SEX DENGAN PAKSAAN ITU INDAH
Sedang apa kalian disini”
Ahh kamu pasti tau dong non”
Tolong kamu jangan maju lagi, kalau kamu maju aku akan teriak sekencang kencangnya, iar pada dengar”
Hahahahahaha….kamu teriak sama aja bohong disini tidak ada orang kecuali kamu dan kami, karena disini jauh dari pemukiman”
HELLLPPPPP meeeeeee jeritan nona yang menolak untuk diajak bersenggama”
Tangan Alwan langsung menyentuh bagian nona tersebut”
Hai kamu mau lari kemana non, tanya Alwan”
Alwan yang berjalan pelan pelan sambil melihat bagian tubuh Citra’
Non mari ayo kita bercinta , Mr.P aku sudah berdiri tegak menantang ini, jangan lari larian entar cape kamu, kata Hasan yang berdiri menunggu di depan pintu.
Karena kamu menolak kami akan memperkosamu non, tanya Alwan”
Jangan Jangan kamu jangan mendekat dengan wajah yang ketakutan tubuh Citra keluar keringatnya.
Citra yang memakai pakaian mini dengan roknya dan sepatu haknya sudah tak berdaya lagi karena dia sudah dijamah dilucuti pakaiannya.
Citar yang berada disudut ruangan tidak bisa apa apa kecuali menangis, tangan Alwan memgangn wajah Citra dan berkata kamu sungguh cantik sekali non”
Beda lagi dengan Hasan dia memandang dari kejauhan dan berkata susu kamu sungguh besar enak nih jika kau kulum, apalagi pahamu terlihat bersih dan putih pastilah memek kamu juga terawat.
Citra sungguh memelas wajahnya , tolong lah jangan nodai aku , memelas pasti.
Hehehehehe ketawa Alwan sungguh bengis, jika kamu nurut dan tak berontak kami juga sebaliknya akan memperlakukan kamu dengan nyaman.
Bang Alwan sekarang giliran aku dong yang memulainya , masak iya aku terus yang kebagian akhrinya, dengan nada kesal Hasan berkata seperti itu kepada Alwan.
Alwan yang masih melihat lihat tubuh Citra memperbolehkan Hasan untuk menjamahnya terlebih dahulu, tapi jangan lama lama aku juga sudah sange berat, kata Alwan.
Lanngsung saja Hasan sontak tersenyum puas, dilumat bibir Citra yang tipis dan menggerayangi tubuh mulus Citra.
Bang tolong bang jangan lakukan ini pada diriku, Citra mau menggantinya kecuali diginiin bang, tak menghiraukan perkataan Citra langsung saja tangan Hasan menusuk ke memek Citra.
Ahhhhhhh kamu apain memekku bang , sakitt sekali, hasan tak peduli akan rengekan Citra terus saja Hasan mempermainkan memeknya dengan jari kirinya, Hasan yang terlihat terangsang masih menciumi leher Citra sampai ke payudaranya dengan tangan yang mengelus mengelus memek yang menegang.
Hasan yang sudah kalap langsung ingin membuka baju dan rok mininya, tapi tangan Citra menangkap kedua tangna Hasan dan berkata Jangannn bang aku mohon dengan sangat jangan lakuin ini kepadaku,
Hasan tak memperdulikan hal itu , langsung saja Hasan membuka pakaiannya dengan paksa, “kamu jangan malu malu non” Citra hanya bisa pasrah apa yang diperbuat oleh Hasan.
Citra yang memakai BH warna hitam sudah terlihat benar akan ukuran payudaranya yang sungguh besar, melihat hal itu Hasan langsung memainkan tangannya untuk meremas remas gundukan susu punya Citra, gairah Hasan memuncak lagi, karena nada yang dikeluarkan oleh Citra sangat menambah daya rangsangan.
Langsung saja tangan Hasan menaikkan rok mini punya Citra dengan masih menciumi kedua payudaranya, sedangkan tangan kanannya memegang pantat Citra yang montok tersebut, warna celana dalamnya juga sama dengan warna BHnya, tangan kirinya masih bermain diselakangan Citra, dengan paksa Hasan merobek tali BH dan menjeritlah Citra, memeknya sudah basah setelah lama dipermainkan oleh Hasan.
Tak lama kemudian Hasan menurunkan celananya dan mengeluarkan Mr.P di muka Citra , dengan sangat yang sudah menegang Mr.Pnya sudah siap untuk menyerang memeknya, Citra sontak kaget karena melihat ukuran Mr.P Hasan yang besar dan panjang, dia mendorong tubuh Hasan dan berlari ke semak semak tanpa memperdulikan dia sudah telanjang.
Tapi mau keluar dari pintu tubuh Citra ditarik oleh Alwan yang menunggu di depan pintu, dan menarik kembali ke ruangan,
Alwan lalu menempeleng pipi Citra dan menghempaskan tubuhnya ke atas sofa usang. Hasan yang sempat terkejut karena mengira Citra akan melarikan diri itu sekarang sudah berdiri di hadapan Citra.
Hasan lalu mengacungkan sebuah belati tajam ke leher Citra dan berkata. “Kalau kamu berani macam-macam lagi. Akan kuiris-iris wajahmu yang cantik itu.”
Mendengar ancaman Hasan, Citra menjadi semakin ketakutan, dan setelah Hasan yakin bahwa Citra tidak akan melarikan diri lagi, dia pun mulai mengelus-eluskan penisnya pada vagina Citra dan bersiap-siap untuk mengentoti Citra.
Namun kali ini Citra tidak memberikan perlawanan apa-apa lagi. Dia hanya tidur terlentang di atas sofa usang itu sambil memejamkan matanya rapat-rapat karena dia tidak tahan melihat keperawanannya direbut oleh seorang bajingan.
Beberapa detik kemudian, keheningan gubuk itu pun dipecahkan oleh suara jeritan Citra.
Tiga hari kemudian, di sebuah kantor kepolisian yang terletak di Sumatera Barat
“Keparat!” Bentak Ronny sambil meninju meja yang terletak di hadapannya dengan keras. “Ini sudah kasus yang ke delapan. Apakah tidak ada jejak kedua orang itu sama sekali?”
“Lapor pak! Tim penyelidik telah memeriksa gubuk tua itu dengan seksama, namun tidak diketahui kemana larinya dua orang itu. Di tempat kejadian juga tidak ada barang bukti yang ditinggalkan si pelaku, kecuali gadis bernama Citra yang telah diperkosa mereka berdua itu.”
Pada saat yang bersamaan, seorang polisi lain memasuki ruangan Ronny dengan tergesa-gesa.
“Ada apa Frans?” Tanya Ronny.
“Motel Cahaya Malam.. mereka ada disana..” Kata Frans dengan nafas tersenggal-senggal.
“Tenangkan dirimu dulu. Saya tidak mengerti apa yang sedang kamu bicarakan.” Kata Ronny.
“Tiga jam yang lalu, ada seorang saksi melihat dua pemerkosa yang sedang kita cari itu berjalan
keluar dari Motel Cahaya Malam.” Kata Frans.
“Benarkah itu?” Kata Ronny sambil bangkit berdiri dari kursinya. “Kalau begitu kita harus segera menuju ke motel tersebut dan menanyakan masalah ini kepada si pemilik motel.”
Sementara itu, di ruangan pribadinya, Antok, sang pemilik motel Cahaya Malam sedang duduk di kursi empuknya sambil merokok. Dia melihat jam tangannya sejenak, kemudian dia berdiri dari kursinya dan membetulkan posisi video kamera mini yang terletak di rak bukunya sambil bergumam.
“Dari posisi ini seharusnya bisa mengambil gambar di seluruh kamar ini.”
Tidak lama kemudian, terdengar sebuah ketukan di pintu, dan setelah Antok berkata “Masuk!”, seorang pelayan berambut pendek yang cantik dan seksi pun berjalan memasuki ruangan tersebut.
Pelayan wanita itu sedang mengenakan seragamnya yang berupa kemeja putih berlengan panjang serta rok mini yang berwarna merah.
“A.. ada apa tuan memanggil saya?” Tanya pelayan itu dengan gugup.
“Kemarilah sejenak dan duduklah disini.” Kata Antok sambil menyodorkan sebuah kursi kepadanya.
“Ada hal yang ingin kubicarakan denganmu.”
Setelah pelayan itu duduk, Antok lalu berjalan ke arah pintu dan mengunci pintu itu dengan perlahan.
“Kudengar dari pelayan lain kamu memecahkan dua piring lagi.” Kata Antok sambil berjalan mendekati pelayan wanita tersebut.
“Sa.. saya tidak sengaja tuan. Waktu itu piringnya agak licin, sehingga..” Namun belum sempat pelayan itu menyelesaikan kata-katanya, Antok langsung merangkul pelayan itu dari belakang sambil memegangi kedua payudaranya yang besar dan montok itu.
Pelayan itu sangat terkejut, dia langsung menepis tangan Antok ke samping dan segera menjauh dari Antok. “An.. anda mau apa tuan!”
“He.. he.. tidak kusangka, ternyata dadamu besar juga.” Kata Antok sambil berjalan mendekati pelayan tersebut.
“Jangan mendekat! Kalau kamu berani mendekat lagi, aku akan menjerit!” Ancam pelayan itu.
“Ayolah Lidia, kamu sangat membutuhkan pekerjaan ini bukan? Keluargamu di kampung yang miskin itu sedang menunggu uang penghasilanmu bukan? Apa jadinya kalau aku terpaksa memecat kamu? Apakah kamu tidak kasihan kepada adik-adikmu yang akan mati kelaparan itu?” Kata Antok.
Lidia sang pelayan tidak berkata apa-apa. Dia kelihatan sedang memikirkan kata-kata yang baru saja diucapkan oleh Antok.
Antok lalu memegangi kedua bahu Lidia dan mulai menciumi leher Lidia. Namun Lidia tidak memberikan perlawanan karena seperti yang dikatakan Antok, keluarganya sangat miskin, dan dia tidak ingin kehilangan pekerjaan yang satu ini karena gajinya lumayan besar.
Lidia lalu memejamkan kedua matanya, sambil mencoba untuk menikmati perlakuan bosnya. Lidia juga merasakan ciuman Antok semakin lama semakin menurun, dan sesaat kemudian, Antok sedang menciumi payudara Lidia.
Pada saat ini, Lidia sebenarnya ingin sekali menampar keparat yang sedang berdiri di hadapannya itu, namun dia mengurungkan niatnya saat mengingat keluarganya di kampung.
Melihat Lidia tidak lagi memberikan perlawanan, Antok pun mulai melepaskan kancing baju Lidia satu persatu. Melihat hal ini, Lidia menjadi semakin takut, dia bergerak dengan gecitrah sambil sesekali berkata. “Jangan pak.. tolong.. jangan buka baju saya..”
Antok dan menggubris kata Lidia , bajunya sudah terlepas semua, tapi tangan Antok masih memegangn toket miliik Lidia yang besar dan montok, selain itu bibir Antok menciumi biir Lidia yang seksi penuh paksanaan.
Namun Lidia berusaha untuk menghindari ciuman Antok sambil sesekali mengerang dan mendesah. “Ahh.. uhh.. ahh.. ja.. ngan.. pak..”
Setelah meremas-remas payudara Lidia dan menciumi bibirnya, Antok bermaksud untuk bertindak lebih jauh lagi. Dia lalu memasukkan tangannya yang satu lagi ke dalam rok mini Lidia dan mulai meraba-raba pahanya yang mulus itu.
Saat tangan kanan Antok mulai meraba-raba paha Lidia, Lidia secara refleks langsung merapatkan kedua pahanya supaya tangan Antok tidak bisa mencapai vaginanya.
Namun Antok tetap memaksakan tangannya untuk meraba vagina Lidia, sehingga Lidia menjadi semakin takut dan gecitrah. Lidia sesekali menghentakkan kakinya ke atas lantai, sambil berkata dengan nada memohon. “Ah.. pak.. jangan.. jangan disitu pak.. tolong pak.. jangan disitu..”
Setelah gagal meraih vagina Lidia, Antok lalu mengarahkan tangannya ke pantat Lidia dan meremas-remasnya. Tindakan Antok membuat Lidia mengerang dan mendesah. Antok lalu menggenggam celana dalam Lidia dan menariknya turun. Namun Lidia tetap merapatkan kedua pahanya erat-erat, sehingga celana dalamnya susah untuk ditarik turun.
Melihat hal ini, Antok lalu menggunakan tangannya yang satu lagi untuk menarik BH Lidia ke atas, sehingga terlihatlah kedua payudara Lidia yang besar dan montok itu, beserta puting susunya yang berwarna merah.
Antok lalu memain-mainkan puting susu Lidia dengan jari-jarinya, sementara mulutnya menjilat dan mengulum-ngulum puting susunya yang satu lagi.
Menghadapi serangan di tiga tempat ini, Lidia menjadi kewalahan, sehingga tanpa disadarinya dia pun melonggarkan kedua pahanya, dan celana dalamnya pun berhasil ditarik turun oleh Antok.
Begitu celana dalam Lidia berhasil diturunkan, Antok langsung mengarahkan tangannya ke vagina Lidia sambil meraba-raba bagian luar dan dalamnya, sehingga erangan dan desahan Lidia terdengar semakin keras.
Tidak lama kemudian, vagina Lidia pun mulai mengeluarkan cairan. Saat tangan Antok merasakan cairan yang keluar dari vagina Lidia, dia pun berjongkok di depan Lidia dan mulai menjilat-jilati vagina Lidia.
Lidah Antok menyerang vagina Lidia dengan gencar. Mula-mula dia menjilati bagian luar vagina Lidia terlebih dahulu. Kemudian dia pun mulai menusuk-nusukkan lidahnya ke dalam vagina Lidia.
Karena tidak tahan terhadap rasa gelinya, tangan Lidia pun meremas-remas tirai jendela yang tergantung disampingnya dengan kuat, sambil sesekali mendesah. “Aahh.. uuhh.. aahh..”
Namun nasib Antok sungguh sial. Justru pada saat inilah, pintu ruangan tersebut diketuk, dan terdengar suara yang berkata. “Kami polisi, harap dibukakan pintunya, ada hal yang ingin kami tanyakan.”
Polisi yang tiba-tiba datang ke motelnya membuat Antok menjadi kalang-kabut. Dia mengira bahwa perbuatannya terhadap Lidia sudah ketahuan oleh polisi. Dia lalu berjalan kesana kemari karena saking paniknya. Dia tidak tahu apakah dia harus membukakan pintu atau tidak.
Melihat hal ini, Lidia cepat-cepat membetulkan letak BH-nya, mengancingkan bajunya dan menaikkan celana dalamnya kembali, serta tanpa pikir panjang lagi, Lidia langsung berteriak “Tolong! Tolong!”
Mendengar teriakan Lidia, Antok bertambah panik, sementara para polisi semakin keras menggedor pintu tersebut sambil berteriak “Ada apa di dalam! Cepat bukakan pintu!”
Sesaat kemudian, pintu tersebut pun berhasil didobrak oleh para polisi.
Beberapa menit kemudian, Antok dan Lidia beserta beberapa orang polisi sedang duduk di dalam sebuah ruangan kecil di Motel Cahaya Malam.
Tidak lama kemudian, Ronny dan Frans juga memasuki ruangan tersebut. cerita perkosaan sadis 2017
Ronny menatap Antok sejenak, kemudian dia menyodorkan dua buah foto ke arah Antok sambil bertanya. “Kamu kenal dua orang ini?”
Antok melihat foto itu sebentar, kemudian dia berkata dengan ragu-ragu. “Ti.. tidak kenal pak.”
“Jangan bohong!” Kata Frans sambil menepuk kepala Antok.
“Be.. benar pak, sa.. saya tidak bohong pak!” Kata Antok yang terlihat sangat ketakutan.
Ronny lalu menghadap ke arah Lidia dan bertanya dengan suara yang lebih lembut. “Nona Lidia, coba katakanlah apa yang dilakukan bosmu kepadamu di dalam ruangan tadi.”
Lidia kelihatan ragu-ragu apakah hendak mengatakan perbuatan kurang ajar bosnya atau tidak.
“Tidak perlu takut nona Lidia, kamu berada di bawah perlindungan kami. Katakanlah yang sebenarnya.” Kata Ronny lagi.
Setelah mempertimbangkan sejenak, Lidia kemudian berkata. “Dia.. dia hendak memperkosaku.”
“Tidak! Itu tidak benar! Itu bohong!” Kata Antok yang terlihat semakin panik dan takut.
“Lalu bagaimana kamu menjelaskan isi video ini.” Frans menyodorkan sebuah video yang berisi
rekaman apa yang dilakukan Antok kepada Lidia barusan.
Wajah Antok langsung menjadi pucat pasi. Dia terduduk lemas di kursinya tanpa bisa berkata apa-apa lagi. Video yang sengaja direkamnya supaya bisa digunakannya kelak untuk memeras Lidia justru menjadi senjata makan tuan.
“Bawa dia ke kantor polisi atas tuduhan mencoba untuk memperkosa seorang gadis!” Kata Ronny kepada seorang polisi yang berdiri disampingnya.
“Tidak, jangan pak! Saya kenal dua orang itu! Saya akan mengatakan semuanya! Mereka bernama Alwan dan Hasan!” Kata Antok dengan nada panik.
“Baiklah kalau begitu, coba ceritakan semuanya.” Kata Ronny.
“Mereka mulai tinggal di motel ini kira-kira satu minggu yang lalu. Pada suatu malam, saya memergoki mereka sedang memperkosa seorang gadis, tapi saya ketahuan oleh salah satu dari mereka.
Mereka lalu mengancam saya, kalau saya berani memberitahukan hal ini kepada polisi, mereka akan membunuh saya dan membakar seluruh motel ini.” Kata Antok.
“Kira-kira tiga jam yang lalu mereka keluar dari hotel ini, kamu tahu mereka menuju kemana?” Tanya Ronny.
“Saya tidak tahu pak, tapi salah seorang dari mereka sepertinya berbicara tentang kereta api.”
“Ada hal lain lagi yang ingin kamu katakan?” Tanya Ronny lagi. cerita perkosaan sadis 2017
“Tidak ada lagi pak, semuanya sudah aku katakan.”
“Baiklah, seret dia ke kantor polisi atas tuduhan mencoba untuk memperkosa seorang gadis.” Kata Ronny kepada Frans.
“Tapi pak.. ini tidak adil pak! saya sudah memberitahukan semuanya! Pak! Ampun pak!!” Antok lalu diseret keluar ruangan oleh Frans dan beberapa orang polisi.
Samar-samar Ronny dapat mendengar suara Frans yang sedang membentaki Antok. “Tidak adil kepalamu! Kamu kira ini pasar malam hah? Pake tawar menawar segala.”
Ronny lalu menghadap ke arah Lidia dan berkata. “Tidak ada masalah lagi nona Lidia. Sekarang kamu sudah boleh pulang.”
Lidia langsung memeluk Ronny dengan erat sambil berkata. “Untung kalian datang pak.. terima kasih pak.. terima kasih banyak..”
Ronny menjadi salah tingkah dan mukanya menjadi merah. Dia lalu berkata. “Tidak apa-apa.. ini.. sudah menjadi kewajibanku.”
Satu jam kemudian, Ronny dan Frans sedang berada di dalam mobil polisi yang sedang menuju ke salah satu stasiun kereta api.
“Hei Ron, kita kan sudah menempatkan beberapa orang polisi di setiap stasiun kereta api yang diperkirakan akan dituju Alwan dan Hasan. Untuk apa lagi kita menuju ke stasiun kereta api yang terakhir?” Tanya Frans.
“Yang saya takutkan adalah, mereka akan kabur dengan kapal laut di pelabuhan yang berdekatan dengan stasiun kereta api terakhir.” Kata Ronny.
“Kapal laut? Kalau begitu mereka bisa saja..”
“Benar.. mereka bisa saja kabur ke luar negeri. Kalau mereka sempat kabur keluar negeri, maka kita akan semakin sulit menangkap mereka.”
Sementara itu, di dalam kereta api yang sedang ditumpangi oleh Alwan dan Hasan.
Mereka sedang duduk di dalam salah satu gerbong yang hanya terdapat enam orang penumpang, termasuk Alwan dan Hasan. Saat-saat ini bukanlah masa liburan sehingga kereta api tersebut tidak banyak penumpangnya.
Tiba-tiba Alwan berkata kepada Hasan. “Hei, coba kamu lihat. Cewek yang duduk di seberang sana cakep juga loh.”
“Yang mana.” Kata Hasan.
“Yang itu.” Kata Alwan sambil menunjuk ke arah cewek tersebut.
“Wah, OK juga. Bodynya juga mantap.” Kata Hasan. cerita perkosaan paksa 2017
“Hei Ton, bagaimana kalau kita memperkosa dia.” Sebuah senyuman bengis terukir di bibir Alwan.
“Tapi.. kejadian di gubuk tua waktu itu sudah ketahuan oleh polisi, dan mungkin polisi saat ini sedang mengejar kita. Apa tidak sebaiknya kita diam dulu untuk sementara.” Kata Hasan.
“Tenang saja. Begitu kita tiba di stasiun, kita langsung menuju ke pelabuhan dan kabur ke luar negeri. Polisi pasti akan sulit melacak kita.
Hasan merenungkan perkataan Alwan sejenak, kemudian dia berkata. “Baiklah kalau begitu. Tapi, bagaimana caranya kita membujuk cewek itu ke tempat kosong.”
“Begini saja, kamu..” Alwan lalu membisikkan rencana mereka di telinga Hasan.
“Halo nona.” Sapa Alwan kepada gadis cantik yang tadi ditunjukkannya kepada Hasan.
“Halo..” Kata cewek itu dengan ragu-ragu. “Apakah sebelumnya kita pernah berjumpa?”
“Oh tidak.. saya hanya lagi bosen, jadi saya sekalian mengajak nona untuk berbincang-bincang. Bolehkah saya duduk disini?” Kata Alwan sambil tersenyum manis.
“Silahkan.. silahkan..” Kata cewek itu.
“Nama saya Alwan. Bolehkah saya tahu nama anda?” Kata Alwan.
“Saya Fitri.” Balas cewek itu.
Alwan lalu berusaha untuk bersikap ramah dan terus mengajak Fitri berbual-bual, sambil mencari kesempatan untuk mengajaknya ke gerbong paling belakang (gerbong yang kebetulan sedang tidak ada penumpang, dan Hasan sedang menunggu disana.) cerita nyata perkosaan 2017
Setelah beberapa menit, Alwan pun tidak punya bahan pembicaraan lagi. Saat dia sedang sibuk memikirkan cara untuk mengajak Fitri, Alwan tidak sengaja melihat ke dada Fitri.
Saat itu Fitri sedang mengenakan pakaian serba hitam yang seksi. Kaos hitam ketat, rok mini hitam, serta stocking yang juga berwarna hitam.
Kaos Fitri yang ketat itu membuat payudaranya kelihatan sangat besar dan montok.
Melihat payudara yang sangat menggairahkan itu, Alwan jadi lupa kepada rencana semula. Tanpa disadarinya, tangannya mulai meraba-raba paha Fitri yang halus itu.
Melihat hal ini, Fitri sangat terkejut. Dia spontan menepis tangan Alwan sambil berkata dengan kasar. “Anda mau apa!”
Alwan menjadi panik. “Celaka, rencana gagal!” Pikirnya. Namun pada saat ini, dia teringat kepada pisau belatinya yang selalu dibawanya itu.
Dia lalu mengeluarkan pisau belatinya dan mengarahkan pisau itu ke pinggang Fitri sambil berkata dengan nada mengancam. “Kamu lihat belati ini. Kalau kamu berani menjerit, saya akan menusuk kamu.”
Fitri terkejut setengah mati. Dia lalu memohon kepada Alwan. “Jangan bang.. saya.. saya punya sedikit uang, ambil saja semuanya bang.” Kata Fitri sambil mengeluarkan dompetnya dengan tangan yang gemetaran.
“Diam! Uang saja tidak cukup!” Kata Alwan.
“Ka.. kalau begitu bang, saya juga punya beberapa perhiasan, ambil saja semuanya bang, tapi jangan lukai saya.” Kata Fitri dengan suara gemetaran.
“Kamu belum mengerti juga ya non, yang saya inginkan adalah tubuh kamu.” Kata Alwan sambil meraba-raba paha Fitri dengan tangannya yang satu lagi yang tidak memegang belati.
Mendengar perkataan Alwan, Fitri semakin takut dan panik. Keringat dingin pun mulai mengalir.
“Jangan.. jangan bang.. semua uang saya akan saya berikan.. tapi jangan perkosa saya bang..” Kata Fitri dengan nada memohon.
“Tubuhmu seksi juga non.” Kata Alwan sambil memasukkan tangannya ke dalam rok mini Fitri.
“Ah.. jangan disitu bang.. jangan..” Kata Fitri sambil menahan tangan Alwan dengan kedua tangannya supaya Alwan tidak dapat meraba lebih dalam lagi.
Alwan lalu menusukkan belatinya lebih kuat sedikit, sehingga Fitri mulai merasakan rasa sakit di pinggangnya. “Ah.. sakit bang.. pisaunya jangan ditekan kuat-kuat bang.”
“Lepaskan kedua tanganmu dulu, dan biarkan saya meraba pahamu.” Kata Alwan.
Fitri tidak punya pilihan lain. Dia pun tidak berani lagi menahan tangan Alwan, sehingga sekarang tangan Alwan bebas bergerak di dalam rok mini Fitri.
Gerakan tangan Alwan di dalam rok mini Fitri membuatnya sesekali mendesah. “Ahh.. uuhh.. ahh..”
Sementara tangan Alwan meraba-raba paha Fitri, mulutnya juga tidak tinggal diam. Alwan mulai menciumi dan menjilati leher dan telinga Fitri.
Pada saat ini kereta api sedang berjalan pada kecepatan tinggi, sehingga erangan dan desahan Fitri tidak akan terdengar oleh penumpang lain karena tertutup oleh suara mesin kereta api yang cukup berisik.
Setelah puas meraba paha Fitri, Alwan lalu memasukkan tangannya ke dalam kaos Fitri dari bawah dan mulai meremas-remas payudara Fitri, sedangkan mulutnya tetap menciumi dan menjilati telinga serta leher Fitri.
Mula-mula tangan Alwan hanya meremas-remas BH Fitri, namun beberapa saat kemudian, Alwan pun memaksakan jari-jarinya untuk masuk ke dalam BH Fitri yang lumayan ketat itu, dan mulai mempermainkan puting susu Fitri.
Beberapa saat kemudian, Alwan lalu menyuruh Fitri untuk berdiri dari tempat duduknya dan berjalan ke gerbong belakang sambil diikuti oleh Alwan. Belati Alwan juga masih diarahkan ke punggung Fitri, untuk mencegahnya berbuat macam-macam.
Alwan juga berjalan berdekatan dengan Fitri, supaya penumpang lain tidak melihat belati yang sedang dipegang oleh Alwan.
Melihat pantat Fitri yang bergoyang-goyang saat berjalan, Alwan menjadi semakin bergairah, sehingga sesekali dia mengelus dan meremas pantat Fitri. Namun Fitri hanya diam saja, karena dia takut Alwan akan menusukkan belatinya kalau dia berani macam-macam.
Tidak lama kemudian, mereka pun tiba di gerbong terakhir, dimana Hasan sedang menunggu.
“Lama sekali kamu. Saya pikir rencana kita gagal.” Kata Hasan.
“Mana mungkin kita gagal.” Kata Alwan sambil tersenyum bengis.
“Baiklah, kalau begitu saya akan berjaga-jaga di pintu. Kalau ada orang yang ingin masuk, saya akan menghalanginya.” Kata Hasan. “Tapi ingat, waktumu cuma sepuluh menit, setelah sepuluh menit, gantian kamu yang jaga.”
“Baiklah, baiklah.” Kata Alwan dengan tidak sabar.
Hasan lalu berjalan ke pintu gerbong, dan saat dia melewati Fitri, dia meremas kedua dada Fitri cukup keras, sehingga Fitri mengerang kesakitan.
Setelah Hasan keluar dari gerbong, Alwan lalu mendorong Fitri hingga terjatuh di atas lantai, kemudian Alwan pun langsung menghimpit tubuh Fitri sambil menciumi bibirnya dengan paksa.
Fitri tidak berani bertindak macam-macam. Dia hanya menurut saja saat bibirnya diciumi dan dadanya diraba-raba oleh Alwan. Walaupun sebenarnya dia merasa jijik dan ingin muntah.
Setelah menciumi bibir Fitri, Alwan lalu menciumi dagu Fitri, leher Fitri, dan kemudian payudara Fitri. Sementara tangannya dimasukkan ke dalam rok mini Fitri sambil meraba-raba pangkal pahanya.
Alwan lalu menarik kaos Fitri serta BH nya ke atas, sehingga mencuatlah payudara Fitri yang besar itu. Mula-mula Alwan meremas-remas kedua dada Fitri terlebih dahulu, kemudian dia memutar-mutar kedua puting susu Fitri dan menghisap keduanya secara bergantian.
Sebenarnya Fitri tidak ingin mengeluarkan suara desahan dan erangan, karena dia tahu hal itu akan membuat Alwan semakin bergairah. Namun mulut Alwan yang terus memain-mainkan puting susunya, serta jari-jari Alwan yang mengelus-elus pangkal pahanya dengan gencar itu membuatnya tidak dapat bertahan lebih lama lagi. Fitri pun akhirnya menjerit. “AHH.. OOhh.. aahh..”
Pada saat ini, vagina Fitri juga sudah mulai mengeluarkan cairan. Alwan lalu melepaskan rok mini dan celana dalam Fitri, sehingga terlihatlah vagina Fitri yang penuh dengan bulu-bulu halus yang sudah mulai basah itu.
Melihat pemandangan yang menggairahkan itu, tanpa pikir panjang lagi, Alwan langsung melepaskan celana jeans serta celana dalamnya. Ini adalah pertama kalinya Fitri berhubungan seks dengan seorang laki-laki, sehingga lubang vagina Fitri masih sempit.
Maka saat Alwan menusukkan penisnya yang terhitung besar itu ke dalam vagina Fitri, Fitri langsung menjerit kesakitan.
Tanpa mempedulikan jeritan Fitri, Alwan terus memompa vagina Fitri dengan keras, hingga kedua payudara Fitri juga ikut bergerak naik turun.
Beberapa menit kemudian, Alwan pun menembakkan cairan panas ke dalam vagina Fitri, membuat Fitri menjerit untuk yang kedua kalinya, kemudian Fitri pun terkulai lemas pada lantai kereta api tersebut. Air mata pun mengalir turun membasahi pipinya.
Sebenarnya Alwan masih punya tenaga untuk ‘bermain’ lagi, namun pada saat ini Hasan memasuki gerbong tersebut karena waktu sepuluh menit sudah berlalu.
Maka dengan agak kesal, Alwan pun terpaksa mengenakan pakaiannya kembali, dan keluar dari gerbong tersebut untuk menghalangi orang lain memasuki gerbong itu.
Melihat Fitri yang hampir telanjang bulat itu sedang terkulai lemas di atas lantai, penis Hasan langsung menegang. Hasan lalu melepaskan celananya, dan berdiri di hadapan Fitri dengan penisnya yang sangat besar itu diacungkan ke wajah Fitri sambil berkata. “Jilat lalu hisap!” cerita perkosaan baru 2017
Fitri merasa jijik dan takut, karena penis Hasan sangat bau. Dan karena Fitri masih saja enggan menjilati penis Hasan, Hasan lalu menjambak rambut Fitri dan memaksanya untuk menjilatinya.
Akhirnya Fitri pun terpaksa menjilati penis Hasan, walaupun sebenarnya dia ingin muntah karena saking baunya. Setelah dijilati untuk beberapa saat, Hasan lalu berkata kepada Fitri. “Sekarang hisap!”
Sambil mencoba untuk tidak membayangkan bau yang berasal dari penis Hasan itu, Fitri pun mulai menghisap penis Hasan.
Beberapa saat kemudian, penis Hasan akhirnya mulai bergetar. Fitri juga merasakan bahwa Hasan sudah akan berejakulasi, maka dia bermaksud untuk menyingkirkan penis Hasan dari mulutnya. Namun Hasan justru menekan kepala Fitri dan memasukkan penisnya makin dalam ke mulut Fitri, dan beberapa detik kemudian, Hasan pun berejakulasi di mulut Fitri.
Waktu itu posisi penis Hasan di dalam mulut Fitri cukup dalam, sehingga spermanya langsung ditembakkan ke dalam tenggorokan Fitri. Fitri yang tidak pernah menelan sperma laki-laki itu kontan terbatuk-batuk dan muntah di lantai kereta api itu. Karena merasa jijik dan terhina, Fitri pun menangis tersedu-sedu di gerbong kereta api itu.
Namun Hasan tidak mempedulikan tangisan Fitri. Dia lalu melebarkan kedua kaki Fitri ke samping dan bermaksud untuk mengentotinya.
Melihat hal ini, Fitri langsung menutupi vaginanya dengan kedua tangannya, dan mencoba untuk merapatkan kedua kakinya sambil berkata. “Jangan bang.. tolonglah bang.. jangan.. sakit bang..”
Akan tetapi Hasan tidak mempedulikan ratap tangis Fitri. Hasan menampar Fitri dengan keras, dan menyingkirkan kedua tangan Fitri yang sedang menutupi vaginanya itu.
Lalu Hasan mulai memompa vagina Fitri sambil sesekali meremas kedua payudara Fitri yang juga ikut bergerak naik turun itu, dan gerakan Hasan semakin lama semakin cepat. Tidak lama kemudian, Hasan pun berejakulasi untuk kedua kalinya, dan kali ini di dalam vagina Fitri.
Beberapa jam kemudian, Ronny dan Frans pun tiba di stasiun kereta api terakhir yang juga dituju oleh Alwan dan Hasan itu. Namun sayang sekali, mereka datang terlambat. Alwan dan Hasan sudah melesat ke pelabuhan, dan kemudian menaiki salah satu feri yang ada disana.
“Kita terlambat Ron, misi kita gagal..” Kata Frans dengan nada sedih.
Ronny tidak berkata apa-apa. Dia kelihatan sedang merenung. cerita perkosaan paksa 2017
“Sekarang kita kehilangan jejak mereka. Disini terdapat feri yang menuju ke Pulau Batam, Singapore dan Malaysia. Kita tidak mungkin tahu mereka menaiki feri yang mana.” Kata Frans lagi.
“Belum tentu.” Kata Ronny. “Coba lihat ini. Benda yang mereka tinggalkan di kereta api. Mungkin gara-gara terburu-buru pergi.”
Ronny lalu menyodorkan sebuah karcis bus kepada Frans.
“Bukankah ini.. karcis bus Johor Bahru?” Kata Frans.
“Benar sekali.” Balas Ronny.
“Kalau begitu sasaran mereka adalah Malaysia.” Kata Frans.
“Seratus untuk kamu.” Kata Ronny lagi.
“Yang serius dong Ron, ini berarti kita harus meminta kepada polisi Malaysia untuk menangkap kedua bajingan itu dan mengirim mereka kemari.”
“Tidak, tidak perlu. Kita kirim bukti-bukti kejahatan mereka kesana saja, dan suruh polisi-polisi Malaysia untuk menghukum mereka sesuai dengan hukum yang berlaku disana.”
“Tapi Ron..”
“Sudahlah, turuti saja perintahku, tidak akan salah lagi.” Kata Ronny sambil tersenyum penuh kemenangan.
Empat hari kemudian, di sebuah kantor kepolisian yang terletak di Sumatera Barat cerita perkosaan paksa 2017
Frans memasuki kantor Ronny sambil membawa sepucuk koran di tangannya. “Coba lihat Ron, kedua bajiangan itu sudah tertangkap.”
Ronny mengambil koran tersebut dari tangan Frans dan membacanya sejenak, kemudian dia berkata. “Bagus sekali! Persis seperti yang kuinginkan!”
“Apanya yang persis seperti kamu inginkan?” Tanya Frans.
“Menurut koran, kedua bajingan itu masing-masing dihukum cambuk enam kali lalu dipenjarakan selama sepuluh tahun.”
“Hukuman cambuk? Jadi hanya gara-gara itu kamu tidak mau mereka dikirim kembali ke Indonesia?”
“Kamu belum mengerti rupanya Frans. Coba pikirkan, apa efek dari hukuman cambuk?” Tanya Ronny.
“Efek dari hukuman cambuk? Em.. paling-paling cuman rasa sakit di pantat doang.”
“Rasa sakit dari hukuman cambuk bukan rasa sakit biasa, karena cambuk yang dipakai adalah cambuk khusus. Selain itu efek dari hukuman cambuk juga bisa sampai membuat orang mandul.”
“Ah, saya mengerti sekarang. Kamu ingin mereka mendapatkan hukuman yang setimpal bukan?” cerita perkosaan paksa 2017
“Kalau cuman dipenjara sih, belum tentu mereka akan jera. Tapi kalau sudah sampai mandul, lain lagi ceritanya.”
“Ha.. ha.. ha.. tidak kusangka, ternyata kamu sadis juga.” Kata Frans sambil tertawa kecil.
“Eh, sekarang kan waktunya makan siang, bagaimana kalau kamu kutraktir di warung seberang jalan yang baru dibuka itu.”
“Wah, kalau ditraktir sih tidak mungkin aku menolak.” Kata Frans.
Kemudian sambil tertawa kecil, kedua polisi itu pun menuju ke warung yang baru dibuka itu.
0 comments:
Post a Comment