Fgila CERITA ASIK GILAQQ ~ KUMPULAN CERITA ASIK
WWW.METROQQ.COM HADIR DENGAN 5 BANK, BCA, MANDIRI, BNI, BRI, DANAMON

Monday, April 25, 2016

CERITA ASIK GILAQQ

BERHUBUNGAN DENGAN SEKRETARIS

GILAQQ
Perkenalkan nama saya Rendi umur 29 tahun, saya bekerja di sebuah hotel berbintang tiga di kota “B”. Seperti kebanyakan orang bekerja yang kadang membuat kita jenuh, untuk mengatasinya aku sering mengunjungi situs XXX ini, sampai akhirnya saya terobsesi untuk menulis cerita ini.

Cerita sex ini berawal dari pulang kemalaman dengan seorang sekretaris teman sekantor di bagian lain, namanya Vida berperawakan sintal dengan kulit putih dan tinggi badan yang sedang-sedang saja sekitar 165 cm. Sebetulnya Vida bukanlah tipe orang yang ramah walaupun dia seorang sekretaris, mungkin karena om-nyalah dia ada di posisi tersebut. Oh ya, Vida juga sudah menikah kira-kira satu setengah tahun yang lalu, dan saya pernah beberapa kali ketemu dengan suaminya.

Pagi itu pada saat jam masuk kantor aku berpapasan dengannya di pintu masuk, seperti biasa kita saling tersenyum dan mengucapkan selamat pagi. Ah lucu juga kita yang sudah kenal beberapa tahun masih melakukan kebiasaan seperti itu, padahal untuk hitungan waktu selama tiga tahun kita harus lebih akrab dari itu, tapi mau bagaimana lagi karena Vida orangnya memang seperti itu jadi akupun terbawa-bawa, aku sendiri bertanya-tanya apakah sifatnya yang seperti itu hanya untuk menjaga jarak dengan orang-orang di lingkungan kerja atau memang dia punya pembawaan seperti itu sejak lahir.

Mungkin saat itu aku sedang ketiban mujur, tepat di pintu masuk entah apa penyebabnya tiba-tiba saja Vida seperti akan terjatuh dan refleks aku meraih tubuhnya dengan maksud untuk menahan supaya dia tidak benar-benar terjatuh, tapi tanpa sengaja tanganku menyentuh sesuatu di bagian dadanya. Setelah dapat berdiri dengan sempurna Vida memandang ke arahku sambil tersenyum, ya ampun menurutku itu merupakan sesuatu yang istimewa mengingat sifatnya yang kuketahui selama ini.

“Terima kasih Pak Rendi, hampir saja aku terjatuh.”

“Oh, nggak apa-apa, maaf barusan tidak sengaja.”

“Tidak apa-apa.” Seperti itulah dialog yang terjadi pagi itu.

Walaupun nggak mau mikirin terus kejadian tersebut tapi aku tetap merasa kurang enak karena telah menyentuh sesuatu pada tubuhnya walaupun nggak sengaja, waktu kutengok ke arah meja kerjanya melalui kaca pintu ruanganku dia juga kelihatannya kepikiran dengan kejadian tersebut, untung waktu masuk kerja masih empat puluh lima menit lagi jadi belum ada orang, seandainya pada saat itu sudah banyak orang mungkin dia selain merasa kaget juga akan merasa malu.

Aku kembali melakukan rutinitas keseharian menggeluti angka-angka yang yang nggak ada ujungnya. Sudah kebiasaanku setiap tiga puluh menit memandang gambar panorama yang kutempel dikaca pintu ruanganku untuk menghindari kelelahan pada mata, tapi ternyata ada sesuatu yang lain di seberang pintu ruanganku pada hari itu, aku melihat Vida sedang memandang ke arah yang sama sehingga pandangan kami bertemu.

Lagi, dia tersenyum kearahku, aku malah jadi bertanya-tanya ada apa gerangan dengan cewek itu, aku yang geer atau memang dia jadi lain hari ini, ah mungkin hanya pikiranku saja yang ngelantur. Jam istirahat makan seperti biasa semua orang ngumpul di EDR untuk makan siang, dan suatu kebetulan lagi waktu nyari tempat duduk ternyata kursi yang kosong ada di sebelah Vida, akhirnya aku duduk disana dan menyantap makanan yang sudah kuambil. Setelah selesai makan, kebiasaan kami ngobrol ngalor-ngidul sambil menunggu waktu istirahat habis, karena aku duduk disebelah dia jadi aku ngobrol sama dia, padahal sebelumnya aku males ngobrol sama dia.

“Gimana kabar suaminya vi?” aku memulai percakapan

“Baik pak.”

“Trus gimana kerjaannya? masih di tempat yang dulu?”

“Sekarang sedang mengikuti pelatihan di Singapura, baru berangkat satu bulan yang lalu.”

“Oh begitu, baru tahu aku.”

“Ingin lebih pintar katanya pak.”

“Ya baguslah kalau begitu, kan nantinya juga untuk maesa depan berdua.”

“Iya pak.”

Setelah jam istirahat habis semua kembali ke ruangan masing-masing untuk meneruskan kerjaan yang tadi terhenti. Akupun kembali hanyut dengan kerjaanku. Pukul setengah tujuh aku bermaksud beres-beres karena penat juga kerja terus, tanpa sengaja aku nengok ke arah pintu ruanganku ternyata Vida masih ada di mejanya. Setelah semua beres akupun keluar dari ruangan dan bermaksud untuk pulang, aku melewati mejanya dan iseng aku nyapa dia.

“Kok tumben hari gini masih belum pulang?”

“Iya pak, ini baru mau pulang, baru beres, banyak kerjaan hari ini” Aku merasakan gaya bicaranya lain hari ini, tidak seperti hari-hari sebelumnya yang kalau bicara selalu kedengaran resmi, yang menimbulkan rasa tidak akrab.

“Ya udah kalo begitu kita bareng aja.” ajakku menawarkan.

“Tidak usah pak, biar aku pulang sendiri saja.”

“Nggak apa-apa, ayo kita bareng, ini udah terlalu malam.”

“Baik Pak kalau begitu.” Sambil berjalan menuju tempat parkir kembali kutawarkan jasa yang walaupun sebetulnya niatnya hanya iseng saja.

“Gimana kalo Vida bareng aku, kita kan searah.” “Nggak usah pak, biar aku pakai angkutan umum atau taksi saja.”

“Lho, jangan gitu, ini udah malem, nggak baik perempuan jalan sendiri malem-malem.”

“Baik kalau begitu pak.” Di sepanjang jalan yang dilalui kami tidak banyak bicara sampai akhirnya aku perhatikan dia agak lain, dia kelihatan murung, kenapa ini cewek.

“Lho kok kelihatannya murung, kenapa?” tanyaku penasaran.

“Nggak apa-apa pak.” “Nggak apa-apa kok ngelamun begitu, perlu teman buat ngobrol?” tanyaku memancing.

“Nggak ah pak, malu.”

“Kok malu sih, nggak apa-apa kok, ngobrol aja aku dengerin, kalo bisa dan perlu mungkin aku akan bantu.” “Susah mulainya pak, soalnya ini terlalu pribadi.”

“Oh begitu, ya kalo nggak mau ya nggak usah, aku nggak akan maksa.”

“Tapi sebetulnya memang aku perlu orang untuk teman ngobrol tentang masalah ini.”

“Ya udah kalo begitu obrolin aja sama aku, rahasia dijamin kok.”

“Ini soal suami aku pak.”

“Ada apa dengan suaminya?” “Itu yang bikin aku malu untuk meneruskannya.”

“Nggak usah malu, kan udah aku bilang dijamin kerahasiaannya kalo Vida ngobrol ke aku.”

“Anu, aku sering baca buku-buku mengenai hubungan suami istri.”

“Trus kenapa?” “aku baca, akhir dari hubungan badan antara suami istri yang bagus adalah orgasme yang dialami oleh keduanya.”

“Trus letak permasalahannya dimana?”

“Mengenai orgasme, aku sampai dengan saat ini aku hanya sempat membacanya tanpa pernah merasakannya.” Aku sama sekali nggak pernah menduga kalo pembicaraannya akan mengarah kesana, dalam hati aku membatin, masa sih kawin satu setengah tahun sama sekali belum pernah mengalami orgasme? timbul niatku untuk beramal

“Masa sih vi, apa betul kamu belum pernah merasakan orgasme seperti yang barusan kamu bilang?”

0 comments:

Post a Comment