PEMBANTU MUDA KU
GILAQQ |
Dulu aku sempat punya pembantu tapi karena pembantu ingin menikah didesanya jadi aku terpaksa mencari yang baru lagi, jujur saja aku kuwalahan untuk mengurus pekerjaan rumah dan rasanya ingin mencari obat stress, aku mendatangi sebuah jasa penyalur PRT dan aku menemukan calon yang menarik perhatianku namanya Wisti aku cari infonya dia masih berumur 17 tahun.
Wajahnya cukup cantik dengan lesung pipinya yang bikin manis, bibirnya tipis dengan mata yang bersayu sayu, seandainya dia mau berdandan pastinya lebih cantik mungkin saja dia jadi artis ibu kota karena sudah mempunyai modal wajah yang cantik, aku lihat bodynya juga cukup padat walupun dia mungil langsung saja aku menerima dia sebagai PRT di rumahku.
Setelah seminggu di rumahku dia memang orangnya gesit dalam mengurus rumah, kadang aku juga menginttip kegiatan dia sedang memakai kaos yang ketat membuat hasrat sexku muncul, dengan memakai rok mininya aku mendekati dia dan iseng dari belakang aku cubit pahanya yang putih itu, Wisti sedikit kaget namun setelah melihat wajahku dia hanya menunduk kepalanya dengan manja.
Dan saat aku pulang dari kantor aku kembali melihat dia sedang mengepel antaia dengan menggunakan pakain daster yang tipis sambil nungging, aku pulang disuguhkan pemandangan yang membuat rudalku berdiri, pantatnya bergoyang ke kanan kekiri Nampak garis celana dalamnya yang membayang di dasternya tak lama kemudian aku sengaja menepuk bokongnya sambil berkata:
“itu ngepel atau sedang gotyang dangdut Wisti, kok aku melihat pantat kamu jadi terangsang sekali
Wisti hanya sedikit senyum dan tertawa lirih mendengar komentarku dan kembali meneruskan pekerjaannya, ehh tak taunya malah dia semakin kencang menggoyangkan pantatnya.
Karena aku gemas dengan apa yang dilakukan Wisti aku pegang bokongnya untuk menahan goyangannya, aku melihat bokong yang sangat seksi sekali aku mainkan kedua jempolku diantara selakangannya gadis itu, kemudia dia menghentikan gerakannya dan mengehentikan tawanya, tangan kananku mengelus paha sebelah kanannya sampai masuk kedalam dasternya.
“Maaf ndoro jangan bergitu, cegah Wisti”
“nggak apa pa kok sayang , gak usah takut”
“Wisit tetap bertahan , jangan Ndoroo jangan sekarang..!!
Perkataan Wsiti semakin membuat aku nafsu, dengan terburu buru Wisti berdiri dan bergegas membereskan ember dan kain lapnya kemudian dia menuju ke dapur.
Ya udah aku biarkan Wisti menyelesaikan pekerjaannya yang ada di dapur, malam harinya pukul 7 malam aku meminta bantuan Wisti untuk memijat punggungku yang pegal karena seharian rutinitasku di kantor memang banyak pekerjaan, agar tubuhku fit kembali untuk hari besok tak ada salahnya aku member pengalaman baru kepada gadis Wisti.
Aku memanggil Wisti untuk menuju kekamarku dan membawa minyak gosok , tak lama dia dating masih memakai daster yang tipisnya, aku suruh untuk duduk disampingku.
Langsung saja jemarinya menyentuh punggungku yang sudah diolesi dengan minyak gosok, sambil aku ajak ngorol dia.
“Wisti kamu ndak sudah punya pacar belum” kataku
“hmmm dengan jawaban yang lama dia berkata kalau disini belum ndoro”
“lhhooo kok kalau disini , berarti diluar sana Wisti punya ya???
“dengan senyumannya yang khas itu dia menjawab “ dulu waktu didesa aku punya pacar tapi sudah aku putus”
“lha emang kenapa ???
“habis dia mau enaknya sendiri , dia mintanya ngajak gituan terus tapi kalau diajak menikah gak mau, ya aku putisin dia aja Ndooro.”
Dengan rasa penasaran aku langsung membalikkna badanku supaya dadaku yang gantian diurutnya, sambil menatap wajahnya yang manis itu, “gituan giman maksutnya??Seolah olah aku membodohi dia, apakah akamu tidak suka??
“ya itu ndoroo maksutnya ngajak kelon bareng tidur berdua telanjang, ya begituan ndorro”
Muka Wisti memerah sedikit malu.
“lha kamu mau aja diajak gituan, tanyaku
“ya maksutnya begini ndorrro kalau hanya menghisap burungnya saja Wisti juga gak apa apa , tapi kalau mau yang lainnya Wisti aku tolak.”
Dengan perkataan Wisti tadi spontan saja burungku langsung tegang dibuatnya. Aku juga tertawa mendengar pekataan yang polos tersebut, lha emang gak belepotan hehe.
“ah enggak juga ndoro yang penting Wisti masih perawan”
Lha kenapa kalau kamu juga suka kok putus pacarannya,
“ya karena lama kelamaan ngeselin sih, soalnya kalau diajak macem macaem mau, tapi dia malah maen pada wanita lainnya , untung saja Wisti hanya kasih emutan saja gak lebih jadi aku masih perawan Ndorooo”
Aku pancing dia dengan candaanku, “lha emangnya kalau gituan aja apa gak pengen coba yang beneran ?? godaku sambil melihat wajahnya yang kembali memerah.
“Ehh katanya kalau gituan sakit ya dan bisa hamil?? Tanya Wisti dengan polosnya.
Kini tubuh Wisti agak membungkuk sambil menggosokkan minyak keperutku , saat itu aku melihat gundukan payudaranya yang tidak ditopangi BH sungguh masih alami dan bersih putingnya dan susunya sangat montok sekali payudaranya Wisti, tanganku sambil mengelus ngelus pahanya yang mengankang , aku menggodanya .
“Jika kalau sama Ndoro Wisti apakah sudi ngasih beneran atau hanya diemut saja”suasan semakin memanas saat itu.
Aku lihat pipi Wisit semakin memerah agak malu mungkin, “tapi aku disini Cuma pembantu Ndoroo mask iya sih pembantu? Kan disini aku Cuma pelayan rumah tangga.
“lha itu juga kan namanya melayani juga Wisti, betul kan?? Aku lihat dia sedikit tersenyum manis.
“nanti kalau aku hamil giman ndoro???
Jangan taku Wisti nanti kalau hamil ndooro yang tanggung jawab , lagian ini baru pertama kalinya nggak bakal hamil, meskipun dia sedikit malu dan ragu , Wsiti menurut perkataanku dan menyikap dasternya diangkatnya.
Kemudian Wsiti meletakkna pantatnya diatas pahaku, dengan rasa yang agak tegang aku mengelus ngelus rambutnya untuk membuat dia tenang, tangan dia menyikap payudaranya sesat aku melihat tubuhnya yang nyaris telanjang , sementar wajah Wisti menoleh menyamping seakan akan membuang wajahnya kekanan, karena tidak sabar aku tarik pinggang Wisti dan aku rebahkan disampingku.
Mungkin seumur hidupnya baru merasakan kasur yang super empuk , langsung saja kau sergap dari atas aku ciumi bibirnya yang tersenyum malu, aku memulai permainan panas ini dengan menggerayangi seluruh tubuhnya meremas remas kedua payudaranya yang kenyal, putingnya yang tegak aku mainkan sampai berwarna merah muda.
Payudaranya montok cukup tanganku untuk memeras terus, tidak menggantung payudaranya sungguh kencang gadis desa ini sungguh ranum siap untuk dinikmati.
Ouuhhhh mmmmmMMmmm ndorooooo ehmmmmmm burungnya ndoro mau aku hisep gak ??”kata Wsiti dengan nafas yang cepat”
“kalau mau ngemut burungku lepas dulu celana kamu Wisti”
Lalu dia bangkit dan melorotkan celana dalammnya dan gadis desa ini benar benar telanjang bulat di depan mataku, dengan perlahan wajah Wisti mendekat diselakanganku meraih kejantananku sambil menata rambutnya kebelakang, dia gantian melorotkan celana dalamku terlihat wajahnya yang tepenganga melihat kejantananku. Mungkin ia membayangkan bagaimana benda berotot sebesar itu dapat masuk di tubuhnya.
Aku segera merasakan sensasi yang luar biasa ketika Wisti mulai mengulum kejantananku, memainkan lidahnya dan menghisap dengan mulut mungilnya sampai pipinya ‘kempot’. Gadis ini ternyata pintar membuat kejantananku cepat gagah.
“Ehm… srrrp… mmm… crup! Ahmm… mmm… mmmh..! Nggolo (ndoro)..! Hangang keyas-keyas(jangan keras-keras)..! Srrrp..!”
Gadis itu tergeliat dan memprotes ketika aku meraih payudaranya yang montok dan meremasinya. Namun aku tak perduli, bahkan tangan kananku kini mengelus belahan pantat Wisti yang bulat penuh, terus turun sampai ke bibir kemaluannya yang masih jarang-jarang rambutnya. Maklum, masih perawan.
Gadis itu tergelinjang tanpa berani bersuara ketika jemariku menyibakkan bibir kemaluannya dan menelusup dalam kemaluannya yang masih perawan.
Merasa kejantananku sudah cukup gagah, kusuruh Wisti mengambil pisau cukur di atas meja, lalu kembali ke atas ranjang. Tersipu-sipu gadis perawan itu mengambil bantal berusaha untuk menutupi ketelanjangannya.
Malu-malu gadis itu menuruti perintah majikannya berbaring telentang menekuk lutut dan merenggangkan pahanya, mempertontonkan rambut kemaluannya yang hanya sedikit.
Tanpa menggunakan foam, langsung kucukur habis rambut di selangkangan gadis itu, membuat Wisti tergelinjang karena perih tanpa berani menolak. Kini bibir kemaluan Wisti mulus kemerah-merahan seperti kemaluan seorang gadis yang belum cukup umur, namun dengan payudara yang kencang.
Dengan sigap aku menindih tubuh montok menggiurkan yang telanjang bulat tanpa sehelai benang pun itu. Tersipu-sipu Wisti membuang wajah dan menutupi payudaranya dengan telapak tangan. Namun segera kutarik kedua tangan Wisti ke atas kepalanya, lalu menyibakkan paha gadis itu yang sudah mengangkang. Pasrah Wisti memejamkan mata menantikan saatnya mempersembahkan keperawanannya.
Gadis itu menahan nafas dan menggigit bibir saat jemariku mempermainkan bibir kemaluannya yang basah terangsang. Perlahan kedua paha mulus Wisti terkangkang semakin lebar. Aku menyapukan ujung kejantananku pada bibir kemaluan gadis itu, membuat nafasnya semakin memburu.
Perlahan tapi pasti, kejantananku menerobos masuk ke dalam kehangatan tubuh perawan Wisti. Ketika selaput dara gadis manis itu sedikit menghalangi, dengan perkasa kudorong terus, sampai ujung kejantananku menyodok dasar liang kemaluan Wisti.
Ternyata kemaluan gadis ini kecil dan sangat dangkal. Kejantananku hanya dapat masuk seluruhnya dalam kehangatan keperawanannya bila didorong cukup kuat sampai menekan dasar kemaluannya. Itu pun segera terdesak keluar lagi.
Wisti terpekik sambil tergeliat merasakan pedih menyengat di selangkangannya saat kurenggutkan keperawanan yang selama ini telah dijaganya baik-baik. Tapi gadis itu hanya berani meremas-remas bantal di kepalanya sambil menggigit bibir menahan sakit.
Air mata gadis itu tak terasa menitik dari sudut mata, mengaburkan pandangannya. Wisti merintih kesakitan ketika aku mulai bergerak menikmati kehangatan kemaluannya yang serasa ‘megap-megap’ dijejali benda sebesar itu. Namun rasa sakit dan pedih di selangkangannya perlahan tertutup oleh sensasi geli-geli nikmat yang luar biasa.
Tiap kali kejantananku menekan dasar kemaluannya, gadis itu tergelinjang oleh ngilu bercampur nikmat yang belum pernah dirasakannya. Kejantananku bagai diremas-remas dalam liang kemaluan Wisti yang begitu ‘peret’ dan legit. Dengan perkasa kudorong kejantananku sampai masuk seluruhnya dalam selangkangan gadis itu, membuat Wisti tergelinjang-gelinjang sambil merintih nikmat tiap kali dasar kemaluannya disodok.
“Ahh… Ndoro..! Aa… ah..! Aaa… ahk..! Oooh..! Ndorooo… Wisti pengen… pih… pipiiis..! Aaa… aahh..!”
Sensasi nikmat luar biasa membuat Wisti dengan cepat terorgasme.
“Tahan Nduk! Kamu nggak boleh pipis dulu..! Tunggu Ndoro pipisin kamu, baru kamu boleh pipis..!”
Dengan patuh Wisti mengencangkan otot selangkangannya sekuat tenaga berusaha menahan pipis, kepalanya menggeleng-geleng dengan mata terpejam, membuat rambutnya berantakan, namun beberapa saat kemudian.
“Nggak tahan Ndorooo..! Ngh…! Ngh…! Ngggh! Aaaiii… iik..! Aaa… aaahk..!” Tanpa dapat ditahan-tahan, Wisti tergelinjang-gelinjang di bawah tindihanku sambil memekik dengan nafas tersengal-sengal.
Payudaranya yang bulat dan kenyal berguncang menekan dadaku saat gadis itu memeluk erat tubuh majikannya, dan kemaluannya yang begitu rapat bergerak mencucup-cucup.
Berpura-pura marah, aku menghentikan genjotannya dan menarik kejantananku keluar dari tubuh Wisti.
“Dibilang jangan pipis dulu kok bandel..! Awas kalau berani pipis lagi..!”
Tampak kejantananku bersimbah cairan bening bercampur kemerahan, tanda gadis itu betul-betul masih perawan. Gadis itu mengira majikannya sudah selesai, memejamkan mata sambil tersenyum puas dan mengatur nafasnya yang ’senen-kamis’. Di pangkal paha gadis itu tampak juga darah perawan menitik dari bibir kemaluannya yang perlahan menutup.
Aku menarik pinggang Wisti ke atas, lalu mendorong sebuah bantal empuk ke bawah pantat Wisti, membuat tubuh telanjang gadis itu agak melengkung karena pantatnya diganjal bantal. Tanpa basa-basi kembali kutindih tubuh montok Wisti, dan kembali kutancapkan kejantananku dalam liang kemaluan gadis itu.
Dengan posisi pantat terganjal, klentit Wisti yang peka menjadi sedikit mendongak. Sehingga ketika aku kembali melanjutkan tusukanku, gadis itu tergelinjang dan terpekik merasakan sensasi yang bahkan lebih nikmat lagi dari yang barusan.
“Mau terus apa brenti, Nduk..?” godaku.
“Aii… iih..! He.. eh..! Terus Ndorooo..! Enak..! Enak..! Aahh… Aiii… iik..!”
Tubuh Wisti yang montok menggiurkan tergelinjang-gelinjang dengan nikmat dengan nafas tersengal-sengal diantara pekikan-pekikan manjanya.
“Ooo… ohh..! Ndoroo.., Wisti pengen pipis.. lagiii… iih..!”
“Yang ini ditahan dulu..! Tahan Nduk..!”
“Aa.. aak..! Ampuuu… unnhh..! Wisti nggak kuat… Ndorooo..!”
Seiring pekikan manjanya, tubuh gadis itu tergeliat-geliat di atas ranjang empuk.
Pekikan manja Wisti semakin keras setiap kali tubuh telanjangnya tergerinjal saat kusodok dasar liang kegadisannya, membuat kedua pahanya tersentak mengangkang semakin lebar, semakin mempermudah aku menikmati tubuh perawannya.
Dengan gemas sekuat tenaga kuremas-remas kedua payudara Wisti hingga tampak berbekas kemerah-merahan. Begitu kuatnya remasanku hingga cairan putih susu menitik keluar dari putingnya yang kecoklatan.
“Ahhhk..! Aaa.. aah! Aduu.. uhh! Sakit Ndorooo..! Wisti mau pipiiiiss..!”
Dengan maksud menggoda gadis itu, aku menghentikan sodokannya dan mencabut kejantanannya justru disaat Wisti mulai orgasme.
“Mau pipis Nduk..?” tanyaku pura-pura kesal.
“Oohh… Ndorooo… terusin dong..! Cuma ‘dikit, nggak pa-pa kok..!” rengek gadis itu manja.
“Kamu itu nggak boleh pipis sebelum Ndoro pipisin kamu, tahu..?” aku terus berpura-pura marah.
Tampak bibir kemaluan Wisti yang gundul kini kemerah-merahan dan bergerak berdenyut.
“Enggak! Enggak kok! Wisti enggak berani Ndoro..!”
Wisti memeluk dan berusaha menarik tubuhku agar kembali menindih tubuhnya. Rasanya sebentarlagi gadis itu mau pipis untuk ketiga kalinya.
“Kalau sampai pipis lagi, Ndoro bakal marah, lho Nduk..?” kuremas kedua buah dada montok Wisti.
“Engh… Enggak. Nggak berani.” Wajah gadis itu berkerut menahan pipis.
“Awas kalau berani..!” kukeraskan cengkeraman tangannya hingga payudara gadis itu seperti balon melotot dan cairan putih susu kembali menetes dari putingnya.
“Ahk! Aah..! Nggak berani, Ndoro..!”
Wisti menggigit bibir menahan sakitnya remasan-remasanku yang bukannya dilepas malah semakin kuat dan cepat. Namun gadis itu segera merasakan ganjarannya saat kejantananku kembali menghajar kemaluannya. Tak ayal lagi, Wisti kembali tergiur tanpa ampun begitu dasar liang kemaluannya ditekan kuat.
“Ngh..! Ngh..! Nggghhh..! Ahk… Aaa… aahhh..! Ndorooo… ampuuu… uun..!”
Tubuh montok gadis itu tergerinjal seiring pekikan manjanya.
Begitu cepatnya Wisti mencapai puncak membuat aku semakin gemas menggeluti tubuh perawannya. Tanpa ampun kucengkeram kedua bukit montok yang berdiri menantang di hadapanku dan meremasinya dengan kuat, meninggalkan bekas kemerahan di kulit payudara Wisti.
Sementara genjotan demi genjotan kejantananku menyodok kemaluan gadis itu yang hangat mencucup-cucup menggiurkan, bagai memohon semburan puncak.
Gadis itu sendiri sudah tak tahu lagi mana atas mana bawah, kenikmatan luar biasa tidak henti-hentinya memancar dari selangkangannya. Rasanya seperti ingin pipis tapi nikmat luar biasa membuat Wisti tidak sadar memekik-mekik manja.
Kedua pahanya yang sehari-hari biasanya disilangkan rapat-rapat, kini terkangkang lebar, sementara liang kemaluannya tanpa dapat ditahan-tahan berdenyut mencucup kejantananku yang begitu perkasa menggagahinya. Sekujur tubuh gadis itu basah bersimbah keringat.
“Hih! Rasain! Dibilang jangan pipis! Mau ngelawan ya..!” Gemas kucengkeram kedua buah dada Wisti erat-erat sambil menghentakkan kejantananku sejauh mungkin dalam kemaluan dangkal gadis itu.
Wisti tergelinjang-gelinjang tidak berdaya tiap kali dasar kemaluannya disodok. Pantat gadis itu yang terganjal bantal empuk berulangkali tersentak naik menahan nikmat.
“Oooh… Ndorooo..! Ahk..! Ampun..! Ampun Ndoroo..! Sudah..! Ampuuu.. unn..!” Wisti merintih memohon ampun tidak sanggup lagi merasakan kegiuran yang tidak kunjung reda.
Begitu lama majikannya menggagahinya, seolah tidak akan pernah selesai. Tidak terasa air matanya kembali berlinang membasahi pipinya. Kedua tangan gadis itu menggapai-gapai tanpa daya, paha mulusnya tersentak terkangkang tiap kali kemaluannya dijejali kejantananku, nafasnya tersengal dan terputus-putus.
Bagian dalam tubuhnya terasa ngilu disodok tanpa henti. Putus asa Wisti merengek memohon ampun, majikannya bagai tak kenal lelah terus menggagahi kegadisannya. Bagi gadis itu seperti bertahun-tahun ia telah melayani majikannya dengan pasrah.
Menyadari kini Wisti sedang terorgasme berkepanjangan, aku tarik paha Wisti ke atas hingga menyentuh payudaranya dan merapatkannya. Akibatnya kemaluan gadis itu menjadi semakin sempit menjepit kejantananku yang terus menghentak keluar masuk.
Wisti berusaha kembali mengangkang, namun dengan perkasa semakin kurapatkan kedua paha mulusnya. Mata Wisti yang bulat terbeliak dan berputar-putar, sedangkan bibirnya merah merekah membentuk huruf ‘O’ tanpa ada suara yang keluar. Sensasi antara pedih dan nikmat yang luar biasa di selangkangannya kini semakin menjadi-jadi.
Aku semakin bersemangat menggenjotkan kejantananku dalam hangatnya cengkeraman pangkal paha Wisti, membuat gadis itu terpekik-pekik nikmat dengan tubuh terdorong menyentak ke atas tiap kali kemaluannya disodok keras.
“Hih! Rasain! Rasain! Nih! Nih! Nihh..!” aku semakin geram merasakan kemaluan Wisti yang begitu sempit dan dangkal seperti mencucup-cucup kejantananku.
“Ahh..! Ampuuu…uun… ampun… Ndoro! Aduh… sakiit… ampuuu… un..!”
Begitu merasakan kenikmatan mulai memuncak, dengan gemas kuremas kedua payudara Wisti yang kemerah-merahan berkilat bersimbah keringat dan cairan putih dari putingnya, menumpukan seluruh berat tubuhku pada tubuh gadis itu dengan kedua paha gadis itu terjepit di antara tubuh kami, membuat tubuh Wisti melesak dalam empuknya ranjang.
Pekikan tertahan gadis itu, gelinjangan tubuhnya yang padat telanjang dan ‘peret’-nya kemaluannya yang masih perawan membuatku semakin hebat menggeluti gadis itu.
“Aduh! Aduu… uuhh… sakit Ndoro! Aaah… aaamm… aaammpuuun… ampuuu… uun Ndoro.. Wisti… pipiiii… iiis! Aaammm… puuun..!”
Dan akhirnya kuhujamkan kejantananku sedalam-dalamnya memenuhi kemaluan Wisti, membuat tubuh telanjang gadis itu terlonjak dalam tindihanku, namun tertahan oleh cengkeraman tanganku pada kedua buah dada Wisti yang halus mulus.
Tanpa dapat kutahan, kusemburkan sperma dalam cucupan kemaluan Wisti yang hangat menggiurkan sambil dengan sekuat tenaga meremas-remas kedua buah dada gadis itu, membuat Wisti tergerinjal antara sakit dan nikmat.
“Ahk! Auh..! Aaa… aauuhh! Oh… ampuuu…uun Ndoro! Terus Ndoro..! Ampuuun! Amm… mmh..!Aaa… aaakh..!”
Dengan puas aku menjatuhkan tubuh di sisi tubuh Wisti yang sintal, membuat gadis itu turut terguling ke samping, namun kemudian gadis itu memeluk tubuhku. Sambil terisak-isak bahagia, Wisti memeluk tubuhku dan mengelus-elus punggungku.
Masih dengan posisi tersebut aku berfikir untuk menaikkan gaji Wisti 3 x lipatnya , supaya dia betah untuk bekerja dan menemaniku disini setiap saat , dengan tubuh yang masioh lemas Wisti bergeluntur turun dari ranjang dan melakukan gerakan melompat lompat, aku bertanya “ngapaiann kamu Wisti”
“katanya biar tidak hamilharus lompat lompat ndorrooo , giman sih”
Aku tebahak mendengarnya sungguh polosnya gadis ini , melihat cairan kental yang turun dari selakangannya tanpa ada bulu sehelaipun.
0 comments:
Post a Comment