TEMEN KU ORANG ARAB YANG BERGITU NAPSU
Kisah ini terjadi di tahun 2015, ketika aku, dan Bagas, dan Very bekerja di sebuah perusahaan IT di bilangan Jakata Selatan. Perusahaan aku saat itu menyewa sebuah rumah yang dijadikan kantor. Selain itu perusahaan aku, rumah tersebut juga disewa oleh dua perusahaan lainnya yang bergerak di bidang jasa. Saat itu aku bekerja sebagai staf administrasi. Perusahaan aku terbilang kecil, hanya memiliki karyawan di bawah 10 orang saja
vipmandiriqq |
Kehidupan seksual aku sebenarnya normal, aku telah berkeluarga dan memiliki anak berumur 1 tahun. Kebahagiaan kami berjalan seperti layaknya sebuah keluarga kecil yang bahagia, tanpa kekurangan satu hal pun. Hingga pada suatu saat, perusahaan yang bersebelahan dgn aku, sebut saja PT xxx, mempekerjakan seorang karyawati baru di bidang administrasi.
Namanya Vionita. Gadis ini berperawakan kecil mungil menarik, namun manis. Berkulit sawo matang dgn mata berbulu lentik. Rambutnya agak ikal. Vionita ini keturunan arab. Sering aku dengar bahwa pria keturunan Arab memiliki libido yang sangat tinggi. Untuk perempuannya, aku belum pernah mendengar selentingan mengenai perilaku seksnya.
Kehadirannya telah menyita perhatian semua karyawan yang bekerja di sana, tidak hanya karyawan tempat perusahaan Vionita berkerja, PT xxx, tapi semua perusahaan yang menyewa tempat tersebut. Hal ini sangat memungkinkan, karena memang perangai Vionita sangat ceria, agak centil, dan juga selalu berpakaian ketat mengundang birahi pria manapun yang melihatnya.
Seringkali Aku dan Vionita mencuri pandang, pandangannya mengisyaratkan sesuatu yang saat itu, aku sendiri belum bisa menangkap makna yang tersembunyi. Suatu ketika, kami bertemu di depan pintu masuk. Saat itu pintu masih dalam keadaan terkunci, sehingga kami terpaksa harus menunggu sampai teman kami yang membawa kunci datang. Dgn agak gugup, aku mencoba memberanikan diri menyapanya.
“Vionita ya.. Gimana.. Kerasan kerja di sini?” pertanyaan yang benar-benar retoris, hanya sebagai ice breaking. “Lumayan lah..” jawabnya sambil menyodorkan kue kecil,
“Mau Mas..?” Aku ambil biskuit pemberiannya dan mulailah pembicaraan mengalir lebih lancar.
“Dari mana dapat info tentang lowongan pekerjaan di sini?” selidikku. “Saudara aku kenal dekat dgn pemiliki PT xxx, lagi pula aku masih dihitung sebagai magang kok. Jam kerjanya tidak terlalu memaksa, karena aku masih sambil kuliah,” jawabnya dgn manis.
Terlihat jelas lesung pipit di pipi sebelah kiri dan lentik bulu matanya.
“Si Mas sombong ya.. Selama 3 bulan aku kerja di sini, belum pernah menegur aku, sedangkan yang lain sudah aku kenal. Setiap aku lihat Mas, pandangan Mas, dingin, seakan tidak menghargai keberadaan aku” “Ah itu perasaan Vionita saja, aku tidak begitu kok, kalau tidak percaya tanya saja sama karyawan yang lain, Aku ini tipenya periang loh..” obral aku.
“Tapi nggak apa-apa kok, justru dinginnya Mas memancing rasa penasaran aku..” timpalnya manja. “Oh ya Mas, kalau ada waktu bisa nggak Mas membantu aku mengajarkan komputer Sabtu ini, aku ada tugas dari kantor, namun agak kesulitan menyelesaikannya, lagian si Mas kan libur hari Sabtu..?” undangnya penuh manja.
“Wah.. Belum tentu bisa..” timpal aku sok menjual mahal,
“Nanti lah akan aku beritahu,” lalu kami pun saling bertukar nomor HP.
“Mas.. Jadi nggak ngajarin aku, aku sudah di kantor nih..” tanyanya pada Sabtu itu.
“Wah aku lupa..” pikirku, karena panik langsung saja aku jawab,
“Iya aku dalam perjalanan kok ke sana..”. Setiba di kantor, Vionita telah berada di depan meja komputer.
Dengan celana jeans dan baju putih ketat, jenis pakaian kesukaannya, jelas mempertontonkan lekuk tubuh sintal dan buah dadanya yang ranum. Sambil menelan ludah aku hampiri mejanya sambil memulai mengajarkan komputer. Dari samping tampak jelas dua tonjolan di balik baju ketatnya tersebut, terlebih baju tersebut agak terbuka di bagian atasnya. Langsung saja darah aku berdesir melihat pemandangan ini.
“Wuih.. Beda banget sama yang dirumah..” pikirku.
Cukup lama aku mengajarinya komputer hingga waktu makan siang tiba. Saat itu aku memberanikan diri menyapanya.
“Kamu nggak lapar?” tanyaku sambil memegang perutnya, maklum sudah hampir dua jam aku menahan libido melihat pemandangan menggiurkan.
Tanpa dinyana ia menjawab sekenanya.
“Lapar yang mana nih? Yang di perut atau di bawah perut?”
“Wah berani juga nih anak. Ya dua-duanya dong, terserah kamu mana yang mau diatasi lebih dahulu, perut atau bawah perut?” kataku kini dgn mengelus pahanya.
“Terserah Mas deh..” tangannya menggenggam tanganku dgn erat.
Tak berapa lama, matanya seakan mengajakku untuk pindah ruangan. Ruang atasannya, yang semula dikunci dibukanya sambil menggandeng tanganku. Aku yang di belakangnya manut saja, karena memang kami berdua sudah sangat on. Setiba di ruangan tersebut, langsung saja kulumat bibir tipisnya.. Wuih seperti di surga rasanya. Kecupanku dibalasnya mesra dan terasa sekali hangat bibirnya.
Lama bibir kami saling berpagutan. Tak kusangka, ternyata responnya luar biasa. Tanpa terasa tangan kami terus menjalar mencari arah genggaman yang seakan tidak pernah kami dapatkan. Aku sendiri tidak jauh dari menggenggam pantatnya yang sintal di balik jeansnya, sambil sesekali menggesekkan batangku ke arah vaginanya. Sambil mendesah Vionita terus membalas ciumanku seakan tidak ingin melepaskan. Sementara aku mulai mencoba menelanjanginya. Tangan kananku kucoba untuk melepaskan zipper celana jeans Vionita dan juga celanaku.
Kudengar semakin keras desahannya ketika alat kelamin kami saling bertemu, meskipun masih terhalang oleh CD masing-masing. Tak lama aku lepaskan pengikat celana kami masing-masing dan dgn cepat Vionita menurunkan celana jeansnya, demikian juga aku. Kulucuti celanaku dan juga T-Shirt yang menutupi badanku.
Masih mengenakan CD dan baju ketatnya, Vionita langsung kembali melumat bibirku, sementara tangan kananku mulai aktif mencoba menyusup ke dalam CDnya. Dgn cepat Vionita memegang tangan kananku tersebut sambil menggelengkan kepalanya. Dgn kecewa kutarik tanganku dari balik CDnya, meskipun sempat terasa bulu-bulu halus yang telah membasah karena rangsangan yang ada.
Setelah gagal menembus CD, aku mencoba memasukkan tanganku ke dalam BHnya, kali ini Vionita tidak menolaknya, malah melenguh laksana sapi saja. Tanpa terasa ternyata, tangan kanan Vionita telah meremas penisku sementara tangan kirinya melingkar di leherku.
Tampak sekali betapa Vionita merasakan setiap remasanku dan remasannya di penisku. Setiap kudenyutkan penisku, setiap kali pula Vionita melenguh, ditambah lagi ketika kuremas buah dadanya dan kupelintir putingnya. Tak tahan dgn permainan tanganku itu, tiba-tiba Vionita melenguh dgn agak ditahan.
“Wah.. Cepat juga ‘dapat’nya nih anak..” pikirku, sambil terus kuremas dan kuhisap puting dan buah dadanya.
Setelah merasakan orgasme pertamanya, Vionita kemudian membungkuk menghadapku sambil melepaskan atasannya. Praktis kini dia hanya memakai CD saja. Sambil membungkuk langsung saja dia menurunkan CD Crocodile ku. Dgn mantap dijilatnya kepala penisku sambil meremas batang dan sesekali mengelus buah pelirku.
Slowly but sure Vionita memainkan penisku dgn tiga unsur; tangan, mulut dan lidah. Kombinasi gerakan, kocokan dan kulumannya sungguh luar biasa. Kembali kurasakan perbedaan ketika aku menjamah istriku yang selalu ingin konvensional saja. Tak kuasa aku menahan gempurannya, kuangkat kepalanya dan kini ia kembali sejajar dgnku. Kulumat mesra kembali bibirnya sambil berbisik.
“Boleh ya..?” tanyaku dan tanganku mencoba masuk ke dalam CDnya untuk kedua kalinya.
Kali ini ia tidak menjawab dan hanya mengangguk. Dgn senang kutelusuri bagian sensitif di bawah perut tersebut. Terasa bulu-bulu halusnya yang telah basah sejak permainan tangan kami pertama. Ketika tangan kananku mencobanya masuk, tangan kiriku dgn perlahan menurunkan CDnya.
Kini kami telah berhadapan naked. Mulai kugesek-gesekkan penisku di depan vaginanya. Desahan kudengar kembali dari bibirnya, kali ini sambil kulirik ke sekitar ruangan untuk dapat bersandar, sampai akhirnya kutemukan meja agak besar dan sambil kudorong badannya ke arah meja tersebut.
Setelah bersandar, Vionita langsung merebahkan tubuhnya di meja tersebut dan langsung tampak jelas kulit mulusnya dgn dua gundukan di atas serta barisan ‘semut hitam’ di bagian bawah. Tahi lalat di samping kiri perutnya menambah sensasi rangsangan yang ada.
“Ayo cepat Mas..” ajaknya mengaburkan lamunanku sambil mencoba meraih penisku untuk diarahkan ke liang vaginanya. Tanpa menunggu waktu lama, langsung saja kucoba membenamkan penisku ke liang vaginanya. Wuih, susah dan sempit sekali.
“Pelan-pelan Mas..” ucapnya lirih.
Tak kusangka tingkah lakunya yang agak centil selama ini ternyata tidak serta merta membuatnya menjadi cewek gampangan. Terbukti, dia masih perawan ketika aku menyetubuhinya saat itu.
Dgn perlahan, kucoba membenamkan penisku ke dalam vaginanya. Masuk, kemudian keluar dan kembali masuk, demikian beberapa kali, untuk memberikan space yang cukup agar penisku bisa leluasa di dalam lubang surgawi tersebut. Sampai akhirnya, berhasil juga kubenamkan penisku itu.
“Bless..” “Ach.. Ehm..” Seperti bersahutan bunyi penetrasi penisku dgn desahannya.
Semakin lama kupacu penetrasiku di dalam vaginanya, sementara kedua tanganku meremas payudaranya dan sesekali kuarahkan untuk memegang pantatnya yang seksi. Sepuluh menit kemudian, kembali Vionita melenguh ketika mendapatkan orgasmenya yang kedua siang itu. Selang beberapa lama, Vionita bergerak, berbalik membelakangiku.
Kutahu maksudnya, sambil dituntunnya, penisku kumasukkan ke dalam vaginanya dan kamipun memulai ‘aksi’ doggy style. Sungguh besar juga libido Vionita yang keturunan Arab ini, terbukti gerakannya seperti membabi buta ketika dia membelakangiku. Sampai sakit rasanya mengikuti gerakan cepat dan rotasi yang dilakukannya. Benar-benar pengalaman seks yang luar biasa.
Sambil menggoyang-goyangkan pantatnya, sesekali dicobanya untuk meraih zakarku dari arah bawah, kadang tanpa disadarinya, dipencetnya zakarku, sampai aku menjerit kesakitan. Sementara aku, tetap memacunya dari belakang dan kedua tanganku menggenggam buah dadanya yang ranum tersebut. Cukup lama kami dalam posisi tersebut, sampai akhirnya terasa penisku agak berkejut ingin memuntahkan lahar sperma hangatnya.
Sambil terbata-bata kutanya dia, mau dikeluarkan di mana? Dgn cepat dia cabut penetrasi doggy style dan langsung menghadapku. Diraihnya penisku dan digenggamnya dgn penuh nafsu. Sambil menjilati kepala penisku. Kemudian langsung dikocok-kocoknya penisku dan dikulumnya ketika dirasakannya penisku mulai berdenyut. Dan.. Tumpahlah semua lahar sperma yang ada dalam penisku. Dgn seksama, ditelannya limpahan spermaku, meskipun masih ada juga bagian yang tercecer di bibirnya yang tipis.
Ceceran di bibirnya dijilatinya dgn lidahnya sekan tidak rela membuang percuma lelehan sperma dari penisku. Aksinya ditutup dgn pembersihan sisa-sisa sperma di kepala penisku. Sambil tersenyum, kami berdua menuntaskan birahi kami dgn sebuah kecupan mesra yang panjang. Kami tahu, bahwa ini bukanlah yang terakhir yang kami lakukan. Sambil terengah-engah Vionita berucap mesra.
“Makasih ya Mas.. Next time bisa lagi kan?” Dgn tersenyum penuh arti, tentu saja sebagai lelaki normal, aku anggukkan kepalaku mengiyakan.. Setelah kejadian itu, kami sering melakukannya, malah kami sering nekat melakukannya sepulang kerja di ruanganku, di ruang tamu bahkan di WC.
Namun kini, hampir setahun kami tidak berhubungan lagi. Aku kehilangan kontak dgnnya. Terakhir yang aku tahu, dia akan menikah dan tinggal di daerah Tangerang……
Namanya Vionita. Gadis ini berperawakan kecil mungil menarik, namun manis. Berkulit sawo matang dgn mata berbulu lentik. Rambutnya agak ikal. Vionita ini keturunan arab. Sering aku dengar bahwa pria keturunan Arab memiliki libido yang sangat tinggi. Untuk perempuannya, aku belum pernah mendengar selentingan mengenai perilaku seksnya.
Kehadirannya telah menyita perhatian semua karyawan yang bekerja di sana, tidak hanya karyawan tempat perusahaan Vionita berkerja, PT xxx, tapi semua perusahaan yang menyewa tempat tersebut. Hal ini sangat memungkinkan, karena memang perangai Vionita sangat ceria, agak centil, dan juga selalu berpakaian ketat mengundang birahi pria manapun yang melihatnya.
Seringkali Aku dan Vionita mencuri pandang, pandangannya mengisyaratkan sesuatu yang saat itu, aku sendiri belum bisa menangkap makna yang tersembunyi. Suatu ketika, kami bertemu di depan pintu masuk. Saat itu pintu masih dalam keadaan terkunci, sehingga kami terpaksa harus menunggu sampai teman kami yang membawa kunci datang. Dgn agak gugup, aku mencoba memberanikan diri menyapanya.
“Vionita ya.. Gimana.. Kerasan kerja di sini?” pertanyaan yang benar-benar retoris, hanya sebagai ice breaking. “Lumayan lah..” jawabnya sambil menyodorkan kue kecil,
“Mau Mas..?” Aku ambil biskuit pemberiannya dan mulailah pembicaraan mengalir lebih lancar.
“Dari mana dapat info tentang lowongan pekerjaan di sini?” selidikku. “Saudara aku kenal dekat dgn pemiliki PT xxx, lagi pula aku masih dihitung sebagai magang kok. Jam kerjanya tidak terlalu memaksa, karena aku masih sambil kuliah,” jawabnya dgn manis.
Terlihat jelas lesung pipit di pipi sebelah kiri dan lentik bulu matanya.
“Si Mas sombong ya.. Selama 3 bulan aku kerja di sini, belum pernah menegur aku, sedangkan yang lain sudah aku kenal. Setiap aku lihat Mas, pandangan Mas, dingin, seakan tidak menghargai keberadaan aku” “Ah itu perasaan Vionita saja, aku tidak begitu kok, kalau tidak percaya tanya saja sama karyawan yang lain, Aku ini tipenya periang loh..” obral aku.
“Tapi nggak apa-apa kok, justru dinginnya Mas memancing rasa penasaran aku..” timpalnya manja. “Oh ya Mas, kalau ada waktu bisa nggak Mas membantu aku mengajarkan komputer Sabtu ini, aku ada tugas dari kantor, namun agak kesulitan menyelesaikannya, lagian si Mas kan libur hari Sabtu..?” undangnya penuh manja.
“Wah.. Belum tentu bisa..” timpal aku sok menjual mahal,
“Nanti lah akan aku beritahu,” lalu kami pun saling bertukar nomor HP.
“Mas.. Jadi nggak ngajarin aku, aku sudah di kantor nih..” tanyanya pada Sabtu itu.
“Wah aku lupa..” pikirku, karena panik langsung saja aku jawab,
“Iya aku dalam perjalanan kok ke sana..”. Setiba di kantor, Vionita telah berada di depan meja komputer.
Dengan celana jeans dan baju putih ketat, jenis pakaian kesukaannya, jelas mempertontonkan lekuk tubuh sintal dan buah dadanya yang ranum. Sambil menelan ludah aku hampiri mejanya sambil memulai mengajarkan komputer. Dari samping tampak jelas dua tonjolan di balik baju ketatnya tersebut, terlebih baju tersebut agak terbuka di bagian atasnya. Langsung saja darah aku berdesir melihat pemandangan ini.
“Wuih.. Beda banget sama yang dirumah..” pikirku.
Cukup lama aku mengajarinya komputer hingga waktu makan siang tiba. Saat itu aku memberanikan diri menyapanya.
“Kamu nggak lapar?” tanyaku sambil memegang perutnya, maklum sudah hampir dua jam aku menahan libido melihat pemandangan menggiurkan.
Tanpa dinyana ia menjawab sekenanya.
“Lapar yang mana nih? Yang di perut atau di bawah perut?”
“Wah berani juga nih anak. Ya dua-duanya dong, terserah kamu mana yang mau diatasi lebih dahulu, perut atau bawah perut?” kataku kini dgn mengelus pahanya.
“Terserah Mas deh..” tangannya menggenggam tanganku dgn erat.
Tak berapa lama, matanya seakan mengajakku untuk pindah ruangan. Ruang atasannya, yang semula dikunci dibukanya sambil menggandeng tanganku. Aku yang di belakangnya manut saja, karena memang kami berdua sudah sangat on. Setiba di ruangan tersebut, langsung saja kulumat bibir tipisnya.. Wuih seperti di surga rasanya. Kecupanku dibalasnya mesra dan terasa sekali hangat bibirnya.
Lama bibir kami saling berpagutan. Tak kusangka, ternyata responnya luar biasa. Tanpa terasa tangan kami terus menjalar mencari arah genggaman yang seakan tidak pernah kami dapatkan. Aku sendiri tidak jauh dari menggenggam pantatnya yang sintal di balik jeansnya, sambil sesekali menggesekkan batangku ke arah vaginanya. Sambil mendesah Vionita terus membalas ciumanku seakan tidak ingin melepaskan. Sementara aku mulai mencoba menelanjanginya. Tangan kananku kucoba untuk melepaskan zipper celana jeans Vionita dan juga celanaku.
Kudengar semakin keras desahannya ketika alat kelamin kami saling bertemu, meskipun masih terhalang oleh CD masing-masing. Tak lama aku lepaskan pengikat celana kami masing-masing dan dgn cepat Vionita menurunkan celana jeansnya, demikian juga aku. Kulucuti celanaku dan juga T-Shirt yang menutupi badanku.
Masih mengenakan CD dan baju ketatnya, Vionita langsung kembali melumat bibirku, sementara tangan kananku mulai aktif mencoba menyusup ke dalam CDnya. Dgn cepat Vionita memegang tangan kananku tersebut sambil menggelengkan kepalanya. Dgn kecewa kutarik tanganku dari balik CDnya, meskipun sempat terasa bulu-bulu halus yang telah membasah karena rangsangan yang ada.
Setelah gagal menembus CD, aku mencoba memasukkan tanganku ke dalam BHnya, kali ini Vionita tidak menolaknya, malah melenguh laksana sapi saja. Tanpa terasa ternyata, tangan kanan Vionita telah meremas penisku sementara tangan kirinya melingkar di leherku.
Tampak sekali betapa Vionita merasakan setiap remasanku dan remasannya di penisku. Setiap kudenyutkan penisku, setiap kali pula Vionita melenguh, ditambah lagi ketika kuremas buah dadanya dan kupelintir putingnya. Tak tahan dgn permainan tanganku itu, tiba-tiba Vionita melenguh dgn agak ditahan.
“Wah.. Cepat juga ‘dapat’nya nih anak..” pikirku, sambil terus kuremas dan kuhisap puting dan buah dadanya.
Setelah merasakan orgasme pertamanya, Vionita kemudian membungkuk menghadapku sambil melepaskan atasannya. Praktis kini dia hanya memakai CD saja. Sambil membungkuk langsung saja dia menurunkan CD Crocodile ku. Dgn mantap dijilatnya kepala penisku sambil meremas batang dan sesekali mengelus buah pelirku.
Slowly but sure Vionita memainkan penisku dgn tiga unsur; tangan, mulut dan lidah. Kombinasi gerakan, kocokan dan kulumannya sungguh luar biasa. Kembali kurasakan perbedaan ketika aku menjamah istriku yang selalu ingin konvensional saja. Tak kuasa aku menahan gempurannya, kuangkat kepalanya dan kini ia kembali sejajar dgnku. Kulumat mesra kembali bibirnya sambil berbisik.
“Boleh ya..?” tanyaku dan tanganku mencoba masuk ke dalam CDnya untuk kedua kalinya.
Kali ini ia tidak menjawab dan hanya mengangguk. Dgn senang kutelusuri bagian sensitif di bawah perut tersebut. Terasa bulu-bulu halusnya yang telah basah sejak permainan tangan kami pertama. Ketika tangan kananku mencobanya masuk, tangan kiriku dgn perlahan menurunkan CDnya.
Kini kami telah berhadapan naked. Mulai kugesek-gesekkan penisku di depan vaginanya. Desahan kudengar kembali dari bibirnya, kali ini sambil kulirik ke sekitar ruangan untuk dapat bersandar, sampai akhirnya kutemukan meja agak besar dan sambil kudorong badannya ke arah meja tersebut.
Setelah bersandar, Vionita langsung merebahkan tubuhnya di meja tersebut dan langsung tampak jelas kulit mulusnya dgn dua gundukan di atas serta barisan ‘semut hitam’ di bagian bawah. Tahi lalat di samping kiri perutnya menambah sensasi rangsangan yang ada.
“Ayo cepat Mas..” ajaknya mengaburkan lamunanku sambil mencoba meraih penisku untuk diarahkan ke liang vaginanya. Tanpa menunggu waktu lama, langsung saja kucoba membenamkan penisku ke liang vaginanya. Wuih, susah dan sempit sekali.
“Pelan-pelan Mas..” ucapnya lirih.
Tak kusangka tingkah lakunya yang agak centil selama ini ternyata tidak serta merta membuatnya menjadi cewek gampangan. Terbukti, dia masih perawan ketika aku menyetubuhinya saat itu.
Dgn perlahan, kucoba membenamkan penisku ke dalam vaginanya. Masuk, kemudian keluar dan kembali masuk, demikian beberapa kali, untuk memberikan space yang cukup agar penisku bisa leluasa di dalam lubang surgawi tersebut. Sampai akhirnya, berhasil juga kubenamkan penisku itu.
“Bless..” “Ach.. Ehm..” Seperti bersahutan bunyi penetrasi penisku dgn desahannya.
Semakin lama kupacu penetrasiku di dalam vaginanya, sementara kedua tanganku meremas payudaranya dan sesekali kuarahkan untuk memegang pantatnya yang seksi. Sepuluh menit kemudian, kembali Vionita melenguh ketika mendapatkan orgasmenya yang kedua siang itu. Selang beberapa lama, Vionita bergerak, berbalik membelakangiku.
Kutahu maksudnya, sambil dituntunnya, penisku kumasukkan ke dalam vaginanya dan kamipun memulai ‘aksi’ doggy style. Sungguh besar juga libido Vionita yang keturunan Arab ini, terbukti gerakannya seperti membabi buta ketika dia membelakangiku. Sampai sakit rasanya mengikuti gerakan cepat dan rotasi yang dilakukannya. Benar-benar pengalaman seks yang luar biasa.
Sambil menggoyang-goyangkan pantatnya, sesekali dicobanya untuk meraih zakarku dari arah bawah, kadang tanpa disadarinya, dipencetnya zakarku, sampai aku menjerit kesakitan. Sementara aku, tetap memacunya dari belakang dan kedua tanganku menggenggam buah dadanya yang ranum tersebut. Cukup lama kami dalam posisi tersebut, sampai akhirnya terasa penisku agak berkejut ingin memuntahkan lahar sperma hangatnya.
Sambil terbata-bata kutanya dia, mau dikeluarkan di mana? Dgn cepat dia cabut penetrasi doggy style dan langsung menghadapku. Diraihnya penisku dan digenggamnya dgn penuh nafsu. Sambil menjilati kepala penisku. Kemudian langsung dikocok-kocoknya penisku dan dikulumnya ketika dirasakannya penisku mulai berdenyut. Dan.. Tumpahlah semua lahar sperma yang ada dalam penisku. Dgn seksama, ditelannya limpahan spermaku, meskipun masih ada juga bagian yang tercecer di bibirnya yang tipis.
Ceceran di bibirnya dijilatinya dgn lidahnya sekan tidak rela membuang percuma lelehan sperma dari penisku. Aksinya ditutup dgn pembersihan sisa-sisa sperma di kepala penisku. Sambil tersenyum, kami berdua menuntaskan birahi kami dgn sebuah kecupan mesra yang panjang. Kami tahu, bahwa ini bukanlah yang terakhir yang kami lakukan. Sambil terengah-engah Vionita berucap mesra.
“Makasih ya Mas.. Next time bisa lagi kan?” Dgn tersenyum penuh arti, tentu saja sebagai lelaki normal, aku anggukkan kepalaku mengiyakan.. Setelah kejadian itu, kami sering melakukannya, malah kami sering nekat melakukannya sepulang kerja di ruanganku, di ruang tamu bahkan di WC.
Namun kini, hampir setahun kami tidak berhubungan lagi. Aku kehilangan kontak dgnnya. Terakhir yang aku tahu, dia akan menikah dan tinggal di daerah Tangerang……
0 comments:
Post a Comment