan mendesakkan kemaluannya agak dalam ke mulut Vania. Tak lama, crott! Crott! Crott! Air mani Purnomo tumpah di dalam mulut Vania yg terus menghisap kemaluannya.

“Wohh.. Enak sekali, sayang,” ujar Purnomo dgn nafas berat.

Vania tersenyum sambil menjilati gagang dan kepala kemaluan Purnomo dari sisa air maninya yg masih menempel. Lalu mereka berciuman..

“Cepat pulang ah…” kata Vania setelah mereka selesai berpakaian dan merapikan diri.

“Ya sayang…” kata Purnomo sambil menggandeng Vania keluar kamar.

Sesampai di rumah, Purnomo segera pulang setelah berpamitan kepada Ayah dan mama Vania.

“Lama amat sih, Van?” tanya mamanya.

“Iya, mam.. Tadi kami nyimpang dulu ke tempat makan,” kata Vania ringan sambil segera ke kamarnya untuk ganti pakaian.

Malam harinya, ketika mereka sedang nonton TV, Ayah dan Mama Vania segera bangkit dari tempat duduk karena sudah waktunya jam tidur.

“Kamu jangan terlalu malam begadang, nanti sakit kepala,” kata mamanya kepada Vania.

“Iya, Mam.. Tanggung nih film sedang seru-serunya,” kata Vania sambil matanya terus melihat TV.

Lalu mereka segera masuk kamar. Setelah beberapa menit, telinga Vania menangkap suara ranjang berderit berulang-ulang. Sebetulnya Vania sudah mengerti apa yg sedang terjadi di kamar orang tuanya. Vania bersikap cuek saja awalnya. Tapi rasa penasaran dihatinya membuat Vania ingin mengintip mereka. Segera Vania bangkit lalu mengendap mengintip dari lubang kunci. Walaupun tak terlalu jelas tapi Vania dapat melihat Ayah Mamanya sedang bersebadan.

Darah Vania berdesir karenanya. Ketika mata Vania melihat buah zakar dan kemaluan Ayahnya yg keluar masuk kemaluan Mamanya, darahnya makin berdesir. Matanya lebih jelas lagi melihat kemaluan Ayahnya ketika mereka telah selesai bersebadan, Ayahnya bangkit dan mengelap kemaluannya yg basah. Tampak jelas di mata Vania betapa kemaluan Ayahnya lebih besar dari kemaluan Purnomo. Vania segera berdiri, mematikan TV lalu segera bergegas masuk kamarnya. Di atas ranjang, Vania tak bisa memejamkan matanya. Terbayg terus persebadanan Ayah Mamanya tadi, terlebih ketika terbayg kemaluan Ayahnya yg besar.. Perasaan Vania jadi gelisah.

Sejak saat itu Vania secara sadar arau tak selalu memperhatikan gerak gerik Ayahnya. Apalagi bila Ayahnya hanya memakai kolor saja. Mata Vania selalu mencuri pandang ke paha dan selangkangan Ayahnya. Ayah Vania waktu itu berumur 43 tahun. Badannya bersih dan tegap.

Suatu malam..

“Pijitin pundak Ayah, Van.. Pegal amat,” kata Ayah Vania waktu mereka nonton TV.

“Kalau begitu Ayah duduk di bawah biar Vania gampang mijitnya,” kata Vania.

Ayahnya segera turun dari kursi lalu duduk di lantai. Vania segera memijit pundak Ayahnya sambil nonton TV.

“Mama ngantuk ah.. Mau tidur duluan, yah…” kata Mamanya sambil bangkit dan menuju kamarnya.

“Vania sayang Ayah,” bisik Vania sambil merangkulkan tangannya ke leher Ayahnya.

“Nah, biasanya suka ada maunya kalau kamu sudah begini,” kata Ayahnya sambil tersenyum dan menoleh ke Vania.

“Mm.. Vania tak minta apa-apa kok, Pa…” bisik Vania lagi manja.

“Vania hanya mau bilang kalau Vania sayang Ayah,” kata Vania sambil mencium pipi Ayahnya.

Ayahnya diam sambil tersenyum sambil tanganya memegang tangan Vania yg sedang memeluk dirinya dari belakang.

“Tumben kamu manja begini,” kata Ayahnya sambil menoleh dan menatap Vania lama.

Vania tersenyum lalu mencium pipi Ayahnya lagi berkali-kali. Darah Vania mulai berdesir.

“Ada apa sih, Van?” kata Ayahnya lagi sambil tersenyum.

Ucapan Ayahnya tak bisa terus ketika bibir mungil Vania mengecup bibirnya.

“Vania sangat sayang Ayah,” bisik Vania lirih sambil bibirnya melumat hangat bibir Ayahnya.

Ayah Vania pada awalnya kaget atas tindakan putrinya ini, tapi lama kelamaan sentuhan hangat bibir Vania bisa menghangatkan perasaan dan gairahnya. Dibalasnya ciuman Vania dgn hangat pula.

“Mm…” suara Vania terdengar pelan.

Ayah Vania bangkit lalu duduk berhadapan dgn Vania. Kembali dilumat bibir Vania dgn agak panas. Vaniapun membalasnya dgn agak panas pula. Tangan Vania bergerak ke arah selangkangan Ayahnya. Sambil tetap berciuman diremasnya pelan kemaluan Ayahnya. Terasa kemaluan Ayahnya mulai bergerak tegak dan tegang..

“Vania sayang Ayah,” kembali Vania berbisik.

“Ayah juga sama…” kata Ayahnya dgn nafas memburu.

“Jangan disini, Pa.. Nanti Mama tahu,” kata Vania sambil bangkit dan menarik tangan Ayahnya ke kamar belakang.

Ayahnya menurut mengikuti Vania. Vania langsung memeluk dan melumat bibir Ayahnya dgn liar, Ayahnyapun membalasnya semakin panas. Tangan Vania mulai berani disusupkan dan masuk ke celana kolor Ayahnya, lalu tanpa ragu menggenggam dan meremasnya pelan.

“Mmhh…” suara Ayahnya tertahan karena masih berciuman.

Vania kemudian melepaskan pelukannya lalu merendahkan badannya hingga jongkok. Diperosotkan celana kolor Ayahnya sampai lutut hingga kemaluan besarnya yg tegak tampak di depan wajahnya. Vania mengocok pelan kemaluan Ayahnya lalu segera mengulumnya. Ayahnya terpejam sambil memegang kepala Vania.

“Ohh…” desah Ayahnya.

Dimaju mundurkan kemaluannya di dalam mulut Vania. Setelah beberapa lama, badan Ayahnya bergetar lalu… Crott! Crott! Crott! Air mani Ayahnya muncrat di dalam mulut Vania. Vania dgn tenang menelannya habis. Vania lalu berdiri sambil tersenyum.

“Vania pengen, Pa..” pinta Vania berbisik.

“Tak bisa sekarang sayang,” kata Ayahnya sambil membetulkan celananya.

“Kapan, Pa?” kata Vania sambil memeluk dan mengecup bibir Ayahnya.

“Kamu pulang kuliah jam berapa?” tanya Ayahnya.

“Jam 11, Pa…”

“Kalau begitu Ayah jemput kamu di kampus jam 12 untuk makan siang, lalu kita cari tempat…” kata Ayahnya sambil tersenyum.

“Iya, Pa…” kata Vania sambil tersenyum pula.

“Kasih tahu kekasih kamu untuk tak jemput, ya?” kata Ayahnya. Vania mengangguk.

“Sekarang tidurlah,” kata Ayahnya sambil mencium bibir Vania mesra.

Besok harinya sesuai dgn rencana, Vania dijemput di kampus.

“Mau makan siang dimana?” tanya Ayahnya.

“Tak usah makan siang, Pa…” kata Vania manja.

“Langsung saja…” kata Vania tersenyum.

Ayah Vaniapun tersenyum. Mobil langsung di arahkan ke hotel. Di dalam kamar, mereka langsung berciuman. Vania menatap mata Ayahnya lalu melepas kancing kemeja Ayahnya satu demi satu.

“Biar Ayah buka sendiri biar cepat. Waktu kita sedikit sayang. Ayah harus segera ke kantor lagi,” kata Ayahnya sambil tersenyum lalau melepas semua pakaiannya.

Vania juga sama. Badan Vania telentang di atas ranjang. Ayahnya segera duduk di pinggir ranjang. Tangannya mulai mengelus dan meremas buah dada Vania. Vania terpejam menikmati belaian Ayahnya itu. Sementara tangannya dgn segera meraih kemaluan Ayahnya yg sudah tegang besar. Diremas dan dikocoknya pelan. Tangan Ayahnya mulai turun ke kemaluan Vania. Diusap dan di gosoknya kemaluan Vania dgn mesra. Lalu salah satu jarinya mulai memainkan kelentit dan lubang kemaluannya bergantian. Vania terpejam sambil menggigit bibir sementara tangannya tak henti mengocok kemaluan Ayahnya.

“Cepat masukkan, Pa…” pinta Vania.

Ayahnya tersenyum lalu bangkit dan segera menaiki badan anaknya. Disentuhkan kemaluannya ke kemaluan ke belahan kemaluan Vania. Vania menatap mata Ayahnya sambil tangannya segera meraih kemaluan dan mengarahkan ke lubang kemaluannya. Dgn sedikit desakan, kemaluan Ayahnya perlahan masuk ke kemaluan Vania. Vania terpejam merasakan rasa nikmat dari orang yg sangat disayanginya. Tak terasa air matanya mengalir di pipi.

“Ada apa sayang?” tanya Ayahnya sambil terus memompa kemaluannya.

“Vania sangat bahagia bisa bersama Ayah saat ini,” kata Vania sambil memeluk erat Ayahnya.

“Vania sangat sayang Ayah,” bisik Vania.

“Ayah juga sangat sayang kamu,” kata Ayahnya.

Vania tersenyum sambil menggoygkan pinggulnya mengimbangi gerakan pinggul Ayahnya. Kenikamatan dan sensasi yg sangat luar biasa dirasakan oleh Vania saat itu. Siang itu Vania dan Ayahnya dgn liar bersebadan bermandi peluh dan desahan serta jeritan kenikmatan. Sampai akhirnya terasa kemaluan Ayahnya berdenyut tanda akan mencapai orgasme. Dicabutnya kemaluan dari kemaluan Vania lalu digesek-gesekan ke belahan kemaluannya. Tapi Vania dgn segera bangkit dan langsung menghisap serta mengocok kemaluan Ayahnya sampai akhirnya.. Crott! Crott! Air mani Ayahnya menyembur banyak di dalam mulut Vania. Vania menelannya dgn tenang lalu tersenyum. Ayahnya lalu mencium bibir Vania.

“Kamu hebat sayang…” bisik Ayahnya.

“Lebih hebat dari Mama kamu,” kata Ayahnya lagi.

“Vania sayang Ayah…” bisik Vania sambil tersenyum.END

0 comments:

Post a Comment