MERASAKAN ENAK DI PAS GERIMIS
VIPMANDIRIQQ |
Sebelum kita melangkah lebih jauh, perkenalkan dulu namaku Aida, biasa dipanggil Ida (nama samaran).-cerita sex abg– Aku adalah seorang mahasiswi di sebuah perguruan tinggi di Jawa Barat. Perawakanku sangat ideal. Tinggiku 159 cm dan berat badanku 51 kg. Kulitku putih mulus dgn rambut sebahu terurai.
Cerita sex terbaru, Hidungku mancung dan bibirku merah sensual. Payudaraku lumayan montok dgn ukuran 36 B. Ukuran tersebut langsung menempatkan aku di klasmen paling atas dibandingin teman-teman cewekku atau boleh dikatakan aku adalah “miss payudra” diantara teman-temanku yg lainnya.
Aku yakin, setiap laki-laki pasti berhasrat untuk merasakan kemengkalan “twin hill” milikku tersebut. contohnya candra teman sekelasku, seringkali tangannya mendarat dgn sengaja di gelendotan dadaku ketika aku dan dia bercanda. Begitu juga dgn Adi, kakak seniorku yg sering menyikutkan tangannya ke buah dadaku itu ketika aku duduk di dekatnya. Edi, adik juniorku juga tdk mau ketinggalan dalam perburuan menelusuri bukit kenyal tersebut.
Cerita dewasa terbaru, Berkali-kali bahunya dgn sengaja menampar “gundukan daging ranumku” itu disetiap kali aku dan dia berpapasan. Dan masih banyak lagi “modus cabul” yg dilakukan para laki-laki kepadaku hanya demi merasakan kemengkalan “daging tanpa tulang” milikku tersebut.
Selain itu yg cukup bikin aku bangga bangga adalah porsi pantatku yg padat berisi dan selalu berayun-ke sana-kemari di saat ku berjalan. Jadi tdk dapat dipungkiri lagi jika para laki-laki di kampusku selalu melirik ke arahku di saat aku berjalan.
Singkat cerita. Saat itu hari aktu sdh menunjukkan pukul 21.00. Setelah menyelesaikan tugas kelompok, aku langsung membereskan buku-bukuku. Satu per satu temanku sdh mulai pergi dari salah satu selasar gedung tempat kami mengerjakan tugas.-cerita dewasa- Sampai pada akhirnya tinggallah aku sendiri di sana. Setelah buku-buku sdh ku masukkan ke dalam tas, aku langsung melangkah menuju gerbang kampus.
Cerita mesum terbaru, Akan tetapi, apa hendak dikata karena hari mulai gerimis. Sempat terpikir olehku untuk tetap menghadang gerimis tersebut. Namun aku membatalkan niatku itu karena aku takut laptop yg aku jinjing terkena air, sedangkan jika ku masukkan ke dalam tas, tasku sdh tdk muat lagi karena sdh penuh dgn buku. Jadi tdk ada pilihan lain bagiku kecuali menunggu sampai gerimis reda.-cerita hot-
Sambil mengutak-atik handponeku, kuperhatikan keadaan di sekeliling kampus yg sdh diselimuti suasana sepi. tdk ada satupun orang yg berlalu lalang di area kampusku tersebut. Mungkin saja karena hari sdh menunjukkan pukul 21.30 dan ditambah lagi suasana hujan gerimis yg membuat setiap orang enggan untuk berlama-lama di sana. Ketika aku sedang asyiknya mengutak-atik handponeku, tiba-tiba aku dikagetkan oleh suara seseorang..
“neng Ida kok belum pulang”, begitu sapanya.
Ketika aku berbalik, ternyata orang itu adalah mas Tio, satpam kampusku..
“Eh, mas Tio, belum ni mas masih gerimis soalnya”, begitu sahutku untuk menanggapi pertanyaannya tadi.
“Mending tunggu di Pos Satpam aja neng, daripada sendirian di sini. Lagian kan di sini gelap banget”, begitu tambahnya.-cerita ngentot-
Setelah aku pikir-pikir ada benarnya juga omongan mas Tio tadi. Sebagai pemberitahuan saja buat pembaca kalau mas Tio ini adalah kepala Satpam dikampusku. Dia cukup disegani karena orangnya sangat berwibawa, walaupun demikian dia sangat ramah kepada setiap mahasiswa sehingga hampir semua mahasiswa dekat dgnnya, termasuk diriku.
Singkat cerita, aku sdh berada di post Satpam yg terletak di parkiran mobil di belakang kampus. Sambil bincang-bincang, mas Tio lalu menawarkan segelas teh hangat padaku..
“ngeteh dulu neng, lumayan buat menghangatkan tubuh”, tandas mas Tio.
“ahhh, jangan repot-repot mas”, balasku.
“Udah, diminum aja neng teh nya, daripada kedinginan”, tambahnya.
Tanpa pikir panjang, aku langsung meneguk teh hangat tersebut.
“Wah, teh nya enak mas Tio”, selaku
Mas Tio hanya tersenyum kepadaku. Akan tetapi lama-kelamaan kepalaku terasa pusing dan tdk sadarkan diri.
Setelah aku tersadar, aku merasakan ada sesuatu yanng berat sedang menindih tubuhku. Ternyata mas Tio yg dgn liarnya sedang minciumi leherku. Hal ini bikin aku kaget dan berkata…
“mas Tio, apa-apaan ini….lepasin aku. Mas Jangan kurang ajar ya”, begitu bentakku.
Akan tetapi, mas Tio tdk menggubris omonganku barusan. Melainkan dia tetap asyik mencumbui leherku yg putih mulus.
“Mas Tio, lepasin aku…nanti aku laporin ke dekan lho” begitu teriakku sambil berusaha melepaskan dekapannya.
“Silahkan aja neng teriak sepuasnya karena tdk akan ada yg mendengar, teriakan neng dalam suasana hujan ini”, sahutnya.
“Mas Tio, aku mohon lepasin”, teriakku sambil meronta-ronta.
Aku berusaha untuk berontak agar aku bisa lepas dari dekapan laki-laki ini, tetapi kekuatan tubuhnya yg kekar membuatku tak berdaya untuk melawannya. Yg bisa kulakukan saat itu hanyalah memasrahkan tubuhku yg sintal digeranygi oleh laki-laki yg selama ini sdh kuanggap sebagai kakakku sendiri.
Ciuman demi ciuman mendarat di setiap sentimeter area leherku. Sepertinya mas Tio ini sdh sangat berpengalaman dalam membangkitkan gairah wanita.-cerita dewasa- Buktinya hanya dalam hitungan menit aku sdh terbawa ke dalam arus permainannya. Ringisan ku di awal tadi sontak berubah menjadi desahan nikmat ketika dia mengulum-ngulum telingaku. Sensasi itu kian bertambah ketika tangannya meremas-remas gundukan dadaku.
“Mmmmmppphhhhhh…mas Tiiiiooooo….”, desahku menikmati permainannya.
Melihat aku sdh terangsang, mas Tio langsung menaikkan level permainannya. Yg tadinya Cuma meremas-remas, sekarang dia dgn beraninya melucuti kaus mini yg ku kenakan.
Sehingga saat ini buah dadaku hanya ditutupi oleh bh berwarna pink. Gundukannya sebagian menyembul keluar karena ketdkberdayaan bh ku untuk menopang porsinya yg “irrasional” tersebut.
“Payudara neng Ida, montok banget. Mas udah lama pengen ngerasainnya”, seru mas Tio seraya membenamkan wajahnya di antara lembah bukit gundulku itu.
“ouuuuuccccchhhhh, mas Tiiioooo….Mmmmmmppphhh….”, desisku menanggapi aksi fenomenalnya itu.
“Mas lepasin bh ya neng ya”, serunya sambil kedua tangannya masih bergerilya di tandan susuku.
“Mmmmppppphhhhh……”, hanya itu jawabku sambil mendesah halus.
Merasa mendapat lampu hijau dariku, mas Tio langsung melepas pengait bra ku dan….
Betapa kagetnya dia ketika kedua buah dadaku itu mencuat keluar seolah-olah ingin bebas dari dekapan bra ku yg memang tdk sepadan dgn porsinya.
Ku lihat Mas Tio tak berkedip sedetikpun melihat pemandangan indah yg terhampar dihadapannya. Beberapa kali dia menelan ludah seakan aku adalah hidangan yg siap dilahap habis. Aku yg sedari tadi sdh terangsang agak merasa sedikit kecewa karena didiamkan begitu saja. Lalu……
“Mas Tio tunggu apalagi, bukankah kedua asetku ini yg mas idamkan selama ini?”, tegasku memancing supaya dia kembali ke jalur permainan seperti semula.
“Eeh, iya neng. Mas kaget liat tetek neng Ida. Soalnya gede dan putih”, jawabnya dgn nada gemetar.
“Emang punya istri mas ga segede ini ya?”, lanjutku walaupun sebenarnya pertanyaanku itu sdh jauh melenceng dari zona permainan kami.
“Gede sih, tapi ga seputih dan sekencang punya neng”, cetusnya sambil menjilati kedua “daging gantung” kepunyaanku itu.(kalo bangsa babilonia punya taman gantung, sedangkan aku punya daging gantung)
“Ougghhhh…..huuhhhh…..terussssssss masss…mmhhhhhh”, suara nafasku tak beraturan sebagai respon dari atraksi liarnya di bukit mengkalku itu sehingga gairahku bangkit kembali.
Kali ini mas Tio benar-benar ingin memperlihatkan kelihaiannya dalam membakar gairah wanita. Buktinya pelintiran dan kuluman tak henti-hentinya di daratkan di puting dadaku yg bewarna pink yg membuatku merasakan sensasi yg luar biasa. Tdk sampai di situ saja karena sambil mulutnya melahap putik gunung kembarku, tangannya juga beroperasi dgn tdk kalahnya di pangkal pahaku. Aku entah berada dimana rasanya ketika dia melakukan aksi ganda itu. Sensasinya membuatku tdk peduli lagi akan harga sebuah kehormatan. Yg ada dalam benakku saat itu adalah rasa nikmat yg tak tertahan dan ingin segera ku tuntaskan malam itu juga.
“Oooggghhhh Massssssssss…Tiiiiooooooooooooo..”, bunyi suaraku ketika tangannya sdh beralih ke area selangkanganku.
Dgn keahlian yg dimilikinya, mas Tio mengelus-elus pahaku yg masih tertutup oleh rok miniku. Lama-kelamaan elusannya bergerak menyusuri relung meqiku yg sedari tadi sdh lembab. Aku merasakan jari tangannya menjalari liang kewanitaaku. Entah apa yg dicarinya di sana. Singkatnya dia melakukan “operasi lima jari” di area sensitifku itu. Akan tetapi akhirnya aku mengetahui bahwa dia sedang berusaha mencari “biji mete” di liang kenikmatanku itu.
“Mmppppppppphhhhhhh….ggggghhhhhh,,masss”, kembali nafasku menceracau tak berirama kala jari-jarinya “bercanda” dgn lobang meqiku.
“Masss,aku sdh ga tahan mas, mmmpphhhhhhh……”, desahku dgn nada 100 persen terangsang
Tdk tega melihat aku tersiksa dgn kenikmatan yg belum tertuntaskan itu, mas Tio dgn sigap menarik Rok miniku sehingga aku sekarang hanya mengenakan celana dalam. Dari celana dalamku tersebut terlihat oleh mas Tio bercak bening cairan meqiku yg menandakan bahwa aku memang sdh terangsang dan sdh saatnya rangsangan itu disempurnakan. Tanpa dikomandoi lagi, mas Tio langsung melucuti celana dalam yg merupakan benteng terakhirku.
Dari balik celana dalam pink ku tersebut terpampanglah bukit segitiga yg ditumbuhi rerumputan yg masih halus. Hal ini bisa dimaklumi karena umurku baru 20 tahun dan aku sama sekali belum pernah mencukur tembakau-tembakau liar tersebut. Untuk kedua kalinya mas Tio harus berkutat dgn ketertegunannya menyaksikan “kawah sensitifku” itu.
Akan tetapi, kali ini mas Tio cepat tanggap karena dia langsung membuka celananya dan mengarahkan batang kelelakiannya ke “goa pribadiku” tersebut. Aku cukup terperanjat melihat ukuran “sosis swiss” nya yg sangat besar itu layaknya bintang porno Amerika (asal pembaca tau aja kalo aku suka koleksi film porno). Ditambah lagi bulu-bulu lebat yg mengitarinya yg membuat torpedonya itu tampak gagah perkasa.
Lalu dgn perlahan mas Tio menuntun ujung rudalnya itu ke liang meqiku, aku meringis minta ampun karena meqiku tdk kuasa menampung sodokan “daging bertulang rawan” kepunyaannya yg maha akbar tersebut. 3cm…. 5cm… 9cm… begitu seterusnya hingga “batang keperkasaannya” itu amblas tenggelam dalam miss V ku.
“Mmmppphhhhhh….sssshhhhhhh, terus masss..yesss”, igauku mengimbangi sodokan-sodokan nikmat tersebut.
Setelah Mr. P nya sdh terasa “serasi” di dalam miss V ku, mas Tio mulai mempercepat tempo genjotannya. Dgn kedua tangan berpegangan di buah dadaku yg mulai mengeras, mas Tio memacu “batang kelelakiannya” keluar masuk “liang kewanitaannku”.
“Plaaakkk…plaaakkk….”, begitu bunyi yg terdengar ketika paha mas Tio bertubrukan dgn pantatku. Belum lagi bunyi becek Meqiku yg kian menambah semarak usaha pencapaian kenikmatan kami.
“Terus mas, genjot aku sepuasmu…perlakukan aku sesuka hatimu..sodok aku mas…”, ujarku tak karuan.
“aggghhhh,…neng Ida…meqi neng rapat sekali..burung mas kewalahan ni…ohhh”, rintih mas Tio sambil keringatnya bercucuran.
“Aaaa….mmmmmhhhh…enak mas…iya, terus mas….genjot mas…sedot susuku mas…”, erangku sambil kepalaku bergoyang ke kanan-ke kiri untuk mengimbangi aliran kenikmatan yg sedang menjalari tubuh telanjangku itu. Semakin aku menceracau, semakin cepat irama mas Tio menancapkan pentongannya ke dalam lontongku. Belum lagi kedua buah dadaku yg berayun ke sana-kemari mengikuti sodokan-sodokan yg dahsyat tersebut, yg memacu adrenalin mas Tio untuk segera menuntaskan pendakian puncak kenikmatan ini. Akhirnya aku merasakan aliran yg sangat sensasional menjalari seluruh tubuhku dan lama-kelamaan bermuara pada satu titik, yaitu meqiku.
“Mas..Aaaaaaku… mauuu…keluaaarrr…mas…oughhhh”, seruku memberi pertanda kalo sebentar lagi aku akan orgasme.
“Tahan neng Ida, mas juga mau keluar ni…sabar neng..kita sama-sama”, teriaknya sambil menambah “speed” genjotannya.
“Mas…aaakuu..keee..luuarrrr mas….oughhh”, lenguhku sambil mengejang hebat dan saat itu juga muntahlah lahar panas dari “liang senggamaku” itu. Pinggulku naik dan berputar ke sana-sini untuk meresapi setiap inci dari kenikmatan orgasme tersebut. Nafasku tersengal-sengal dan keringatku bercucuran dgn hebatnya. Sedangkan Mas Tio kulihat masih berjuang dgn sisa-sisa tenaganya untuk mendaki puncak kenikmatan yg tak kunjung menghampirinya. Kulihat butir-butir keringat membasahi bidang dadanya yg atletis dan berbulu itu. Pada akhirnya…
“Neng Ida…mas maaauuuu…keluarrrrrrr…oughhh..ssssshhhhh”, teriaknya tersengal-sengal..
“Neng…meqi neng enaaaakkkk…neng”, kata-katanya mulai tdk terkontrol.
“Nengg….mass….keeeluuaarrrrrrrr”, erangnya
Dan pada akhirnya………..
benar saja “Critt…critt….” air maninya yg hangat tumpah di dalam meqiku dan kemudian meleleh keluar membasahi pahaku. Entah berapa cc air mani yg disemprotkannya ke dalam meqiku. Kulihat mas Tio masih tersengal-sengal sambil menikmati sisa-sisa oragasme yg luar biasa itu.
“Huuuhhh, meqi neng Ida enak banget neng. Rapat banget neng. Jepitannya membuat burung mas KO”, cetusnya sambil mengeluarkan “cerobong elastisnya” itu dari relung meqiku.
“Muchh….”, kecupannya mendarat di meqiku yg berlumuran air mani.
“Makasih neng Ida, neng benar-banar luar biasa”, serunya sambil merogoh buah dadaku untuk terakhir kalinya.
Aku hanya terdiam. Tak ada reaksi utk memarahinya seperti yg kulakukan seperti di awal tadi. Aku hanya larut dgn suasana nikmat yg telah diberikannya.
Cerita Hot, Asal pembaca tau bahwa kejadian malam itu bukanlah kejadian yg terakhir karena sejak saat itu kami malah sering melakukannya, bahkan sampai 2 kali atau 3 kali seminggu.
Cerita sex terbaru, Hidungku mancung dan bibirku merah sensual. Payudaraku lumayan montok dgn ukuran 36 B. Ukuran tersebut langsung menempatkan aku di klasmen paling atas dibandingin teman-teman cewekku atau boleh dikatakan aku adalah “miss payudra” diantara teman-temanku yg lainnya.
Aku yakin, setiap laki-laki pasti berhasrat untuk merasakan kemengkalan “twin hill” milikku tersebut. contohnya candra teman sekelasku, seringkali tangannya mendarat dgn sengaja di gelendotan dadaku ketika aku dan dia bercanda. Begitu juga dgn Adi, kakak seniorku yg sering menyikutkan tangannya ke buah dadaku itu ketika aku duduk di dekatnya. Edi, adik juniorku juga tdk mau ketinggalan dalam perburuan menelusuri bukit kenyal tersebut.
Cerita dewasa terbaru, Berkali-kali bahunya dgn sengaja menampar “gundukan daging ranumku” itu disetiap kali aku dan dia berpapasan. Dan masih banyak lagi “modus cabul” yg dilakukan para laki-laki kepadaku hanya demi merasakan kemengkalan “daging tanpa tulang” milikku tersebut.
Selain itu yg cukup bikin aku bangga bangga adalah porsi pantatku yg padat berisi dan selalu berayun-ke sana-kemari di saat ku berjalan. Jadi tdk dapat dipungkiri lagi jika para laki-laki di kampusku selalu melirik ke arahku di saat aku berjalan.
Singkat cerita. Saat itu hari aktu sdh menunjukkan pukul 21.00. Setelah menyelesaikan tugas kelompok, aku langsung membereskan buku-bukuku. Satu per satu temanku sdh mulai pergi dari salah satu selasar gedung tempat kami mengerjakan tugas.-cerita dewasa- Sampai pada akhirnya tinggallah aku sendiri di sana. Setelah buku-buku sdh ku masukkan ke dalam tas, aku langsung melangkah menuju gerbang kampus.
Cerita mesum terbaru, Akan tetapi, apa hendak dikata karena hari mulai gerimis. Sempat terpikir olehku untuk tetap menghadang gerimis tersebut. Namun aku membatalkan niatku itu karena aku takut laptop yg aku jinjing terkena air, sedangkan jika ku masukkan ke dalam tas, tasku sdh tdk muat lagi karena sdh penuh dgn buku. Jadi tdk ada pilihan lain bagiku kecuali menunggu sampai gerimis reda.-cerita hot-
Sambil mengutak-atik handponeku, kuperhatikan keadaan di sekeliling kampus yg sdh diselimuti suasana sepi. tdk ada satupun orang yg berlalu lalang di area kampusku tersebut. Mungkin saja karena hari sdh menunjukkan pukul 21.30 dan ditambah lagi suasana hujan gerimis yg membuat setiap orang enggan untuk berlama-lama di sana. Ketika aku sedang asyiknya mengutak-atik handponeku, tiba-tiba aku dikagetkan oleh suara seseorang..
“neng Ida kok belum pulang”, begitu sapanya.
Ketika aku berbalik, ternyata orang itu adalah mas Tio, satpam kampusku..
“Eh, mas Tio, belum ni mas masih gerimis soalnya”, begitu sahutku untuk menanggapi pertanyaannya tadi.
“Mending tunggu di Pos Satpam aja neng, daripada sendirian di sini. Lagian kan di sini gelap banget”, begitu tambahnya.-cerita ngentot-
Setelah aku pikir-pikir ada benarnya juga omongan mas Tio tadi. Sebagai pemberitahuan saja buat pembaca kalau mas Tio ini adalah kepala Satpam dikampusku. Dia cukup disegani karena orangnya sangat berwibawa, walaupun demikian dia sangat ramah kepada setiap mahasiswa sehingga hampir semua mahasiswa dekat dgnnya, termasuk diriku.
Singkat cerita, aku sdh berada di post Satpam yg terletak di parkiran mobil di belakang kampus. Sambil bincang-bincang, mas Tio lalu menawarkan segelas teh hangat padaku..
“ngeteh dulu neng, lumayan buat menghangatkan tubuh”, tandas mas Tio.
“ahhh, jangan repot-repot mas”, balasku.
“Udah, diminum aja neng teh nya, daripada kedinginan”, tambahnya.
Tanpa pikir panjang, aku langsung meneguk teh hangat tersebut.
“Wah, teh nya enak mas Tio”, selaku
Mas Tio hanya tersenyum kepadaku. Akan tetapi lama-kelamaan kepalaku terasa pusing dan tdk sadarkan diri.
Setelah aku tersadar, aku merasakan ada sesuatu yanng berat sedang menindih tubuhku. Ternyata mas Tio yg dgn liarnya sedang minciumi leherku. Hal ini bikin aku kaget dan berkata…
“mas Tio, apa-apaan ini….lepasin aku. Mas Jangan kurang ajar ya”, begitu bentakku.
Akan tetapi, mas Tio tdk menggubris omonganku barusan. Melainkan dia tetap asyik mencumbui leherku yg putih mulus.
“Mas Tio, lepasin aku…nanti aku laporin ke dekan lho” begitu teriakku sambil berusaha melepaskan dekapannya.
“Silahkan aja neng teriak sepuasnya karena tdk akan ada yg mendengar, teriakan neng dalam suasana hujan ini”, sahutnya.
“Mas Tio, aku mohon lepasin”, teriakku sambil meronta-ronta.
Aku berusaha untuk berontak agar aku bisa lepas dari dekapan laki-laki ini, tetapi kekuatan tubuhnya yg kekar membuatku tak berdaya untuk melawannya. Yg bisa kulakukan saat itu hanyalah memasrahkan tubuhku yg sintal digeranygi oleh laki-laki yg selama ini sdh kuanggap sebagai kakakku sendiri.
Ciuman demi ciuman mendarat di setiap sentimeter area leherku. Sepertinya mas Tio ini sdh sangat berpengalaman dalam membangkitkan gairah wanita.-cerita dewasa- Buktinya hanya dalam hitungan menit aku sdh terbawa ke dalam arus permainannya. Ringisan ku di awal tadi sontak berubah menjadi desahan nikmat ketika dia mengulum-ngulum telingaku. Sensasi itu kian bertambah ketika tangannya meremas-remas gundukan dadaku.
“Mmmmmppphhhhhh…mas Tiiiiooooo….”, desahku menikmati permainannya.
Melihat aku sdh terangsang, mas Tio langsung menaikkan level permainannya. Yg tadinya Cuma meremas-remas, sekarang dia dgn beraninya melucuti kaus mini yg ku kenakan.
Sehingga saat ini buah dadaku hanya ditutupi oleh bh berwarna pink. Gundukannya sebagian menyembul keluar karena ketdkberdayaan bh ku untuk menopang porsinya yg “irrasional” tersebut.
“Payudara neng Ida, montok banget. Mas udah lama pengen ngerasainnya”, seru mas Tio seraya membenamkan wajahnya di antara lembah bukit gundulku itu.
“ouuuuuccccchhhhh, mas Tiiioooo….Mmmmmmppphhh….”, desisku menanggapi aksi fenomenalnya itu.
“Mas lepasin bh ya neng ya”, serunya sambil kedua tangannya masih bergerilya di tandan susuku.
“Mmmmppppphhhhh……”, hanya itu jawabku sambil mendesah halus.
Merasa mendapat lampu hijau dariku, mas Tio langsung melepas pengait bra ku dan….
Betapa kagetnya dia ketika kedua buah dadaku itu mencuat keluar seolah-olah ingin bebas dari dekapan bra ku yg memang tdk sepadan dgn porsinya.
Ku lihat Mas Tio tak berkedip sedetikpun melihat pemandangan indah yg terhampar dihadapannya. Beberapa kali dia menelan ludah seakan aku adalah hidangan yg siap dilahap habis. Aku yg sedari tadi sdh terangsang agak merasa sedikit kecewa karena didiamkan begitu saja. Lalu……
“Mas Tio tunggu apalagi, bukankah kedua asetku ini yg mas idamkan selama ini?”, tegasku memancing supaya dia kembali ke jalur permainan seperti semula.
“Eeh, iya neng. Mas kaget liat tetek neng Ida. Soalnya gede dan putih”, jawabnya dgn nada gemetar.
“Emang punya istri mas ga segede ini ya?”, lanjutku walaupun sebenarnya pertanyaanku itu sdh jauh melenceng dari zona permainan kami.
“Gede sih, tapi ga seputih dan sekencang punya neng”, cetusnya sambil menjilati kedua “daging gantung” kepunyaanku itu.(kalo bangsa babilonia punya taman gantung, sedangkan aku punya daging gantung)
“Ougghhhh…..huuhhhh…..terussssssss masss…mmhhhhhh”, suara nafasku tak beraturan sebagai respon dari atraksi liarnya di bukit mengkalku itu sehingga gairahku bangkit kembali.
Kali ini mas Tio benar-benar ingin memperlihatkan kelihaiannya dalam membakar gairah wanita. Buktinya pelintiran dan kuluman tak henti-hentinya di daratkan di puting dadaku yg bewarna pink yg membuatku merasakan sensasi yg luar biasa. Tdk sampai di situ saja karena sambil mulutnya melahap putik gunung kembarku, tangannya juga beroperasi dgn tdk kalahnya di pangkal pahaku. Aku entah berada dimana rasanya ketika dia melakukan aksi ganda itu. Sensasinya membuatku tdk peduli lagi akan harga sebuah kehormatan. Yg ada dalam benakku saat itu adalah rasa nikmat yg tak tertahan dan ingin segera ku tuntaskan malam itu juga.
“Oooggghhhh Massssssssss…Tiiiiooooooooooooo..”, bunyi suaraku ketika tangannya sdh beralih ke area selangkanganku.
Dgn keahlian yg dimilikinya, mas Tio mengelus-elus pahaku yg masih tertutup oleh rok miniku. Lama-kelamaan elusannya bergerak menyusuri relung meqiku yg sedari tadi sdh lembab. Aku merasakan jari tangannya menjalari liang kewanitaaku. Entah apa yg dicarinya di sana. Singkatnya dia melakukan “operasi lima jari” di area sensitifku itu. Akan tetapi akhirnya aku mengetahui bahwa dia sedang berusaha mencari “biji mete” di liang kenikmatanku itu.
“Mmppppppppphhhhhhh….ggggghhhhhh,,masss”, kembali nafasku menceracau tak berirama kala jari-jarinya “bercanda” dgn lobang meqiku.
“Masss,aku sdh ga tahan mas, mmmpphhhhhhh……”, desahku dgn nada 100 persen terangsang
Tdk tega melihat aku tersiksa dgn kenikmatan yg belum tertuntaskan itu, mas Tio dgn sigap menarik Rok miniku sehingga aku sekarang hanya mengenakan celana dalam. Dari celana dalamku tersebut terlihat oleh mas Tio bercak bening cairan meqiku yg menandakan bahwa aku memang sdh terangsang dan sdh saatnya rangsangan itu disempurnakan. Tanpa dikomandoi lagi, mas Tio langsung melucuti celana dalam yg merupakan benteng terakhirku.
Dari balik celana dalam pink ku tersebut terpampanglah bukit segitiga yg ditumbuhi rerumputan yg masih halus. Hal ini bisa dimaklumi karena umurku baru 20 tahun dan aku sama sekali belum pernah mencukur tembakau-tembakau liar tersebut. Untuk kedua kalinya mas Tio harus berkutat dgn ketertegunannya menyaksikan “kawah sensitifku” itu.
Akan tetapi, kali ini mas Tio cepat tanggap karena dia langsung membuka celananya dan mengarahkan batang kelelakiannya ke “goa pribadiku” tersebut. Aku cukup terperanjat melihat ukuran “sosis swiss” nya yg sangat besar itu layaknya bintang porno Amerika (asal pembaca tau aja kalo aku suka koleksi film porno). Ditambah lagi bulu-bulu lebat yg mengitarinya yg membuat torpedonya itu tampak gagah perkasa.
Lalu dgn perlahan mas Tio menuntun ujung rudalnya itu ke liang meqiku, aku meringis minta ampun karena meqiku tdk kuasa menampung sodokan “daging bertulang rawan” kepunyaannya yg maha akbar tersebut. 3cm…. 5cm… 9cm… begitu seterusnya hingga “batang keperkasaannya” itu amblas tenggelam dalam miss V ku.
“Mmmppphhhhhh….sssshhhhhhh, terus masss..yesss”, igauku mengimbangi sodokan-sodokan nikmat tersebut.
Setelah Mr. P nya sdh terasa “serasi” di dalam miss V ku, mas Tio mulai mempercepat tempo genjotannya. Dgn kedua tangan berpegangan di buah dadaku yg mulai mengeras, mas Tio memacu “batang kelelakiannya” keluar masuk “liang kewanitaannku”.
“Plaaakkk…plaaakkk….”, begitu bunyi yg terdengar ketika paha mas Tio bertubrukan dgn pantatku. Belum lagi bunyi becek Meqiku yg kian menambah semarak usaha pencapaian kenikmatan kami.
“Terus mas, genjot aku sepuasmu…perlakukan aku sesuka hatimu..sodok aku mas…”, ujarku tak karuan.
“aggghhhh,…neng Ida…meqi neng rapat sekali..burung mas kewalahan ni…ohhh”, rintih mas Tio sambil keringatnya bercucuran.
“Aaaa….mmmmmhhhh…enak mas…iya, terus mas….genjot mas…sedot susuku mas…”, erangku sambil kepalaku bergoyang ke kanan-ke kiri untuk mengimbangi aliran kenikmatan yg sedang menjalari tubuh telanjangku itu. Semakin aku menceracau, semakin cepat irama mas Tio menancapkan pentongannya ke dalam lontongku. Belum lagi kedua buah dadaku yg berayun ke sana-kemari mengikuti sodokan-sodokan yg dahsyat tersebut, yg memacu adrenalin mas Tio untuk segera menuntaskan pendakian puncak kenikmatan ini. Akhirnya aku merasakan aliran yg sangat sensasional menjalari seluruh tubuhku dan lama-kelamaan bermuara pada satu titik, yaitu meqiku.
“Mas..Aaaaaaku… mauuu…keluaaarrr…mas…oughhhh”, seruku memberi pertanda kalo sebentar lagi aku akan orgasme.
“Tahan neng Ida, mas juga mau keluar ni…sabar neng..kita sama-sama”, teriaknya sambil menambah “speed” genjotannya.
“Mas…aaakuu..keee..luuarrrr mas….oughhh”, lenguhku sambil mengejang hebat dan saat itu juga muntahlah lahar panas dari “liang senggamaku” itu. Pinggulku naik dan berputar ke sana-sini untuk meresapi setiap inci dari kenikmatan orgasme tersebut. Nafasku tersengal-sengal dan keringatku bercucuran dgn hebatnya. Sedangkan Mas Tio kulihat masih berjuang dgn sisa-sisa tenaganya untuk mendaki puncak kenikmatan yg tak kunjung menghampirinya. Kulihat butir-butir keringat membasahi bidang dadanya yg atletis dan berbulu itu. Pada akhirnya…
“Neng Ida…mas maaauuuu…keluarrrrrrr…oughhh..ssssshhhhh”, teriaknya tersengal-sengal..
“Neng…meqi neng enaaaakkkk…neng”, kata-katanya mulai tdk terkontrol.
“Nengg….mass….keeeluuaarrrrrrrr”, erangnya
Dan pada akhirnya………..
benar saja “Critt…critt….” air maninya yg hangat tumpah di dalam meqiku dan kemudian meleleh keluar membasahi pahaku. Entah berapa cc air mani yg disemprotkannya ke dalam meqiku. Kulihat mas Tio masih tersengal-sengal sambil menikmati sisa-sisa oragasme yg luar biasa itu.
“Huuuhhh, meqi neng Ida enak banget neng. Rapat banget neng. Jepitannya membuat burung mas KO”, cetusnya sambil mengeluarkan “cerobong elastisnya” itu dari relung meqiku.
“Muchh….”, kecupannya mendarat di meqiku yg berlumuran air mani.
“Makasih neng Ida, neng benar-banar luar biasa”, serunya sambil merogoh buah dadaku untuk terakhir kalinya.
Aku hanya terdiam. Tak ada reaksi utk memarahinya seperti yg kulakukan seperti di awal tadi. Aku hanya larut dgn suasana nikmat yg telah diberikannya.
Cerita Hot, Asal pembaca tau bahwa kejadian malam itu bukanlah kejadian yg terakhir karena sejak saat itu kami malah sering melakukannya, bahkan sampai 2 kali atau 3 kali seminggu.
0 comments:
Post a Comment