THREESOME ALA ANAK KAMPUNG
Cerita sex terbaru, Aku bukan berasal dari keluarga berada. Orang tuaku adalah seorang petani biasa yg memiliki sebidang tanah dan 3 ekor sapi. Sepulang sekolah dasar, aku menggiring sapi-sapiku ke lahan di tepi hutan. Disana biasanya sudah ada Adi dan Joko. Mereka juga menggembalakan sapi.
Sambil menunggu sapi-sapi merumput kami ber-3 selalu melakukan berbagai aktivitas, seperti mencari ikan di sungai, atau menguras parit-parit kecil ( kami menyebutnya nawu) yg ada ikannya, mencari buah-buahan yg dapat dimakan seperti jambu biji, petai cina atau tebu. Anak gembala memang agak rakus, yg kami biasa menyebutnya nggragas.
Aku, Adi dan Joko kira-kira sebaya lah antara 9 sampai 11 tahun. Aku sendiri umurnya 10 tahun. Jika hari libur sekolah kami bisa seharian berada di daerah penggembalaan. Pada jam-jam makan saja kami kembali ke rumah yg memang tdk terlalu jauh.
Selain kami ber-3 kami juga sering bermain dengan anak perempuan . Mereka adalah Ina dan Laras. Kedua mereka setiap hari mencari kayu bakar di hutan dekat kami menggembala. Kadang kala kalau kami mendapat ikan, dan kami bakar, mereka ikut makan. Aku dan teman-teman juga sering membantu mereka mengumpulkan kayu bakar. Pada waktu itu tdk ada perasaan perbedaan gender. Mungkin karena kami masih anak-anak.
Bahkan kalau kami mandi di sungai mereka ikut bergabung. Kami kalau mandi tdk pernah pakai basahan, atau celana. Kami mandi telanjang. Biasanya ketika melepas celana, burung kami tutup dengan menangkupkan tangan ke bagian kemaluan lalu buru-buru terjun ke air. Ina dan Laras mereka mandi masih pakai basahan, yaitu celana dalam mereka.
Cerita sex threesome, Meskipun mereka tdk menutup bagian dada mereka, tetapi kami tdk tertarik memandangi tetek mereka. Seingatku tetek mereka berdua belum besar, meski agak sedikit lebih bengkak dari milik kami yg laki-laki.
Mungkin karena kami orang desa yg jauh dari informasi kota, jadi tdk ada rasa malu kami mandi bersama. Pada waktu itu, televisi masih terbatas hitam putih, dan masih sangat jarang orang yg memiliki. Aku sesekali menonton televisi di balai desa. Itupun di layarnya seperti banyak semutnya.
Aku ingat pada waktu itu Ina dan Laras masih duduk di kelas empat. Aku juga kelas empat tetapi beda sekolah.
Kami berlima sangat kompak dan saling membantu. Meski mereka cewek, tetapi mereka mau membantu menarik atau menggiring-sapi-sapi gembalaanku.
Namun kekompakan kami tdk berlangsung lama, karena ketika aku naik ke kelas 5 Joko tdk lagi memiliki sapi, karena dijual orang tuanya. Joko sendiri kemudian diminta membantu bertani oleh ayahnya. Adi juga tdk lagi menggembala, karena orang tuanya ikut transmigrasi.
Tinggallah aku dan Laras serta Ani. Kami masih kompak bertiga. Karena aku tdk mempunyai teman menggembala, maka mereka sering menemani main di daerah gembalaan. Kuingat waktu itu orang tuaku menukar sapinya dengan 3 ekor kerbau. Aku lebih senang menggembala kerbau karena lebih menurut dan yg paling asyik bisa kami naiki. Laras dan Ani paling senang ikut jalan pulang sambil menaiki kerbauku.
Kegiatan kami ber-3 masih seperti dulu termasuk mandi di sungai sambil menunggu kerbau berendam di air.
Ada yg agar berbeda setelah kedua cewek itu kelas 5, mereka sekarang kalau mandi pakai basahan atasan seperti singlet atau kaus oblong. Aku mulanya tdk menghiraukan, tetapi akhirnya mataku menangkap bahwa dibalik basahan atas itu ada menyembul tetek mereka yg mungkin tumbuh lebih besar.
Kedua cewek itu meski suka mandi di sungai, tetapi mereka tdk bisa berenang. Sedang aku sangat mahir berenang, terutama gaya bebas atau gaya berenang kali. Sungai yg suka kami jadikan tempat mandi bukanlah sungai yg terlalu besar. Lebarnya hanya sekitar 10 meter dan juga tdk terlalu deras dan banyak bagian yg dangkal.
Aku bersama kedua cewek itu sering mencari kijing, semacam kerang yg hidup di sungai. Kami mencarinya dengan meraba-raba dibagian bawah pasir. Jika dapat banyak kami bawa pulang dan menyerahkan ke emak untuk dibuat masakan. Tetapi jika tdk banyak biasanya kami kumpulkan di bagian tepi sungai lalu kami pagari agar tdk hanyut.
Mencari kijing sering kali di area yg agak dalam yakni airnya setinggi dada anak-anak. Aku biasanya harus menyelam dan hasilnya aku berikan kepada mereka yg menunggu sambil berdiri.
Pada waktu menyelam aku sering memandangi kemaluan mereka yg terbungkus celana dalam putih. Jika terendam air, maka belahan kemaluan mereka terlihat agak jelas. Entah kenapa aku senang melihat belahan vagina mereka yg terendam air. Kalau mereka mentas aku tdk bisa leluasa menatap ke vagina mereka. Mungkin dengan pertambahan usia ada dorongan lebih besar untuk mengetahui kemaluan lawan jenis serta mungkin rangsangan sex mulai tumbuh juga. Dulu ketika kelas 4 aku masih tdk peduli dengan perempuan. Tapi setelah kelas 5 ada rasa malu, tapi ada rasa penasaran ingin tahu.
Kebetulan badanku agak bongsor dibanding Ani dan Laras meskipun usia kami sebaya, tetapi tinggiku sejengkal lebih dari mereka.
Karena badanku agak tinggi maka mereka sangat mengandalkan aku mencari kayu bakar. Aku bisa memanjat pohon untuk menarik dahan-dahan kering, atau menarik batang kayu lalu memotongnya dengan golok. Entah kenapa menurut anggapanku, tenaga perempuan sangat lemas, sehingga untuk memotong kayu kering mereka kelihatannya kurang kuat. Pertolonganku sangat mereka berdua dambakan.
Tdk ada pamrih apa-apa atas pertolonganku kepada mereka, Aku hanya senang bersahabat, senang menolong mereka. Aku kadang-kadang membawa jajanan, seperti ubi rebus, pisang rebus buatan emak. Keluarga ku termasuk lebih baik ekonominya dibandingkan keluarga Ani dan Laras.
Di luar areal penggembalaan, kami juga berteman akrab. Beberapa kali aku membantu menimba air dari sumur di rumah Laras dan Ani. Maklum orang tua mereka janda. Aku jadi akrab dengan keluarga mereka.
Cerita erotisnya bermula dari kejadian ketika seperti biasa aku mengajak mereka mandi sungai setelah selesai mengumpulkan kayu dan aku sekalian menunggu kerbau berendam. Ani menolak, karena katanya dia tdk punya ganti. Dia tdk pakai daleman, artinya tdk pakai celana dalam dan kaus singlet.
Pada waktu itu aku berpikir polos saja, tanpa maksud macam-macam. Aku menawarkan bertiga mandi telanjang. Mulanya Laras dan Ani agak keberatan karena katanya malu. Aku beralasan tdk perlu malu karena tdk ada orang lain di situ. Selain itu kita bertiga kan sudah lama kenal bahkan sejak kecil. Jadi sudah biasalah melihat masing-masing telanjang.
Mereka tetap merasa malu.
Namun sebenarnya mereka memang ingin mandi karena badannya gatal, mungkin karena tadi terkena bulu bambu (lugud) Mereka malu terhadapku. Waktu itu aku menemukan solusi. Aku menawarkan untuk menjauh dari mereka ketika mereka buka baju dan masuk ke air. Aku berenang ke hilir, menghampiri kerbauku dan aku waktu itu memulai membuang rasa malu dengan langsung telanjang di depan mereka. Ani dan Laras membuang muka ketika tahu aku mau bertelanjang Aku berenang ke hilir.
Jaraknya tdk terlalu jauh, tetapi karena sungainya berbelok, jadi aku memang tdk bisa melihat mereka. Setelah mereka memberi aba-aba telah nyemplung ke air, barulah aku kembali menghampiri mereka.
Kami bercanda, siram-siraman air, dan yg istimewa hari itu kami bertiga telanjang mandi di sungai. Aku mengajari mereka ciblon ( atau main air yg menimbulkan suara). Untuk bisa melakukan ciblon badan harus terendam air paling tinggi sepinggang, sehingga leluasa melakukan gerakan.
Mereka ingin melakukan ciblon, tetapi malu karena tetek yg baru numbuh akan terlihat oleh ku. Aku biarkan saja mereka bertahan dengan rasa malu, karena tdk mungkin dipaksa mereka agar tdk malu.
Nah sejak itu di hari-hari berikutnya kami bertiga jadi terbiasa mandi telanjang. Kami lebih suka karena tdk ada baju basah yg kami pakai sampai kerumah. Karena terbiasa telanjang, lama-lama jadi berkurang rasa malunya. Ani dan Laras mulai berani keluar dari air sampai setinggi pinggang. Artinya mereka membiarkan aku melihat tetek mereka yg baru tumbuh.
Sejujurnya aku tertarik melihat tetek-tetek itu, tetapi agar mereka tdk malu, aku bersikap seolah tdk pernah menatap tetek mereka.
Kami jadi tdk terhalang lagi oleh rasa malu. Mereka hanya masih menyembunyikan kemaluan mereka. Sedang aku entah karena ada bakat exhibionis atau apa aku bebas saja melepas celana ku dan masuk ke air. Sedang mereka saat itu tdk mensyaratkan aku berpaling, mereka hanya menutup vaginanya dengan tangan lalu masuk ke air.
Kami bercanda di air. Aku sering menyelam dan tiba-tiba muncul diantara kedua kaki Ani atau Laras. Jadinya mereka seperti tergendong di pundakku lalu menjatuhkan diri sambil berteriak-teriak.
Aku ingat pada waktu itu, jika aku sering bersentuhan dengan tubuh mereka, k0ntolku jadi mengeras. Kadang-kadang aku malu kalau sedang ngaceng begitu, sehingga mentasnya agak lama. Tapi yg sering meski ditunggu mentas lama sampai kedinginan , k0ntolku tdk bisa turun dari ketegangan. Mereka bertanya-tanya kenapa ketika mentas aku menutup kemaluanku, sedang tadi waktu masuk ke air tdk malu.
Aku nggak bisa beralasan kecuali jujur ku katakan bahwa kemaluanku ngaceng. Keduanya saling berpandang-pandangan karena tdk ngerti arti ngaceng. Aku bilang saja bahwa burungku tegang. Mereka malah makin bingung. Maklumlah anak desa yg masih polos dan belum banyak mengerti soal sex.
Laras dan Ani rupanya penasaran dan memaksa aku menunjukkan burungku yg tegang. Aku awalnya menolak, karena malu. Entah ide dari mana aku kemudian mau dengan syarat barter. Artinya kalau aku menunjukkan kepada mereka kemaluanku yg tegang, aku harus diperbolehkan melihat kemaluan mereka juga.
Mereka keberatan dengan tawaran itu. Jadinya aku tetap tdk memperlihatkan. Tapi Ani rupanya lebih penasaran dibanding Laras, sehingga dia mengalah lalu membujuk Laras agar ikut memperlihatkan vaginanya juga.
Posisi kami pada waktu itu sudah memakai celana sehabis mandi. Maka kami sepakat bersama-sama membuka kemaluan kami pada hitungan ketiga. Kami sama-sama menghitung dan pada hitungan ke tiga Aku, Ani dan Laras menurunkan celana. Tetapi Laras dalam sekejap sudah menaikan lagi lalu diikuti Ani, maka aku pun ikut menaikkan celana. Sehingga baik aku maupun mereka sama-sama tdk jelas melihat kelamin lawan jenis.
Kami tdk puas dan membuat aturan baru bahwa setelah hitungan ketiga, kami memperlihatkan diri dan tetap terbuka sampai hitungan ke sepuluh yg dimulai dari angka satu lagi. Akhirnya kami saling memperlihatkan kemaluan kami masing-masing dalam waktu sekitar hanya kurang dari 10 detik.
Aku sebenarnya kurang puas, karena harus melihat 2 vagina sekaligus dan bentuknya hanya seperti belahan pantat yg kecil saja. Sedangkan kemaluan ku bisa terlihat semua tdk ada yg disembunyikan. Tapi aku mau protes, tdk tahu apa yg harus kukatakan, karena pada waktu itu aku mengira ya memang sesederhana itu saja kemaluan cewek.
Ternyata yg protes malah Ani. Dia ingin melihat lebih jelas lebih dekat, Dia bertanya, kenapa k0ntol yg tadinya kuyu bisa mengeras dan membesar. Dia juga merasa lucu melihat kepala k0ntolku yg seperti topi baja. Waktu itu aku memang sudah sunat.
Ani meminta aku membuka lebih lama dan memperbolehkan dia melihat lebih dekat, karena penasaran saja. Aku setuju adalah mereka juga mau memperlihatkan lebih lama.
Ani yg penasaran memaksa Laras untuk menerima syaratku. Laras meski kelihatan berat hati karena malu akhirnya setuju juga.
Giliran pertama aku harus berbaring dan membuka celanaku. Merasa akan diperhatikan, k0ntolku menegang. Ani dan Laras cekikikan melihat profil k0ntolku. Dia menanyakan kantong zakar, lalu kepala k0ntol. Yg cilaka aku diminta mereka untuk melemaskannya. Permintaan itu tdk mungkin aku bisa lakukan. Sampai saat itu aku belum mengenal onani.
Aku tdk bisa menjawab ketika ditanya kenapa. Aku hanya mengatakan bahwa k0ntol ini mengeras dan mengendur sendiri bukan karena keinginanku.
Dari hanya memperhatikan dari dekat, akhirnya Laras malah penasaran ingin memegang. Dia ingin tahu sekeras apa k0ntolku. Tanpa ngomong apa-apa dia menekan batang k0ntolku dengan ibu jari dan telunjuk. Aku terkejut dan badanku seperti dialiri listrik karena merasa kenikmatan disentuh. Melihat aku terkejut, Laras pun terkejut dan melepas sentuhannya.
Ketika mereka mengira aku kesakitan, aku terus terang mengatakan bahwa sentuhan itu rasanya enak dan nyetrum ke seluruh tubuhku. Aku lalu minta Laras menyentuh lagi, Ani malah ikut-ikutan menekan k0ntolku. Tanpa kusadari aku mendesah nikmat. Mereka jadi seperti disemangati oleh desahanku. Tiba-tiba ada dorongan kuat dari dalam diriku dan aku mencapai orgasme untuk yg pertama kali dalam hidupku.
Waktu itu aku belum mengeluarkan sperma, sehingga k0ntolku hanya berkedut-kedut saja. Aku segera menyingkirkan kedua tangan mereka karena tiba-tiba k0ntolku terasa sangat geli kalau disentuh. Aku membekam k0ntolku sampai orgasmenya reda. Mereka terheran-heran melihat aku seperti kesurupan. Setelah reda orgasmenya aku mengatakan bahwa baru saja aku merasakan suatu kenikmatan yg amat sangat dan belum pernah aku rasakan. Pelan-pelan k0ntolku melemah dan akhirnya kempis. Proses itu diikuti oleh mereka dan ketika sudah melemah mereka kembali menekan-nekan k0ntolku yg lembek.
Aku lalu ingat janji mereka untuk memperlihatkan organ mereka. Ketika mereka kutagih, keduanya ingkar dan berusaha menyembunyikannya. Aku tentu sangat kesal, tapi tdk mungkin memaksa mereka.
Aku diam saja dan mengatakan kepada mereka bahwa aku marah, karena Ani dan Laras tdk adil. Keesokan nya aku tdk mau membantu mereka mencari kayu bakar. Aku bahkan menjauh dari mereka.
Hanya dua hari mereka bisa bertahan berjauhan dengan ku. Pada hari ketiga Ani dan Laras mendekatiku dan merayuku untuk rujuk kembali dan mereka mengaku salah. Bukan itu saja mereka mau menepati janjinya, asalkan aku mau membantu mereka kembali mencari kayu bakar.
Aku menerima pertemanan mereka dan langsung menuntut janji mereka. Pertama aku minta Ani berbaring dan membuka celana dalamnya. Ani berbaring dan langsung mengangkang. Terlihat belahan vagina dan di bagian dalamnya agak berwarna merah. Aku mencoba menyibak belahan vaginanya, terlihat ada seperti gelambir kecil dan lubang kecil di bawahnya. Di situ aku baru tahu bahwa vagina tdk mempunyai lubang di depan, tetapi di bagian bawah. Di bagian depan lipatan vagina malah tdk ada apa apa. Aku menyentuh gelambir kecil yg sekarang ku tahu bahwa itu adalah labia mayora. Ani terjungkat ketika bagian itu kusentuh. Dia mengatakan geli, sehingga dia menepis tanganku. Puas melihat vagina Ani aku menuntut Laras juga menunjukkannya.
Vagina Laras sama dengan Ani, hanya yg mengesankan bagiku, gundukan vaginanya lebih gemuk. Laras pun berjungkat ketika gelambir kecil vaginanya aku sentuh.
Ketika aku mengobservasi vagina mereka, kemaluanku tegang sekali.
Mereka kemudian menuntut untuk melihat kembali kemaluanku. Aku tanpa menunggu lama langsung memelorotkan celanaku sambil berdiri. Ani dan Laras jongkok di depanku sambil tangannya menyentuh kemaluanku. Laras meremas kantong zakarku. Aku berteriak karena sakit. Mereka kucegah menekan bagian itu kuat-kuat. Keduanya lalu seperti pertama dulu menekan-nekan k0ntolku sampai aku kembali orgasme. Ani dan Laras senang melihat proses k0ntolku menyusut.
Sejak saat itu tdk ada lagi rasa malu di antara kami. Namun keakraban itu sangat kami rahasiakan. Meskipun aku ingin sekali bercerita kepada banyak orang mengenai pengalamanku dengan perempuan karena pengalaman ini kurasakan sangat luar biasa, tetapi aku terpaksa menahannya dan menyadari kalau cerita itu terbuka keluar maka aku akan menghadapi masalah dan membuatku juga malu.
Aku jadi rajin mengembala, dan Ani serta Laras rajin pula mencari kayu bakar. Kegiatan diakhiri dengan mandi di sungai bersama-sama. Kami tdk lagi merasa perlu mandi dengan basahan, sebab sudah tdk ada lagi rasa malu diantara kami bertiga. Aku bahkan tdk hanya mandi bersama tetapi biasa bermain diair sambil bergulat memeluk dan memegang tetek maupun kemaluan mereka. Aku pun begitu. Kadang-kadang aku digeret dari pinggir sungai sampai masuk ke air dengan memegang k0ntolku.
Kegiatan selalu diakhiri dengan aku mencapai orgasme setelah dipegang-pegang oleh tangan kedua cewek. Entah karena naluriku atau juga naluri dari cewek-cewek itu, akhirnya kami menemukan permainan mengocok k0ntolku sampai aku orgasme. Sebabnya k0ntolku tak kunjung mencapai orgasme hanya dengan dipegang-pegang saja. Lama-lama jadi agak Imun.
Selanjutnya aku menemukan kenikmatan ketika memeluk salah satu dari cewek itu dari belakang. K0ntolku yg menegang menusuk belahan pantat. Rasanya nikmat sekali.
Sampai sejauh itu baik aku maupun kedua cewek itu belum mengetahui hubungan sex antara pria dan wanita. Aku menemukan permainan baru yg menimbulkan kenikmatan lebih tinggi dengan menggesek-gesek k0ntolku di belakang belahan pantat mereka.
Ani maupun Laras senang dibegitukan meskipun mereka sering mengeluh merasa geli. Aku juga paling senang meremas-remas susu mereka yg baru tumbuh, karena rasanya kenyal dan nikmat sambil aku memeluk dari belakang.
Mereka berdua mengaku merasa nikmat jika aku meremas-remas gundukan kemaluan mereka. Hanya saja mereka marah jika ketika aku meremas vagina mereka lalu jariku yg terperosok ke dalam belahan vaginanya aku cium. Menurutku bau vagina mereka agak aneh. Apalagi sebelum mandi, baunya agak pesing. Tetapi setelah mandi, nyaris tdk ada baunya. Jariku kadang-kadang terkena lendir yg kalau sudah gitu aku mencucinya dan membersihkannya dengan pasir. Aku merasa geli jika lendir itu terkena di jariku. Tapi anehnya aku suka mengorek-ngorek vagina mereka meski risikonya terkena lendir.
Bahasa kami waktu itu adalah turuk untuk menyebut vagina, dan peli untuk menyebut k0ntol.
Sebagai penggembala kerbau aku terbiasa melihat kerbau melakukan hubungan kelamin. Namun kali ini aku tertarik melihat hewan peliharaanku melakukannya. Entah kenapa, kemaluanku jadi menegang. Aku memperhatikan apa yg dilakukan kerbauku ketika kawin. Semula aku mengira, batang k0ntol kerbau dimasukkan ke lubang pantat betinanya. Namun kemudian setelah aku amati lebih jeli ternyata bukan masuk ke lubang pantatnya.
Ketika aku mengamati kerbauku kawin aku sempat diejek Laras dan Ani. Kata mereka aku melihat apa kok serius sekali. Aku katakan, penasaran ingin tahu apa yg dilakukan kerbau kawin.
Laras dan Ani ternyata lebih tahu. Baru kutahu ketika Ani menceritakan bahwa binatang kawin itu dengan memasukkan kelamin prianya ke lubang kelamin betinanya. Dengan begitulah mereka kemudian punya anak.
Entah kenapa sejak penjelasan itu aku jadi punya keinginan seperti yg dilakukan kerbau-kerbauku. Jika sebelum ini kami bermain peluk-pelukan di dalam air dan aku menyelipkan k0ntolku di pantat mereka, sekarang aku punya ide permainan, kawin-kawinan.
Masih di dalam air baik Ani maupun Laras aku suruh menunduk dengan bertopang pada lutut, lalu aku menusukkan k0ntolku di belahan pantat mereka. Mulanya Ani dan Laras tdk mau, tetapi karena aku terus membujuk mereka akhirnya mau. Mereka katanya takut punyak anak.
Aku jadi ketagihan main kawin-kawinan. Setelah berkali-kali dan ternyata Ani dan Laras tdk punya anak akhirnya kami jadi sering main begituan. Kalau dulu kami mainnya di dalan air, setelah itu kami main di luar. Aku tdk tahu waktu itu bahwa k0ntol itu harus dimasukkan ke dalam lubang vagina. Sebab dengan menyelipkan k0ntolku diantara lipatan vaginanya sudah terasa nikmat sekali. baca juga cerita sex di seksigo.com
Laras dan Ani sering menolak aku ajak main kawin-kawinan, karena mereka merasa vaginanya geli.
Aku ingat suatu waktu ketika kami sedang mengumpulkan kayu, di tengah hutan menemukan semacam bangku, bekas orang membuat papan di hutan. Aku tdk ingat apakah Laras atau Ani yg memulai. Tapi dia mencopot celananya dan tidur telentang dibangku itu lalu aku diminta buka celana. K0ntolku dipegangnya lalu seperti dioles-oleskan ke belahan vaginanya. Katanya k0ntolku menimbulkan kenikmatan. Aku memang melihat dia kadang-kadang mengejang. Sementara aku diam saja karena aku juga merasa nikmat. Tapi perbuatan mereka itu tdk bisa mengantarkan aku sampai orgasme. Kedua-duanya melakukan itu dan reaksinya sama, mereka kadang-kadang mengejang.
Aku sebenarnya kurang suka karena k0ntolku kena lendir mereka dan baunya agak pesing, Tapi karena mereka terlihat nikmat aku jadi mengalah saja.
Berkali-kali kami melakukan adegan itu, sampai aku melihat lubang di vagina yg kelihatan memerah. Aku pikir lubang itu yg bisa dimasuki k0ntolku seperti kerbau memasukkan k0ntolnya kelubang belakang betinanya.
Aku katakan akan mencoba menusuk lubang itu. Mulanya mereka mau mencoba, tetapi ketika di coba mereka mendorongku karena terasa sakit. Aku sampai hampir jatuh kejengkang ketika Ani mendorongku. Ketika kucoba ke Laras dia juga akhirnya mendorongku, karena katanya vaginanya perih.
Meski mereka tdk mau tapi, aku tetap penasaran. Mereka masih tetap ketagihan mengoser-oser k0ntolku di belahan vaginanya. Jika semula tangan mereka yg memegangi k0ntolku, kini kuambil alih akulah yg mengoser-oser. Aku perhatikan jika lama aku mengoser-oser ke vagina Ani, dia lama-lama ngompol karena vaginanya jadi makin basah. Si Laras sama juga. Ani mulai kejang-kejang jika aku menggesekkan kepala k0ntolku ke belahan vagina mereka. Aku sudah bertekad mengambil kesempatan untuk menusukkan k0ntolku ke dalam lubang vagina Ani ketika dia sedang mengejang.
Saat Ani mulai mengejang aku terus menggesekkan k0ntolku sampai dia mendesis desis. Kepala k0ntolku sudah tepat di depan lubang vagina yg merekah merah. Dengan gerakan tiba-tiba aku tekan sekuat tenaga. K0ntolku yg keras itu masuk seluruhnya ke dalam lubang Ani. Dia menjerit dan menangis, tetapi tangannya menahan pinggulku . Padahal aku ingin mengeluarkan k0ntolku dari lubang itu, takut nygkut seperti anjing. Ani menahannya, katanya vaginanya perih.
Tapi ketika aku bilang kalau tdk dilepas nanti takutnya gancet (istilah kelamin anjing yg tak bisa lepas sesaat ketika habis bubungan kelamin). Ani akhirnya melemaskan pegangannya dan aku diarahkan menariknya pelan-pelan. Aku lega karena k0ntolku bisa lepas dari lubang vaginanya, tetapi aku takut, karena k0ntolku berdarah. Hari itu Ani marah dia mengajak pulang Laras sambil tertatih-tatih membawa kayu bakar.
Keesokan harinya Aku tdk melihat kedua cewek itu. Aku sebetulnya ingin minta maaf jika mereka datang. Ani masih cemberut ketika kutemui bermain dekat rumahnya. Dia tdk mau banyak bicara ketika kuajak bermain.
Aku akhirnya pasrah dan membiarkan Ani membenciku. Padahal aku pun tdk tahu kalau perbuatan itu mengakibatkan dia berdarah. Tadinya aku kira k0ntolku yg luka. Tetapi setelah aku cuci tdk ada bagian yg terluka. Aku jadi mengingat-ingat kejadian berdarah itu. K0ntolku terasa terjepit oleh vagina Ani dan nikmat sekali. Tapi aku sempat kalut ketika tiba-tiba teringat anjing kawin bisa gancet.
Di hari ketiga Ani dan Laras kembali muncul. Ani kelihatannya sudah melupakan marahnya dan mengajak aku mencari kayu. Entah dia terpaksa berbaikan dengan aku atau memang dia bisa menerima kesalahanku. Tapi bisa saja dia terpaksa, karena tanpa bantuanku dia tdk bisa mendapat banyak kayu bakar. Atau mungkin juga dorongan Laras yg juga merasakan tdk bisa mengumpulkan kayu bakar lebih banyak tanpa bantuanku.
Namun kali itu mereka tdk mau ketika kuajak mandi bareng. Mereka berdua memilih pulang lebih cepat. Aku kemudian juga kehilangan selera mandi di sungai sendirian. Aku memilih nanti saja mandi di sumur di rumah.
Seminggu kira-kira hubungan kami agak renggang. Setelah itu hubungan kami kembali normal dan keduanya mau mandi bareng lagi di sungai dengan telanjang. Aku tdk berani memeluk keduanya dari belakang seperti yg aku lakukan sebelumnya. Aku takut Ani marah. Jadi kami hanya bercanda dengan bermain air dan saling siram. Aku sempat heran juga ketika kami mentas, Ani beLarassiatif mengocok k0ntolku sampai aku memuncak.
Entah dorongan nafsu atau ingin mendapat kenikmatan lagi Ani meminta pinjam k0ntolku untuk dioles-oleskan di belahan vaginanya. Si Laras pun juga minta begitu. Posisi kali ini bukan di hutan yg ada bangkunya, tetapi di pinggir kali. Aku membuat tatakan dari daun-daunan di balik kerimbunan semak sehingga jika ada orang lewat tdk bisa langsung melihat kami. Aku khawatir, meskipun di tempat itu jarang sekali ada orang melintas.
Aku duduk bersimpuh sementara Ani tidur telentang dan mengangkangkan kedua kakinya lalu dilipat. K0ntolku diraihnya lalu dia menggesek-gesekkan ke belahan vaginanya. Aku melihat dengan seksama apa yg dilakukan Ani. Dia sebenarnya menekan-nekankan k0ntolku di belahan vaginanya, sehingga aku merasa k0ntolku seperti ditarik-tarik. Aku mencoba mengikuti irama gerakannya. Ketika dia menekan ke vaginanya aku ikut membantu dengan mendorongkan k0ntolku.
Berkali-kali melakukan gerakan itu, kepala k0ntolku seperti terbenam. Rasanya nikmat sekali sehingga aku menginginkan mendorong terus. Vagina Anik terasa licin sehingga ketika kuperhatikan k0ntolku agak banyak terbenam ke dalam lubang vagina Ani. Ketika sudah mencapai separuh k0ntolku berada di dalam vaginanya, Ani kutanya apakah dia merasa sakit. Dia hanya menggeleng. Aku tdk mengatakan bahwa k0ntolku sudah masuk ke dalam vaginanya, karena kupikir dia pasti bisa merasa.
Aku merasa kenikmatan yg luar biasa karena k0ntolku berada di dalam lubang hangat dan terasa sangat menjepit. Tangan Ani kuangkat dan aku minta untuk menggantikan kerja tangannya. Sambil kugerak-gerakkan aku mendorong terus k0ntolku masuk ke dalam vaginanya. Herannya k0ntolku masuk terus sampai seluruhnya tenggelam. Pada waktu itu aku teringat lagi soal anjing gancet. Maka kutarik pelan-pelan k0ntolku . Terasa sekali nikmatnya.
Ketika akhirnya bisa terlepas, baru aku yakin bahwa kami tdk gancet, sehingga aku masukkan lagi k0ntolku dan kali ini agak mudah masuknya. Aku terus mendorong sampai mentok. Kulihat reaksi ani bukan kesakitan. Ani kutanya pa yg dia rasakan, kata dia enak banget, karena vaginanya terasa penuh dan mengganjal. Malah katanya lebih enak dari pada hanya dioles-oleskan di belahan vaginanya.
Aku menarik kembali pelan-pelan tapi tdk sampai lepas. Kuraksakan kenikmatan menjalari seluruh batang k0ntolku dan ke seluruh tubuh. Aku teringat gerakan kambing dan anjing kalau kawin. Hewan itu jantannya melakukan gerakan maju mundur, maka aku kemudian melakukan gerakan itu dengan ritme yg cepat. Ani mendesis-desis, sambil berkata,
” aduh enak banget……”
Laras yg memperhatikan apa yg kami lakukan bolak balik nanya ke Laras, enak gimana. Ani yg terus dicecar pertanyaan menjawab rada kesal sambil berteriak lirih
“ Enaaaaak banget..”
Aku pun merasa enak sekali, jauh lebih enak dari pada dikocok pakai tangan. Aku tdk lagi bersimpuh tetapi sudah telungkup dan berstumpu pada siku, sambil terus melakukan gerakan maju mundur sampai akhirnya ada gelombang nikmat yg luar biasa. Saat yg kemudian aku kenal dengan orgasme aku menancapkan dalam-dalam k0ntolku di vagina Ani. Agak lama aku melepaskan denyutan k0ntolku sampai akhirnya kenikmatan itu berangsur-angsur menurun. Aku menarik pelan-pelan k0ntolku. Sempat kuperhatikan, tdk ada darah di k0ntolku, tetapi k0ntolku penuh dengan lendir.
Ani masih tidur telentang di semak persembunyai kami. Sementara aku keluar dari semak langsung nyebur ke sungai dan membersihkan k0ntolku dari lendir-lendir dari vagina Ani.
Ketika sedang asyik mandi, Laras memanggilku. Dia minta aku memeriksa Ani karena tdk bisa bangun. Aku sempat terkesiap. Ani aku datangi di semak persembunyian. Ketika kutanya dia ternyata bisa menjawab. Ani minta aku memasukkan lagi k0ntolku. Aku yg baru mentas dari sungai dan masih telanjang, k0ntolku belum tegang.
Ketika aku coba memasukkan ke lubang vagina Ani, tdk bisa masuk karena masih lemas. Tapi lama-lama makin mengeras sampai akhirnya keras seperti semula. Pada saat mengeras itulah aku baru berhasil memasukkan kembali k0ntolku ke dalam vagina Ani. Aku kembali merasakan kenikmatan seperti tadi. Aku sudah agak mengerti melakukan gerakan .
Kali ini kenikmatan yg memuncak terasa lama sekali sampainya. Aku terus menggenjot. Ani mendesis-desis lalu tiba-tiba ia peluk aku erat-erat dan kedua kakinya melingkar ke badanku. Aku tdk bisa bergerak. K0ntolku terasa seperti diremas-remas oleh vagina Ani. Dia menggeleng-gelengkan kepalanya sambil berkata enaakk banget.
Setelah melongarkan pelukan aku kembali menggenjotnya lebih cepat. Aku bersemangat, tetapi dalam hati bertanya, kenapa lama sekali gak nyampe kenikmatan seperti yg pertama tadi. Tiba-tiba Ani berteriak, terus-terus. Teriakan itu merangsangku sehingga aku makin cepat bergerak sampai akhirnya aku mencapai puncak kenikmatan lagi. Ani kembali memelukku erat sekali dan kakinya juga merangkul tubuhku.
Aku merasa lemas dan k0ntolku ketika kutarik keluar dari vaginanya sudah agak menciut.
Aku berbaring di samping Ani. Setelah istirahat sebentar kami lalu nyebur ke sungai. Ani berubah manja terhadapku. Dia berkali-kali minta aku gendong di dalam air.
Ani menceritakan kenikmatan yg baru dia dapatkan tadi kepada Laras. Ani memaksa Laras mencoba. Laras masih takut karena melihat Ani dulu berdarah dan kesakitan.
“Sakitnya Cuma sebentar saja, sesudah itu enaknya luar biasa,” kata Ani.
Sebetulnya selepas mandi itu aku diminta Ani melakukannya ke Laras, tetapi karena hari sudah semakin sore, kami urungkan dan kami berjanji besok akan kami lakukan.
Aku sudah yakin bahwa manusia berbeda dengan anjing. Karena tdk bisa gancet. Oleh karena itu ketika aku melakukannya ke Laras aku sudah lebih percaya diri. Lubang vagina Laras agak susah dimasuki, karena k0ntolku berkali-kali terpeleset.
Berbeda ketika melakukan dengan Ani, Kepada Laras aku menekan k0ntolku pelan-pelan sampai k0ntolku bisa masuk. Saat k0ntolku tdk bisa masuk lagi, padahal sudah hampir separuh berada di jepitan vaginanya, aku pikir lubang vagina Laras dangkal. Laras merasakan sakit, tapi katanya dia masih bisa tahan. Karena lubangnya dangkal aku jadinya melakukan gerakan dengan tdk sampai k0ntolku separuh terbenam. Aku mulai merasakan nikmat sampai-sampai aku lepas kontrol. Tekanan k0ntolku ke dalam vagina Laras mungkin terlalu kuat sehingga Laras menjerit dan menangis.
Aku terkejut juga dan meraba k0ntolku, ternyata mentok alias masuk seluruhnya ke dalam vaginanya. Laras menahan gerakanku karena dia merasa vaginanya ngilu. Aku menuruti kemauannya, meski pelan-pelan melakukan gerakan maju dan mundur. Merasa pegangan Laras melonggar aku mempercepat gerakan sampai akhirnya aku mencapai kenikmatan yg luar biasa. Aku biarkan sebentar k0ntolku di dalam vagina Laras sampai kenikmatan k0ntolku reda.
Aku kembali takut ketika k0ntolku berdarah. Aku memeriksa seluruh batang k0ntolku, tetapi tdk ada yg terluka. Berarti darah itu berasal dari vagina Laras. Aku makin yakin karena Laras mengeluh vaginanya perih. Aku dan Ani membimbing Laras masuk ke sungai dan mencuci vaginanya. Laras masih meringis, katanya vaginanya perih kena air sungai.
Ani mengatakan pada Laras bahwa pada awalnya memang perih, tapi setelah itu enak banget.
K0ntolku digenggam-genggam Ani dan dia menyeretku masuk ke semak-semak. Ani minta aku memasukkan kembali k0ntolku ke dalam vaginanya. K0ntolku baru setengah tegang. Agak susah jadinya memasukkan ke dalam lubang Ani. Setelah dicoba berkali-kali dan dengan bantuan tuntunan tangan Ani k0ntolku bisa masuk. Aku kembali menggenjot Ani. Dia merintih-rintih dan berkali-kali minta aku berhenti sebentar sambil memelukku dan aku merasa vaginanya berdenyut-denyut. Aku terus menggenjot sampai akhirnya ak mencapai puncak kenikmatan.
Tiga hari kemudian baru Laras mau mencoba lagi k0ntolku memasuki vaginanya. Dia mengatakan masih agak sakit, tetapi terasa agak enak. Aku menggenjotnya sampai aku mencapai kenikmatan. Aku ingat kemudian aku mengulangi lagi. Pada ronde kedua itu Larasa sudah kurang merasakan sakit. Dia juga mendesis desis seperti Ani dan sempat memelukku erat sekali dan aku merasakan k0ntolku dicengkeram oleh vaginanya. Laras baru mengakui ke Ani bahwa permainan ini nikmat sekalai.
Sejak itu kami selalu main kawin-kawinan . Ketika aku menyelesaikan kelas 6 dan akan masuk SMP, orang tuaku memboyong aku pindah ke kota. Kami akhirnya berpisah dengan Ani dan Laras. Aku sering merindukan mereka, terutama keinginanku main kawin-kawinan. Kalau diantara pembaca ada yg merasa sebagai Laras atau Ani tolong tinggalkan email kalian. Aku ingin bertemu kalian. Janji aku tdk menuntut kita main kawin-kawinan lagi.
0 comments:
Post a Comment